11
Kandungan kalsium buah tomat menurut Bollard 1970 sebanyak 0.13 berat kering, lebih rendah apabila dibandingkan dengan kandungan kalsium pada
daun 6.08 . Sedangkan kandungan unsur-unsur nitrogen, fosfor, kalium antara daun dan buah tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kalsium yang
berada dalam daun tidak ditranslokasikan ke dalam buah bersama assimilat seperti terjadi pada unsur-unsur yang lain. Sehingga menurut Link 1974 dan Redmond
1975, pemberian kalsium yang efektif untuk peningkatan kualitas buah adalah dengan penyemprotan langsung terhadap buah tersebut.
Menurut Knott 1962 aplikasi kalsium pada tomat dengan penyemprotan pada daun menggunakan kalsium pada tomat menggunakan kalsium khlorida
CaCl
2
36.1 Ca dapat dilakukan pada konsentrasi 6000-12000 ppm kalsium khlorida, dan bentuk kalsium nitrat CaNO3
2
28 Ca pada konsentrasi 6000- 18000 ppm kalsium nitrat. Menurut Yamamoto, Satoh dan Watanabe 1992
aplikasi kalsium dalam bentuk kalsium nitrat CaNO3
2
pada konsentrasi 0.5 5000 ppm 7 hari sebelum panen dapat menekan pecah buah pada sweet cherry.
2.4 Studi Pewarisan Menggunakan Populasi Dasar
Menurut Mather dan Jinks 1977 terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk studi pewarisan, yaitu rancangan generasi-generasi dasar dan
rancangan kawin acak. Rancangan generasi-generasi dasar menggunakan populasi tetua P1, P2, F
1
, F
1R
, BCP
1
, BCP
2
dan F2. Dengan rancangan ini dapat dilakukan pendugaan semua komponen ragam, efek maternal, interaksi antar alel, dan
interaksi genotype lingkungan dan heritabilitas Sastrosumarjo 1987; Sing dan Chaudhary 1979; Roy 2000. Rancangan persilangan kawin acak biasanya
menggunakan metode dialel.
Asumsi yang digunakan untuk melakukan analisis statistik dan analisis genetik guna melacak gen-gen pengendali karakter tersebut adalah 1 tidak ada
pengaruh lingkungan, 2 tidak ada pengaruh dominansi antar alel, 3 tidak adaa pengaruh epistasis, 4 gen memberikan pengaruh yang sama dan bersifat aditif
untuk semua lokus, 5 tidak ada pautan gen, dan 6 tetua dalam keadaan homozigositas lengkap dan tanaman F1 dalam keadaan heterozigositas lengkap
Phoehlman 1979.
Populasi F
2
sering dimanfaatkan untuk mempelajari pewarisan karakter melalui analisis segregasi. Suatu karakter yang dikendalikan oleh satu atau dua
gen mayor akan menunjukkan sebaran populasi F2 diskontinu sehingga tanaman mudah diidentifikasi menjadi tahan atau rentan. Peran lingkungan biasanya kecil,
maka ragam fenotip yang ditampilkan dam populasi bersegregasi sebagian besar merupakan ragam genetik dan merupakan akibat adanya pengaruh dominan
Allard 1960. Sebaliknya, jika karakter tersebut dikendalikan oleh gen minor atau poligenik maka akan menunjukkan sebaran populasi F
2
yang kontinyu. Derajat dominansi dapat diketahui dari nilai potensi ratio hp Petr dan Frey
1966 sehingga dapat diduga aksi gen yang mengendalikan suatu karakter. Aksi gen berperan dalam mengendalikan ekspresi fenotipe. Derajat dominansi
menggambarkan kemampuan suatu gen mengekspresikan suatu karakter yang dikendalikannya. Derajat dominansi terdiri atas dua tipe yaitu derajat dominansi
yang berupa interaksi alel pada lokus yang sama intralokus dan derajat dominansi
yang berupa
interaksi alel
pada lokus
yang berbeda