Botani dan Potensi Tanaman Tomat

8 dikendalikan oleh pasangan gen resesif Pashar dan Lambeth 1960. Selanjutnya, dalam penelitian Phasar dan Lambeth 1960 telah dibuktikan bahwa sifat ketahanan terhadap pecah buah adalah sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh gen major dan minor. Persilangan antara dua tetua yang resisten diperoleh F1 dan F2 mulai dari kelas rentan sampai resisten, dilaporkan juga bahwa pada sesama varietas resisten mempunyai susunan genetik yang berbeda. Amstrong dan Tompson 1967, melakukan uji dialel terhadap tiga belas varietas tomat. Hasil percobaannya menunjukkan galur resisten mempunyai daya gabung umum tertinggi terhadap pecah buah. Disamping itu diketahui bahwa sifat pecah buah pada tomat dikendalikan oleh gen ganda yang mempunyai sifat dominan sebagian. Pendapat tersebut sesuai dengan hasil penelitian Hernandes dan Nassar 1970 yang menyatakan bahwa sifat ketahanan terhadap pecah buah tomat dikendalikan oleh gen ganda poligenik yang bersifat dominansi sebagian.

2.3.2 Pengairan yang Tidak Teratur

Pemberian air khususnya dari kondisi yang sangat kering ke kondisi yang sangat basah dapat menyebabkan terjadinya pecah buah. Mekanisme tersebut dapat dijelaskan dengan penelitian Kamimura et al. 1972. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kelembaban tanah yang tinggi akan menurunkan kekuatan perenggangan ‘tensile strength’ kulit buah tomat. Bertambahnya kecepatan pertumbuhan buah dalam kondisi seperti ini akan mendorong terjadinya keretakan kecil ini, dan akan berkembang menjadi pecah buah.

2.3.3 Temperatur dan Cahaya yang Tinggi

Meningkatnya temperatur secara drastis dapat menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada kulit buah akibat adanya pulp dalam kulit buah tersebut. Tekanan tersebut akan menurunkan tingkat kekakuan dan kelenturan kulit buah, dan mendorong terjadinya pecah buah Lang dan During 1990. Menurut hasil penelitian Awan 1983 jumlah buah yang mengalami pecah buah lebih banyak terjadi pada penanaman di dalam rumah plastik apabila dibanding dengan penanaman di lapang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena tingginya suhu udara yang terjadi didalam rumah plastik. Intensitas penyinaran yang tinggi secara tidak langsung akan mempengaruhi terjadinya pecah buah. Adanya penyinaran yang tinggi akan meningkatkan fotosintesis dan padatan terlarut buah. Meningkatnya padatan terlarut buah akan menurunkan potensial air buah, sehingga air dari batang maupun daun akan masuk kedalam buah. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan terhadap kulit buah. Tekanan terhadap kulit buah akan menyebabkan terjadinya pecah buah, walaupun tidak segera terjadi. Menurut Ackley dan Krueger 1980 pada juice buah ceri, konsentrasi larutan buah yang tinggi berkaitan erat dengan kepekaan buah tersebut terhadap pecah buah.

2.3.4 Anatomi Buah

Sifat kulit buah yang berhubungan dengan ketahanan terhadap terjadinya pecah buah pada buah tomat telah dilaporkan oleh Kamimura et al. 1972. Dinyatakan bahwa kekuatan perenggangan ‘tensile strength’ dan kelenturan 9 ‘elasticity’ kulit buah pada periode breaker stage sampai pink stage sangat diperlukan apabila dikaitkan dengan pecah buah. Kultivar yang resisten terhadap pecah buah paling sedikit mempunyai salah satu diantara sifat diatas.

2.3.5 Kecepatan Tumbuh Buah

Kecepatan tumbuh buah yang berlebihan dapat memacu terjadinya pecah buah. Apabila dilakukan pemangkasan atau penjarangan buah, maka persaingan antar buah dalam memperoleh assimilat akan berkurang. Akibatnya kecepatan tumbuh buah semakin bertambahnya. Menurut Peet 1992, pada buah tomat yang menerima asimilat lebih banyak akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dan buah tersebut lebih rentan terhadap pecah buah.

2.3.6 Kelembaban yang Tinggi

Kelembaban udara yang tinggi dapat meningkatkan kejadian pecah buah tomat dalam rumah kaca, khususnya pada suhu yang tinggi. Tekanan air dan udara dalam buah tomat akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Terdapat dua mekanisme dalam mengatasi kondisi ini : pertama dengan pelonggaran kulit buah, kedua dengan mengirim kembali air ke batang atau daun. Apabila kelembaban udara tinggi mekanisme kedua tidak akan terjadi karena transpirasi rendah. Dalam kondisi seperti ini mekanisme pertama yang akan terjadi. Hal ini akan mendorong terjadinya pecah buah Peet 1992.

2.3.7 Kekuatan Dinding Sel Buah

Dari beberapa teori di atas secara tidak langsung pecah buah berkaitan erat dengan kekuatan kulit epidermis buah. Mekanisme penguatan dan pelenturan kulit buah dapat diperjelas dengan melihat proses yang terjadi pada dinding sel. Mekanisme pelenturan dinding sel primer bisa terjadi pada interaksi selulosa, hemiselulosa dan hidroksiprolin. Menurut Wareing dan Philips 1981 dalam dinding sel primer serat mikro selulose terbenam dalam suatu matrik protein, pectin dan hemiselulose. Xyloglucans merupakan hemiselulosa yang berikatan kovalen dengan matrik yang lain, dan berikatan hydrogen dengan serat-serat mikro selulose. Terputusnya ikatan-ikatan hydrogen antara xyloglucans dengan serat-serat mikro selulose menyebabkan dinding sel mudah bergeser, sehingga dinding sel akan mudah meregang. Mekanisme fisik dan kimia yang menyebabkan terputusnya ikatan hidrogen ini memudahkan dinding sel bergerak sehingga lebih elastis. Hal ini merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kasus pecah buah pada tomat. Mekanisme penguatan dinding sel dapat dilihat pada reaksi-reaksi yang terjadi dalam polisakharida pektik. Dalam interkonversi senyawa pektat pada dinding sel tanaman, galaktosa dioksidasi pada C-6 suatu karbinol -CH2OH menjadi suatu gugus karboksil -COOH yang disebut asam galakturonat. Polimerisasi 1-4 rantai asam galakturonat menjadi asam pektat. Asam pektat dapat berubah menjadi ‘pektin’ apabila terjadi pergantian gugus -COOH dengan - CH3 yang mengalami proses esterifikasi. Akan tetapi asam pektat pun dapat pula berubah menjadi kalsium pektat dengan penambahan kalsium. Prenambahan kalsium pada dinding sel mengakibatkan terjadinya rigiditas dinding sel Wareing