Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka .1 Batasan dan Pengertian Kemiskinan

kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah women of the poor or low income family Peramu, 2006. Gambaran Program Ikhtiar ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana program tersebut dijalankan. Untuk itu, dirasa perlu untuk mengetahui bagaimana sebenarnya gambaran Program Ikhtiar diterapkan dimasyarakat sehingga dari gambaran tersebut kita bisa menganalisis dampakefeknya apakah hasilnya bermanfaat atau tidak. Selain itu, program ini menyangkut dana umat yang telah diamanatkan kepada Baytul Maal apakah ditunaikan dengan baik atau tidak. Sejak melakukan kegiatannya pada tahun 1999 hingga tahun 2006 Program Ikhtiar sudah memiliki 2638 orang dengan terbagi menjadi 180 majelis yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Adapun total alokasi dana yang sudah disalurkan hingga tahun 2006 sebesar Rp. 2.878.286.000.- Baytul Maal, 2006.

I.2 Perumusan Masalah

Baytul Maal Bogor melalui Yayasan Peramu sebagai mitranya menyusun strategi dan orientasi melalui pendekatan pemberdayaan dan sistem “bawah atas” bottom-up yang melibatkan masyarakat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan dari mulai tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan monitoring. Pendekatan pemberdayaan dengan dua elemen pokok yaitu kemandirian, partisipasi dan penguatan kelembagaan lokal merupakan hal baru dalam penyaluran dana zakat. Hal ini seperti yang diterapkan oleh Baytul Maal dimana sebelumnya mustahik hanya semata menerima apa yang telah diberikan oleh para muzaki tanpa ada kelanjutan yang berkesinambungan hanya selesai begitu saja. Oleh karena itu, muncul berbagai permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah pelaksanaan Program Ikhtiar yang dilakukan oleh Baytul Maal ? 2. Bagaimanakah efek pelaksanaan Program Ikhtiar bagi masyarakat miskin ?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk : 1. Menganalisis pelaksanaan Program Ikhtiar yang dilakukan oleh Baytul Maal. 2. Menganalisis efek pelaksanaan Program Ikhtiar bagi masyarakat miskin.

I.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan berguna dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai masukan positif bagi berbagai pihak terkait, terutama bagi para penyelenggara negara baik pusat maupun daerah dalam upaya menanggulangi kemiskinan. 2. Sebagai masukan bagi pengembangan kajian keilmuan, khususnya berkaitan dengan penyaluran dana zakat sebagai solusi kemiskinan. 3. Temuan atau hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi berbagai pihak tentang penanggulangan kemiskinan pedesaan dari pemerintah sebagai bahan rekomendasi positif, khususnya bagi para peneliti lanjutan atau peneliti sejenis dan relevan.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas bagaimana pengaruh penyaluran dana zakat yang disalurkan melalui Baytul Maal Bogor mampu meningkatkan kesejahteraan mustahik. Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus dari pelaksanaan salah satu program Baytul Maal Bogor yaitu Program Ikhtiar. Penelitian dilakukan di Kecamatan Taman Sari Desa Sukaluyu Kabupaten Bogor. Pengkajian dilakukan dengan analisis deskriptif terhadap program yang dilaksanakan dengan melakukan tahapan evaluasi. Dengan menggunakan jenis tahapan evaluasi sewaktu berjalan on going evaluation. Program Ikhtiar yang sudah berjalan selama 7 tahun ini dinilai apakah program tersebut sudah sesuai dengan prosedur dan apakah program tersebut memiliki pengaruh ekonomi terhadap masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Batasan dan Pengertian Kemiskinan Masalah kemiskinan di negara-negara berkembang merupakan salah satu gejala yang paling mengancam ketidakseimbangan pembangunan. Berbagai sudut pandang dapat diguanakan untuk menelaah masalah kemiskinan. Sudut pekerjaan sosial melihat masalah kemiskinan tidak hanya sekedar ukuran tingkat penghasilannya saja, tetapi juga berbagai fenomena yang mempengaruhi kondisi sosial dan kemanusiaannya, yaitu sebagai suatu masalah kompleks yang menyangkut keterbatasan penghidupan dan kehidupan manusia penyandangnya meliputi aspek material, spiritual maupun aspek sosialnya. BAPPENAS dalam Suryati 2005 dalam mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau kelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan menurut BPS 2002 dikategorikan sebagai keadaan dimana seseorang tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak atau sering dikatakan sebagai kemiskinan konsumsi. Definisi mempermudah untuk melihat indikator orang miskin, tetapi definisi ini sangat kurang memadai karena tidak cukup untuk memenuhi realitas kemiskinan yang dapat menjerumuskan ke kesimpulan yang salah bahwa menaggulangi kemiskinan cukup hanya dengan meyediakan bahan makanan yang memadai dan tidak cocok untuk para pengambilan keputusan ketika merumuskan kebijakan lintas sektor. Menurut BKKBN dalam Suryati 2005, keberadaan Keluarga Sejahtera KS digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut : 1. Keluarga Pra Sejahtera Pra S, yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya basic needs secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, pangan dan kesehatan. 2. Keluarga Sejahtera I KS I, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya social psychological needs. Seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. 3. Keluarga Sejahtera II KS II, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya development needs, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. 4. Keluarga Sejahtera III KS III, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. 5. Keluarga Sejahtera III plus KS III plus, yaitu keluaga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, psikologisnya, dan pengembangan serta dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Berbagai indikator tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tetapi hal ini bukan merupakan kesalahan dan kebenaran mutlak. Karena program penanggulangan kemiskinan dimasa lalu dan banyak yang berhasil dan masih berlangsung hingga saat ini. Indikator-indikator tersebut dikemukakan secara kuantitatif dengan melihat prosentase hasil dari program-program penanggulangan kemiskinan seberapa banyak tingkat keberhasilan menurunkan tingkat kemiskinan rumah tangga.

2.1.2 Faktor-faktor penyebab kemiskinan

Kemiskinan dapat disebabkan oleh adanya bencana kelaparan dan terjadinya kelaparan kronis, ditemukannya penyakit yang membahayakan nyawa manusia, banyaknya pengangguran karena minimnya kesempatan kerja yang tersedia, kelebihan penduduk over population perusakan lingkungan hidup Sumitro, 1994 Masalah kemiskinan dapat juga muncul sebagai implikasi lanjut dari masalah pengangguran. BPS 1994 mendefinisikan pengangguran terbuka sebagai : a Orang yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan, dan b Orang yang sudah pernah bekerja namun karena satu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang mencari pekerjaan. Nurkse 1953 mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh pengangguran, masalah kemiskinan juga disebabkan oleh pengangguran, masalah kemiskinan perkotaan juga disebabkan oleh faktor ekstenal ketidaksempurnaan pasar, pembangunan dibawah standar dan keterbelakangan dan faktor internal pelaku kurangnya modal untuk membuka usaha. Rusli 1995 menjelaskan bahwa kemiskinan dapat disebabkan karena sekelompok masyarakat tidak terintegrasi dengan masyarakat luas, apatis dan cenderung menyerah pada nasib, tingkat pedidikan rendah, serta tidak mempunyai daya juang dan kemampuan untuk memikirkan masa depan.

2.1.3 Transparansi dan Akuntabilitas

Untuk menjaga transparansi pengelolaan kegiatan dan pengangguran dana Program Ikhtiar di tataran masyarakat di wilayah Kota Bogor dan sekitarnya UPK Unit Pelaksana Kegiatan dalam hal ini Yayasan Peramu sebagai mitra Baytul Maal memberikan laporan-laporan kegiatan penyaluran yang telah dilaksanakan. Kemudian laporan-laporan tersebut disebarluaskan ke masyarakat yang memang harus mengetahuinya seperti para muzakki yang telah memberikan zakatnya. Hal ini untuk menunjukkan bahwa dana yang diamanatkan kepada Baytul Maal telah dikelola dengan baik dan disalurkan ke orang-orang yang tepat menerimanya. 2.2 Kerangka Teori 2.2.1 Konsep Zakat