Kerangka Teori .1 Konsep Zakat

usaha. Rusli 1995 menjelaskan bahwa kemiskinan dapat disebabkan karena sekelompok masyarakat tidak terintegrasi dengan masyarakat luas, apatis dan cenderung menyerah pada nasib, tingkat pedidikan rendah, serta tidak mempunyai daya juang dan kemampuan untuk memikirkan masa depan.

2.1.3 Transparansi dan Akuntabilitas

Untuk menjaga transparansi pengelolaan kegiatan dan pengangguran dana Program Ikhtiar di tataran masyarakat di wilayah Kota Bogor dan sekitarnya UPK Unit Pelaksana Kegiatan dalam hal ini Yayasan Peramu sebagai mitra Baytul Maal memberikan laporan-laporan kegiatan penyaluran yang telah dilaksanakan. Kemudian laporan-laporan tersebut disebarluaskan ke masyarakat yang memang harus mengetahuinya seperti para muzakki yang telah memberikan zakatnya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa dana yang diamanatkan kepada Baytul Maal telah dikelola dengan baik dan disalurkan ke orang-orang yang tepat menerimanya. 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Konsep Zakat Pengertian zakat ditinjau dari segi bahasa mempunyai beberapa arti, yaitu al- barakatu keberkahan, Al namaa pertumbuhan dan perkembangan, Ath thaharatu kesucian, dan Ash shalahu kebesaran. Pengertian zakat secara istilah, secara umum adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah Subhanawataala mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula. Hubungan pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah sangat nyata dan erat sekali, yakni bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci dan baik. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Al quran surat At taubah ayat 103 dan surat Ar ruum ayat 39 Hafidhuddin,2002 Al Quran surat At taubah ayat 103 berbunyi : ” Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Sedangkan dalam Al quran surat Ar ruum ayat 39 berbunyi : ” Dan sesuatu riba yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka harta itu tidak manambah pada sisi Allah. Dan yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai ridha Allah, maka yang berbuat demikian itulah orang-orang yang melipatkangandakan hartanya”. Selain dari dasar yang termaktub didalam alquran, maka dengan mengacu pada alquran pula negara menerapkannya dalam Undang-Undang negara dengan menyesuaikan pada kondisi dan lingkungan masyarakat sebagai acuan dalam mengelola zakat. Berbagai upaya untuk memperbaiki manajemen pengelolaan zakat. Terdapat empat perundangan sampai saat ini yang terkait dengan zakat, yaitu : a. Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. b. Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No.7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. c. Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Berdasarkan perundang-undangan yang telah dikeluarkan, pemerintah mendirikan berbagai badan-badan amil zakat BAZ sebagai wadah pengumpulan dan pengelolaan zakat. Selain BAZ, bermunculan juga berbagai lembaga –lembaga amil zakat yang pendiriannya diprakarsai oleh masyarakat atau badan non pemerintah.

2.2.2 Persyaratan Lembaga Pengelolaan Zakat

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI nomor 581 tahun 1999, dikemukakan bahwa lembaga amil zakat memiliki persyaratan teknis antara lain : 1. Berbadan hukum 2. Memiliki data muzakki dan mustahik 3. Memiliki program kerja yang jelas 4. Memiliki pembukuan yang baik 5. Memiliki surat pernyataan siap di audit Adapun syarat dari amil menurut Qardhawi 1991 menyatakan seseorang yang ditunjuk menjadi amil zakatpengelola zakat harus memiliki persyaratan sbb: 1. Beragama Islam 2. Amanah dan jujur. Sifat ini penting karena berkaitan dengan menyerahkan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelola zakat, jika lembaga ini memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini ditunjukkan dalam bentuk transparansi dalam menyamapaikan laporan pertanggungjawaban secara secara berkala dan juga ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan syariah Islamiyyah. 3. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat. 4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat. 5. Memilih kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya profesional. Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugas.

2.2.3 Konsep Penyaluran Dana Zakat

Penyaluran dana ZIS untuk pembiayaan pada usaha kecil menurut sifat penggunaannya dapat dibagi menjadi dua hal Antonio,2001 : a. Sedangkan menurut keperluannya, Antonio membagi pembiayaan produktif menjadi dua yaitu pembiayaan modal kerja dan investasi. Pembiayaan produktif yaitu, pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi Pembiayaan Prod Kons b. Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Gambar 2.2 Jenis-jenis Pembiayaan Berdasarkan Sifat Penggunaannya Maryanto 2003 mengemukakan bahwa, salah satu komponen pendukung pembangunan nasional adalah adanya lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya. Lembaga intermediasi yang ada dibedakan dalam tiga kategori yakni a berbentuk bank tunduk pada Undang-Undang UU Pokok Perbankan ; b berbentuk Koperasi Simpan Pinjam KSP tunduk pada UU koperasi; dan c Lembaga Keuangan Mikro LKM lainnnya yang belum diatur dalam UU, sesuai dengan UU perbankan, bank yang ada di Indonesia dibagi dalam dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat BPR. Tentunya keberadaan lembaga tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan kontribusi berupa bantuan dana bagi kegiatan pengusaha kecil yang selama ini memiliki kendala dalam mengembangkan usahanya karena kesulitan mengakses dana. Pelayanan Bank Umum dan BPR yang telah ada saat ini belum dapat menjangkau sampai ke pelosok pedesaan, begitu pula keberadaan bank tersebut belum mampu memberikan harapan yang cukup besar dalam mengatasi permasalahan usaha kecil dalam hal mendapatkan modal. Pengusaha kecil yang ingin memperoleh pembiayaan melalui bank, bank mensyaratkan jaminan agunan, sedangkan keberadaan mereka pada umumnya hidup dibawah garis kemiskinan, yang tentunya kenyataan ini menyulitkan para pengusaha kecil. Lembaga keuangan yang telah disebutkan di atas, yang tentunya menjadi harapan bagi pengusaha kecil dalam mengakses dana, juga ada lembaga lain yang keberadaannya tidak jauh berbeda yaitu menghimpun dana dari masyarakat muzaki dan menyalurkan kembali ke masyarakat mustahik, memberikan alternatif bagi para pengusaha kecil, yang umumnya tergolong mustahik, dapat mengakses dana melalui lembaga ini.

2.2.4 Konsep Grameen Bank

Konsep Grameen Bank pertama kali diperkenalkan oleh Muhammad Yunus pada masyarakat miskin di negara Bangladesh. Beliau adalah seorang akademisi yang peduli akan kemiskinan yang terjadi di negaranya. Melihat hal tersebut beliau merasa terpanggil untuk memecahkan masalah kemiskinan yang terjadi di negaranya tersebut. Lalu dia membuat konsep bank yang diperuntukkan untuk kaum miskin ini memiliki perbedaan dengan bank konvensional. Beberapa perbedaan itu seperti tingkat bunga yang sangat rendah, jumlah pinjaman yang relatif sangat kecil, dan tingkat pengembalian yang cukup lama untuk jumlah pinjaman yang kecil serta adanya pembinaan dan pendampingan bagi kaum wanita sebagai peminjam Yunus, 1998. Grameen Bank merupakan organisasi non-profit yang lebih mementingkan pengurangan kemiskinan dibandingkan mencari keuntungan. Nasabah yang diberi pinjaman untuk dibina adalah kaum wanita, karena wanita dianggap sebagai tulang punggung keluarga dalam mengelola keuangan keluarga. Nasabah-nasabah tersebut dikumpulkan menjadi kelompok-kelompok semacam Forum Diskusi Kelompok yang didalamnya dilakukan kegiatan organisasi dengan menunjuk seorang ketua. Selain kegiatan organisasi juga dilakukan kegiatan ekonomi yaitu simpan pinjam dan menabung. Selain itu pula, dalam setiap yang berkaitan dengan kegiatan perbankan terdapat yang dinamakan manajemen resiko, grameen bank pun mempunyai hal itu. Jika dalam perbankan konvensional menggunakan agunan dan jaminan-jaminan lain, dalam konsep ini pengelolaan manajemen resiko terdapat dalam kegiatan kelompok itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu yang membedakan grameen bank dengan bank-bank konvensional. Pada awal terbentuknya kelompok terlebih dahulu mereka diberikan pelatihan dan penyuluhan kemudian dibentuk semcam kepengurusan kecil berupa ketua dan anggota. Dalam pemilihan anggota, tidak semua orang yang ingin menjadi anggota diterima, tetapi ada seleksi yang melibatkan ketua dan anggota. Orang yang boleh menjadi anggota adalah orang yang memiliki pekerjaan dan mampu membayar cicilan. Karena dalam konsep kelompok ini jika ada anggota yang tidak mampu membayar cicilan maka beban tersebut akan ditanggung oleh anggota lain, sistem ini di Indonesia dikenal dengan nama tanggung renteng. Program Ikhtiar Baytul Maal mengadopsi sistem grameen bank dalam penyaluran dana dengan menambahkan konsep syariah dalam hal penggenaan bunga. Jika sistem grameen bank biasa mengenakan bunga kepada nasabah walaupun bunganya sangat kecil tetapi dalam Program Ikhtiar ini tidak dikenakan bunga tetapi mnggunakan sistem bagi hasil.

2.2.5 Konsep Pendapatan

Novita 2004 mengemukakan bahwa tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan. Semakin tinggi pendidikan dan status pekerjaan maka semakin besar pendapatan keluarga. Dalam studinya, Saefudin dan Marisa 1984 mengemukakan definisi rumah tangga, pendapatan dan pendapatan rumah tangga: 1. Rumah tangga adalah semua anggota keluarga yang termasuk satu unit anggaran belanja keluarga satu dapur, termasuk anak yang sedang sekolah di kota atas biaya keluarga dan orang lain yang ikut makan secara teratur, meskipun tidak tidur di rumah, tetapi tidak termasuk orang yang tinggal di rumah tetapi tidak makan 2. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang atau natura. Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadii tiga bagian yaitu: a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah di pasar tenaga kerja b. Pendapatan dari usaha sendiri, yaitu nilai total hasil produksi dikurangi biaya yang dibayar baik dalam bentuk uang atau natura. c. Pendapatan dari sumber lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa pencurahan tenaga kerja, antara lain hasil dari menyewakan asset ternak, rumah dan barang lain, bunga uang, sumbangan dari pihak atau pensiun 3. Pendapatan rumah tangga, yaitu total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang, yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah, usaha rumah tangga atau sumber lain.

2.2.6 Konsep Pemberdayaan dan Pendampingan

Prakarna dan Moeljarto 1996 mengemukakan pemberdayaan memiliki akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat yang berawal dari proses perendahan martabat eksistensi manusia yang menimbulkan lahirnya “manusia yang berkuasa menghadapi manusia yang dikuasai”. Namun seiring dengan berjalannya waktu keinginan untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi menghasilkan sistem alternatif yang mementingkan proses pemberdayaan yang proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama kecenderungan primer, yakni proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung kemampuan mereka melalui organisasi. Kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Pemberdayaan sebagai suatu gagasan tidak berbeda dengan gagasan tentang self determination, yakni suatu prinsip yang pada intinya mendorong klien untuk menentukan nasib sendiri apa yang harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi sehingga klien memiliki kesadaran dan kekuasaan penuh dalam menentukan hari depannya. Narayan 2002 menyebutkan bahwa pemberdayaan merupakan pengembangan aset dan kapabilitas penduduk miskin untuk berpartisipasi dalam, bernegosiasi dengan mempengaruhi, mengontrol, dan mengendalikan institusi yang akuntabel yang berpengaruh pada kehidupan mereka. Keberhasilan pemberdayaan kaum miskin tampak dari meningkatnya kebebasan mereka memilih dan bertindak dalam situasi yang berbeda yang pada pembuktiannya kerapkali mengandung empat unsur : akses pada informasi, keterlibatan dan partisipasi, akuntabilitas dan kapasitas pengorganisasian lokal. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan masyarakat adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyaek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunan itu sendiri. Berdasarkan konsep demikian dikembangkan berbagai pendekatan : a. Upaya pemberdayaan masyarakat harus terarah. Ini yang secara populer disebut sebagai pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Karena dasarnya adalah kepercayaan kepada rakyat, maka program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebuthan mereka. Selain itu sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggugjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya. b. Harus menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri warga masyarakat yang kurang berdaya sulit untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Karena organisasi adalah satu sumber kekuatan yang penting maka untuk pemberdayaan, pengorganisasian masyarakat ini menjadi penting sekali. Pendekatan kelompok adalah juga paling efektif, dan dilihat dari sumber penggunaan sumberdaya juga lebih efisien. c. Adanya pendampingan, penduduk miskin pada umumnya mempunyai keterbatasan dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, diperlukan pendamping untuk membimbing mereka dalam upaya memperbaiki kesejahteraannya. Pendampingan ini dalam konsep pemberdayaan sangat esensial dan fungsinya adalah menyertai proses pembentukan dan menyelenggarakan kelompok masyarakat sebagai fasilitator, komunikator atau administrator, serta membantu mencari jalan pemecahan masalah yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Konsep pemberdayaan masyarakat seperti diuraikan di atas adalah sebuah konsep yang relatif baru. Ia bertolak belakang pada konsep pembangunan yang berorientasi pada ”proyek”. Artinya peran birokrasi yang besar, dan seringkali dijalankan sebagai program pemerintah untuk membantu masyarakat miskin, tetapi masyarakat itu sendiri tidak terlibat didalamnya. Ia bertentangan dengan konsep pembangunan dimana birokrasi berfungsi sebagai tangan yang memberi patronizing hands . 2.2.7 Evaluasi 2.2.7.1 Pengertian Evaluasi Valera et al 1987 mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang didesain untuk mendapat informasi objektif tentang aktivitas proyek untuk menilai efektifitas, signifikansi dan efisiensi. Menurut Departemen Pertanian 1990 Input masukan adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output hasil dan mencapai tujuan suatu program atau proyek. Output hasil adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia untuk mencapai tujuan programproyek. Effect pengaruh langsung adalah hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan yang sesungguhnya dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadi tujuan jangka panjang proyek. Dampak impact juga dapat diartikan sebagai perubahan akhir dalam kondisi kehidupan kelompok sasaran yang diakibatkan sepenuhnya atau sebagian oleh pelaksanaan suatu program atau proyek. Evaluasi merupakan proses keorganisasian untuk mernperbaiki aktivitas berjalan dan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, pemrograman dan pengambilan keputusan. Evaluasi mempunyai tujuan untuk menilai sejauh mana suatu kegiatan ataupun hasil relevan dengan tujuan program. Selain itu juga evaluasi dimaksudkan untuk menilai sejauh mana input yang diberikan dalam suatu program memberikan hasil yang optimum pada pencapaian tujuan. Sarwititi 2002 juga mengemukakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses belajar bagi semua pihak yang terkait dengan program untuk melakukan tindakan-tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin pencapaian tujuan program.. Tindakan perbaikan tersebut dapat dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan yang bersumber dari evaluasi dan monitoring.

2.2.7.2 Jenis Evaluasi

Jenis evaluasi berdasarkan waktu terdiri dari tiga jenis yaitu : 1. Evaluasi sewaktu berjalan on going evaluation Suatu analisis yang dilakukan ketika pelaksanaan proyek sedang berlangsung yang dilakukan untuk membantu para pengambil keputusan apakah proyek dapat dipertahankan atau tidak. 2. Evaluasi akhir terminal evaluation Evaluasi yang dilaksanakan paling tidak enam sampai dua belas bulan setelah proyek berakhir atau sebelum memulai fase proyek berikutnya sebagai pengganti ex post evaluation evaluasi menyeluruh pada proyek-proyek berjangka waktu singkat yang kebanyakan berjangka waktu satu tahun. 3. Evaluasi menyeluruh ex post evaluation Evaluasi yang dilaksanakan pada saat perkembangan proyek telah tercapai sepenuhnya, yaitu beberapa tahun setelah proyek ini berakhir, bila manfaat dan dampak yang diharapkan dari proyek telah terealisasi sepenuhnya.

2.3 Kerangka Konseptual