Genetik 3 Pecah Buah pada Tomat

10 dan Phillips, 1981. Apabila kalsium tidak terdapat dalam dinding sel, maka rigiditas akan menurun, hal ini akan memudahkan sel-sel tersebut pecah bila sel mengadakan pembesaran.

2.3.8 Auksin

Auksin adalah salah satu hormone yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu peran fisiologi auksin adalah pembesaran sel. Mekanisme ekspansi sel kemungkinan disebabkan oleh longgarnya bergesernya loosening dari dinding sel primer. Menurut Moore 1979 auksin berfungsi mengaktifkan pompa ion H + yang terletak dalam plasmalema. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya pH pada dinding sel, sehingga ikatan hydrogen antara xyloglucan dengan serat mikroselulose pada dinding sel primer akan terputus. Dengan demikian dinding sel tersebut akan mudah mengalami pelonggaran. IAA Indol Acetic Acid adalah auksin endogen yang terdapat dan disintesis dalam tanaman. Senyawa-senyawa lain yang mempunyai aktivitas serupa auksin dan merupakan senyawa sintetik salah satunya adalah NAA atau Naphthalene Acetic Acid Wattimena 1988. Menurut Yamaoto, Satch dan Watanabe 1992, NAA dapat menekan terjadinya pecah buah pada sweet cherry. Aplikasi NAA 24 hari sebelum panen pada konsentrasi 0.5, 1, dan 2 ppm dapat menekan terjadinya pecah buah hingga 13-40 dari kontrol. Disamping itu menurut Byers et al. 1990 aplikasi GA4+7 dapat menekan terjadinya pecah buah pada apel dari 56 menjadi 21 . Dinyatakan pula bahwa kombinasi GA4+7, Daminozide, NAA dan Vapor Gard dapat menekan terjadinya pecah buah dari 93 menjadi 22 . Hal ini disebabkan karena Giberelin dapat meningkatkan aktivitas auksin dalam tanaman.

2.3.9 Kalsium

Kalsium merupakan hara makro esensial yang berfungsi dalam meningkatkan integritas sel dan permeabilitas membrane plasma. Disamping itu juga dapat mendorong perkecambahan dan pertumbuhan polen, mengaktifkan beberapa enzim dalam pembelahan dan pemanjangan sel. Kalsium juga berfungsi untuk membantu sintesis protein, transfer karbohidrat, dan keberadaannya dapat menekan efek racun dari logam berat dalam tanaman Jones et al. 1991. Berbeda dengan hara makro lain, proporsi yang tinggi dari total kalsium dalam jaringan tanaman terdapat pada dinding sel apoplas. Kalsium dalam tanaman terdapat dalam berbagai bentuk yaitu : bentuk terlarut, terikat oleh pektat, oksalat, fostat. Bentuk terlarut banyak terdapat dalam vakuola demikian juga bentuk terikat pektat terdapat dalam dinding sel lamela tengah dan permukaan luar membran plasma. Dalam kondisi suplai kalsium yang rendah bentuk pektat dapat terjadi sebanyak 50 dari total kalsium Marschner 1986. Pola pergerakan kalsium dalam tanaman berbeda dengan unsur lain. Kalsium merupakan unsur yang tidak mobil dalam phloem. Sehingga translokasi kalsium ke bagian-bagian tanaman terjadi melalui xylem dengan adanya aliran transpirasi Bollard 1970. 11 Kandungan kalsium buah tomat menurut Bollard 1970 sebanyak 0.13 berat kering, lebih rendah apabila dibandingkan dengan kandungan kalsium pada daun 6.08 . Sedangkan kandungan unsur-unsur nitrogen, fosfor, kalium antara daun dan buah tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kalsium yang berada dalam daun tidak ditranslokasikan ke dalam buah bersama assimilat seperti terjadi pada unsur-unsur yang lain. Sehingga menurut Link 1974 dan Redmond 1975, pemberian kalsium yang efektif untuk peningkatan kualitas buah adalah dengan penyemprotan langsung terhadap buah tersebut. Menurut Knott 1962 aplikasi kalsium pada tomat dengan penyemprotan pada daun menggunakan kalsium pada tomat menggunakan kalsium khlorida CaCl 2 36.1 Ca dapat dilakukan pada konsentrasi 6000-12000 ppm kalsium khlorida, dan bentuk kalsium nitrat CaNO3 2 28 Ca pada konsentrasi 6000- 18000 ppm kalsium nitrat. Menurut Yamamoto, Satoh dan Watanabe 1992 aplikasi kalsium dalam bentuk kalsium nitrat CaNO3 2 pada konsentrasi 0.5 5000 ppm 7 hari sebelum panen dapat menekan pecah buah pada sweet cherry.

2.4 Studi Pewarisan Menggunakan Populasi Dasar

Menurut Mather dan Jinks 1977 terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk studi pewarisan, yaitu rancangan generasi-generasi dasar dan rancangan kawin acak. Rancangan generasi-generasi dasar menggunakan populasi tetua P1, P2, F 1 , F 1R , BCP 1 , BCP 2 dan F2. Dengan rancangan ini dapat dilakukan pendugaan semua komponen ragam, efek maternal, interaksi antar alel, dan interaksi genotype lingkungan dan heritabilitas Sastrosumarjo 1987; Sing dan Chaudhary 1979; Roy 2000. Rancangan persilangan kawin acak biasanya menggunakan metode dialel. Asumsi yang digunakan untuk melakukan analisis statistik dan analisis genetik guna melacak gen-gen pengendali karakter tersebut adalah 1 tidak ada pengaruh lingkungan, 2 tidak ada pengaruh dominansi antar alel, 3 tidak adaa pengaruh epistasis, 4 gen memberikan pengaruh yang sama dan bersifat aditif untuk semua lokus, 5 tidak ada pautan gen, dan 6 tetua dalam keadaan homozigositas lengkap dan tanaman F1 dalam keadaan heterozigositas lengkap Phoehlman 1979. Populasi F 2 sering dimanfaatkan untuk mempelajari pewarisan karakter melalui analisis segregasi. Suatu karakter yang dikendalikan oleh satu atau dua gen mayor akan menunjukkan sebaran populasi F2 diskontinu sehingga tanaman mudah diidentifikasi menjadi tahan atau rentan. Peran lingkungan biasanya kecil, maka ragam fenotip yang ditampilkan dam populasi bersegregasi sebagian besar merupakan ragam genetik dan merupakan akibat adanya pengaruh dominan Allard 1960. Sebaliknya, jika karakter tersebut dikendalikan oleh gen minor atau poligenik maka akan menunjukkan sebaran populasi F 2 yang kontinyu. Derajat dominansi dapat diketahui dari nilai potensi ratio hp Petr dan Frey 1966 sehingga dapat diduga aksi gen yang mengendalikan suatu karakter. Aksi gen berperan dalam mengendalikan ekspresi fenotipe. Derajat dominansi menggambarkan kemampuan suatu gen mengekspresikan suatu karakter yang dikendalikannya. Derajat dominansi terdiri atas dua tipe yaitu derajat dominansi yang berupa interaksi alel pada lokus yang sama intralokus dan derajat dominansi yang berupa interaksi alel pada lokus yang berbeda