132
C. Tanggung Jawab Hukum Penilai Terhadap Pelaksanaan Kegiatannya
di Pasar Modal
Dalam praktek Usaha Jasa Penilai, terbuka kemungkinan Penilai atau Perusahaan Penilai melakukan perbuatan tidak sesuai dengan Kode Etik Penilaian
Indonesia dan Standar Penilaian Indonesia. Orang-orang tersebut dapat dimintai pertanggungjwaban hukum seandainya masyarakat merasa dirugikan.
Pertanggungjawaban tersebut tidak saja terhadap masyarakat, tetapi juga kepada integritas penilaian, asosiasi, dan sesama penilai.
231
Mengenai pertanggungjawaban Penilai, sesuai dengan Kode Etik Penilaian Indonesia yang
harus dipatuhi adalah sebagai berikut:
232
1. Tanggung Jawab terhadap Integritas Pribadi Penilai
a. Dalam menjalankan tugas, penilai mempunyai kewajiban untuk
memberikan jasa yang sebaik-baiknya, sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang disyaratkan dalam SPI, dengan menjunjung tinggi integritas,
kejujuran dan tidak memihak. b.
Penilai bertanggungjawab sepenuhnya atas hasil penilaian yang dilakukannya dalam batas-batas yang ditetapkan berdasarkan SPI.
c. Penilai tidak dibenarkan menerima atau memberikan pekerjaan dalam
jumlah yang melebihi dari kemampuan yang dapat mempengaruhi kredibilitan hasil penilaian.
231
Joni Emirzon, Op.cit., hal. 89.
232
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.0 - 7.4
Universitas Sumatera Utara
133
d. Penilai tidak diperkenankan mempunyai kepentingan atas hasil
penilaiannya, baik bagi dirinya sendiri maupun pihak lain yang terkait sekarang maupun dimasa mendatang.
e. Penilai sebagai karyawan atau tenaga ahli yang bekerja pada suatu Usaha
Jasa Penilai tidak dibenarkan untuk melaksanakan pekerjaan penilaian atas namanya sendiri tanpa ijin tertulis dari Usaha Jasa Penilai dimana ia
bekerja. f.
Penilai harus menjaga integritas pribadinya dan tidak akan bertindak atau bertingkah laku dengan cara-cara yang dapat merendahkan derajat profesi
penilai, dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak nama baik penilai lain, citra asosiasi dan profesi penilai.
g. Penilai wajib menandatangani pernyataan penilai didalam laporan penilaian
yang disusunnya dengan mencantumkan nama dan nomor anggota asosiasi sesuai dengan yang diatur dalam Standar Penilaian Indonesia.
h. Penilai wajib meningkatkan pengetahuannya dalam bidang penilaian,
dengan mengikuti program peningkatan kemampuan atau keahlian berkelanjutan continuing professional developmentCPD yang
diselenggarakan oleh asosiasi penilai atau pihak lain yang diakui oleh asosiasi.
i. Penilai harus taat dan tunduk kepada norma moral, norma etika serta etika
bisnis dan wajib menghindarkan diri dari setiap tindakan yang cenderung mengakibatkan profesi penilai asosiasi atau anggota-anggotanya tercemar
nama baiknya.
Universitas Sumatera Utara
134
2. Tanggung Jawab terhadap Pemberi Tugas
a. Tanggung jawab utama penilai terhadap pemberi tugas adalah memberikan
penilaian yang lengkap dan teliti tanpa menghiraukan atau memperhatikan keinginan dan instruksi-instruksi atau permintaan pihak pemberi tugas yang
sifatnya dapat mempengaruhi kemandirian atau untuk mengubah hasil penilaian yang obyektif dan tidak memihak sebagaimana ditetapkan dalam
SPI. b.
Hubungan kerja antara penilai dengan pemberi tugas wajib dituangkan dalam perjanjian tertulis yang akan menjadi dasar hukum pemberian tugas
dan hubungan kerja kedua belah pihak yang isinya antara lain menyebutkan jenis kegiatan atau penugasan, jangka waktu penugasan dan imbalan jasa
yang telah disepakati kedua belah pihak sesuai dengan standard yang berlaku.
c. Penilai wajib menolak pekerjaan yang ditawarkan kepadanya atau diminta
oleh pemberi tugas, apabila ia tidak memiliki kompetensi, kualifikasi dan pengetahuan yang cukup memadai untuk melaksanakan ketentuan dalam
pedoman kerja profesi penilai, KEPI dan SPI. d.
Penilai wajib bertindak dengan cara yang profesional dalam hubungan kerja dengan pemberi tugas dan wajib merahasiakan sebagian atau seluruh data
dan hasil perhitungan serta laporan penilaian kepada pihak yang tidak berhak, kecuali penilai mendapat persetujuan tertulis dari pemberi tugas.
Universitas Sumatera Utara
135
e. Penilai wajib memberi penjelasan kepada pemberi tugas mengenai ruang
lingkup pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan pemberian tugas, termasuk jumlah imbalan jasanya.
f. Jumlah imbalan jasa yang diajukan kepada pemberi tugas harus merujuk
kepada standar imbalan jasa fee minimum yang ditetapkan asosiasi penilai yang diakui oleh pemerintah.
g. Jumlah imbalan jasa yang diterima penilai semata-mata harus didasarkan
atas lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan penilaian dan tarif rate yang lazim berlaku berdasarkan standard imbalan jasa fee
minimum yang ditetapkan oleh asosiasi penilai yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan keahlian yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut
berikut biaya-biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugasnya dilapangan. Untuk pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang, imbalan jasa
diatur sesuai standard fee dan kesepakatan antara penilai dan pemberi tugas. h.
Penilai tidak diperbolehkan mempunyai kepentingan lain di luar imbalan jasa yang ditentukan bersama antara penilai dengan pemberi tugas.
i. Penilai atas permintaan pemberi tugas wajib bersedia memberikan
penjelasan atas hasil penilaiannya kepada pihak pemberi tugas sebelum dibuat laporan akhir penilaian.
j. Apabila ada dua atau lebih pihak pemberi tugas meminta bantuan dalam jasa
penilaian dan atau jasa-jasa lain yang berkaitan dengan pekerjaan penilaianpada obyek yang sama dan pada waktu yang sama, penilai tersebut
hanya boleh menerima penugasan dari salah satu pihak saja kecuali apabila
Universitas Sumatera Utara
136
pihak-pihak pemberi tugas yang berkepentingan menyetujui secara tertulis bahwa penilai yang bersangkutan bekerja untuk kepentingan para pihak.
k. Apabila penilai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan penilaian dan atau
jasa yang berkaitan dengan pekerjaan penilaian memerlukan bantuan jasa profesional lainnya yang tidak dimilikinya untuk dapat melaksanakan
penugasannya ia wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan profesi lain yang diperlukan dan wajib menyebutkan hasil pekerjaan jasa professional
yang bersangkutan dalam laporan penilaiannya. l.
Penilai tidak diperbolehkan mengumumkan atau menggunakan laporan penilaiannya sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan penilaian
untuk kepentingan pihak lain, kecuali atas dasar persetujuan tertulis dari pemberi tugas yang bersangkutan.
3. Tanggung Jawab terhadap Sesama Penilai dan Usaha Jasa Penilai.
a. Penilai tidak dibenarkan melakukan persaingan curang yaitu antara lain
menggunakan imbalan jasa yang lebih rendah daripada standar imbalan jasa fee minimum yang ditetapkan oleh asosiasi dan atau dengan
mempromosikan dirinya sendiri kepada pemberi tugas untuk menggantikan kedudukan atau mengambil alih penugasan penilai lain dengan dalih dan
cara apapun. b.
Mencemarkan atau mencoba untuk mencemarkan nama baik penilai lainnya dengan memberikan dan atau menyampaikan ucapan atau pernyataan
kepada pihak lain atau pemberi tugas yang dapat merugikan kepentingan dan nama baik penilai lainnya.
Universitas Sumatera Utara
137
c. Apabila penilai mengetahui adanya kecenderungan atau indikasi bahwa
penilai yang bersangkutan telah melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan pada butir a dan b di atas adalah menjadi kewajiban setiap
penilai untuk melaporkan kepada pengurus asosiasi penilai dan atau Dewan Penilai Indonesia, termasuk memberikan bukti-bukti yang tersedia yang
diperlukan dalam usahanya mengupayakan pengusutan terhadap penilai yang bersangkutan.
4. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat.
a. Setiap penilai tidak diperbolehkan :
1. Melakukan kolusi dalam rangka mendapatkan penugasan atau
pekerjaan penilaian. 2.
Memberikan komisi dalam bentuk apapun kepada Pemberi TUgas, pengguna laporan, dan pihak terkait lainnya.
3. Dipengaruhi dan mempunyai kepentingan lain dengan Pemberi Tugas,
pengguna laporan dan pihak terkait lainnya. b.
Penilai harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya terhadap masyarakat yang telah memberikan kepercayaan oleh karenanya wajib
bertindak jujur dan obyektif serta tidak memihak dalam melakukan profesinya.
c. Apabila pemberi tugas menggunakan laporan penilaian untuk tujuan yang
berbeda dari yang disepakati maka penilai tidak wajib bertanggung jawab atas laporan yang digunakan untuk tujuan berbeda tersebut.
d. Penilai wajib mentaati hukum serta perundang-undangan yang berlaku yang
Universitas Sumatera Utara
138
berkaitan dengan profesinya sebagai penilai maupun kegiatan lainnya yang terkait dengan penilaian dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat pengguna jasa penilai. e.
Penilai hanya boleh melakukan promosi sepanjang hal tersebut dilakukan secara proporsional, wajar dan pada tempatnya dengan tujuan semata-mata
untuk memberikan informasi kepada masyarakat pengguna jasa mengenai keberadaan profesinya dan tidak merendahkan citra profesi.
Praktek – praktek yang Tidak Etis. 1.
Adalah tidak etis dari perusahaan penilai untuk mengaitkan perhitungan upah jasanya dengan :
a. Hasil suatu perselisihan mengenai obyek yang dinilai.
b. Jumlah penurunan pajak dalam hal penentuan pajak adalah
berdasarkan laporan penelitian. 2.
Adalah tidak etis bagi perusahaan penilai untuk menerima pekerjaan penilaian terhadap obyek – obyek tertentu, untuk obyek – obyek tertentu dimana
dia mempunyai kepentingan baik saat ini ataupun kepentingan di kemudian hari. Penilaian terhadap obyek yang juga merupakan kepentingan dari perusahaan
penilai hanya bisa dilakukan apabila kepentingan ini atau kemungkinan memperoleh kepentingan dari obyek ini sebelumnya dinyatakan dengan jelas
kepada pihak pengguna jasa, dan pengguna jasa tetap memberikan penugasan kepadanya untuk melakukan pekerjaan penilaian.
Tanggung jawab adalah suatu akibat lebih lanjut dari suatu sikap tindak
Universitas Sumatera Utara
139
yang harus dilunasi oleh setiap pribadi yang telah bersikap tindak, dalam hal:
233
1. Orang tersebut memang sudah mampu untuk bersikap dan bertindak sendiri,
2. Orang tersebut memang harus dimintai tanggung jawab atas perbuatannya,
dalam arti : a.
Ia bukanlah orang yang belum dewasa, b.
Ia bukanlah orang dewasa yang dibawah pengampuan curatele, c.
Ia bukan orang dewasa yang berada di bawah kekuasaan pihak lain. Dari pengertian tanggung jawab di atas terdapat perbuatan lanjutan yang
berbeda dengan perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya. Perbuatan lanjutan tadi membawa akibat baru pula, akibat tersebut pada umumnya diwujudkan dalam
bentuk ganti rugi material berupa:
234
1. Ganti rugi dalam bentuk uang,
2. Ganti kerugian dalam bentuk natura yang dilakukan atau pengembalian pada
keadaan semula, 3.
Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bersifat melawan hukum,
4. Larangan untuk melakukan perbuatan,
5. Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum,
6. Pengumuman keputusan atau dari sesuatu yang telah diperbaiki.
Dalam kaitannya dengan perbuatan hukum, pertanggung jawaban hukum
233
Purnadi Purbacaraka Ridwan Halim, Filsafat Hukum dalam Tanya Jawab , Jakarta : Rajawali, 1983, hal. 24.
234
Moegni Djodjodirjo, Perbuatan Melawan Hukum , Jakarta : Pradnya Paramita, 1982, hal. 102.
Universitas Sumatera Utara
140
dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu ;
235
1. Pertanggungjawaban Pidana
Salah satu kelebihan UU Nomor 8 Tahun 1995 dibandingkan dengan UUPM sebelumnya, yaitu pengenaan sanksi yang lebih beragam dengan ancaman
hukuman yang lebih berat. Seperti juga tindak pidana secara umum yang berdasarkan kepada KUH Pidana, maka UUPM No.5 Tahun1995, vide Pasal 103
sampai dengan 110 juga mengkategorikan tindak pidana ke dalam dua bagian, yaitu 1 tindak pidana kejahatan, dan 2 tindak pidana pelanggaran.
236
Ke dalam golongan tindak pidana kejahatan di Pasar Modal, dapat ditemukan keterangan sebagai berikut:
237
a. Barang siapa yang secara langsung atau tidak langsung:
1. Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana atau
cara apapun; 2.
Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain; 3.
Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan
maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memperngaruhi pihak
lain.
235
Joni Emirzon, Op.cit., hal. 96.
236
Munir Fuadi Op.cit., hal. 128-129.
237
Ibid., hal. 129-130.
Universitas Sumatera Utara
141
b. Barangsiapa yang melakukan tindakan, baik langsung, maupun tidak
langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar atau harga
efek di Bursa Efek. c.
Barangsiapa dengan cara apapun membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga
mempengaruhi harga efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan.
1. Dia mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau
keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan, atau
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan
kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut. Kejahatan ini akan diancam dengan hukuman maksimal 10 tahun penjara
dan denda maksimum lima belas milyar rupiah. Pasal 378 KUHP: Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan
perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan,
dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.
Universitas Sumatera Utara
142
Sama halnya pertanggungjawaban perdata, pertanggungjawaban pidana dapat dikenakan, akan tetapi hanya terhadap personil penilai yang melaksanakan
kegiatan. Pertanggungjawaban pidana selalu berhubungan erat dengan unsur kesalahan. Untuk menentukan adanya kesalahan seseorang, harus dipenuhi
beberapa unsur, seperti:
238
a. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pembuat,
b. Hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya yang berupa
kesengajaan dolus atau kealpaan culpa c.
Tidak adanya alasan penghapuskesalahan atau tidak adanya alasan pemaaf. Perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja, akan mendapatkan sanksi pidana. 2.
Pertanggungjawaban Perdata Pertanggungjawaban Perdata akan selalu berhubungan dengan tindakan
melawan atau melanggar hukum sehingga membuat pihak lain menderita kerugian.
239
1. Adanya perbuatan melawan hukum Onrecht Matigedaad,
Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata ada empat unsur perbuatan melawan hukum atau melanggar hukum, yaitu:
2. Harus ada kesalahan,
3. Harus ada kerugian yang ditimbulkan,
4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian.
Setiap perbuatan yang melawahan hukum karena kesalahan mengakibatkan kerugian bagi orang lain, maka ia harus memberikan ganti rugi kepada pihak yang
238
Ibid., hal. 101.
239
Ibid., hal. 97.
Universitas Sumatera Utara
143
dirugikannya, dengan tetap memperhatikan hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum tersebut dengan kerugian yang ditimbulkannya.
Timbulnya kerugian akibat tidak terlaksananya perjanjian yang telah disepakati, oleh karena itu, apabila perjanjian penilaian telah memenuhi syarat-
syarat yang tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka:
240
1. Isi perjanjian itu mengikat para pihak sebagai undang-undang,
2. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara sepihak tanpa izin dari pihak
lain kecuali ditegaskan dalam perjanjian, 3.
Perjanjian yang telah disepakati harus dilaksanakan dengan baik, yang berarti dalam pelaksanaan prestasi harus jujur, rela dan segera,
4. Para pihak tidak saja terikat oleh apa yang dicantumkan secara tegas dalam
perjanjian, juga oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang. Dengan demikian, suatu tanggung jawab yang dibenarkan kepada masing-
masing pihak, baik perusahaan penilai maupun pemakai jasa haruslah dilihat dari isi perjanjian yang dibuat dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan umum pada
buku III KUH Perdata terutama pasal 1320, 1338 KUH Perdata. Pada dasarnya pertanggung jawaban perdata bertujuan untuk memperoleh kompensasi atas
kerugian yang diderita, disamping untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Tanggung jawab karena kesalahan merupakan bentuk klasik
pertanggungjawaban perdata berdasarkan tiga prinsip yang diatur dalam pasal 1365, 1366, dan 1367 KUH Perdata. Jadi apabila pemakai jasa menderita kerugian
akibat kesalahan dalam menjalankan profesi penilai, maka pemakai jasa dapat
240
Ibid., hal. 98.
Universitas Sumatera Utara
144
menuntut ganti rugi, baik menurut wanprestasi maupun melawan hukum.
241
Jika didasarkan pada perbuatan melawan hukum, pemakai jasa harus dapat
membuktikan bahwa kerugian yang diderita disebabkan oleh kesalahan penilai atau perusahaan penilai yang:
242
a. Bertentangan dengan kewajiban profesional,
b. Melanggar hak pemakai jasa yang timbul dari kewajibannya,
c. Bertentangan dengan kesusilaan,
d. Bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat.
Sedangkan jika didasarkan pada wanprestasi, maka pemakai jasa harus mempunyai bukti-bukti kerugian akibat tidak dipenuhinya kewajiban perusahaan
penilai sesuai dengan standar profesi penilai yang berlaku dalam suatu kontrak penilaian.
Tanggung jawab Penilai dalam membuat laporan penilaian yang memuat informasi tidak benar tentang fakta material menyesatkan, seperti yang diatur
dalam Pasal 80 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, maka:
a. Setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran,
b. Direktur dan komisaris emiten pada waktu pernyataan pendaftaran menjadi
efektif, c.
Penjamin pelaksana emisi efek,
241
Ibid., hal. 99-100.
242
Ibid., hal. 100-101.
Universitas Sumatera Utara
145
d. Profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan pendapat
atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran,
wajib bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas kerugian yang timbul akibat perbuatan dimaksud.
Namun, apabila pihak-pihak yang dimaksud di atas dapat membuktikan bahwa yang bersangkutan telah bertindak secara profesional dan telah mengambil
langkah-langkah yang cukup untuk memastikan bahwa pernyataan keterangan yang dibuatnya dalam pernyataan pendaftaran adalah benar dan tidak ada fakta
material yang diketahuinya yang tidak dimuat dalam pernyataan pendaftaran yang diperlukan agar pernyataan tersebut tidak menyesatkan.
243
Apabila pembeli efek telah mengetahui sebelumnya bahwa informasi dalam prospektus tidak benar dan menyesatkan sebelum membeli efek tersebut, maka ia
tidak dapat mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul dari transaksi efek tersebut.
Tuntutan ganti rugi dalam hal terjadi pelanggaran sebagaimana yang dimaksud di atas, hanya dapat
diajukan dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak pernyataan pendaftaran efektif.
244
Undang-undang Pasar Modal sendiri membebankan liabilitas yuridis tersebut di atas khusus terhadap pelanggaran informasi yang berhubungan dengan
Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum danatau yang
243
Pasal 80 Ayat 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
244
Pasal 81 Ayat 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Universitas Sumatera Utara
146
berhubungan dengan Penawaran Umum atau Penjualan Efek dengan memakai prospektus atau tidak.
245
3. Pertanggungjawaban Administratif
Disamping kedua macam pertanggungjawaban hukum tersebut, perusahaan penilai dapat dikenakan sanksi administratif bila terbukti melakukan pelanggaran.
Hal ini diatur dalam Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu Bapepam Otoritas Jasa Keuangan akan mengenakan sanksi
administratif atas pelanggaran Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap pihak yang memperoleh
izin, persetujuan, atau pendaftaran di Bapepam Otoritas Jasa Keuangan. Sanksi administratif tersebut dapat berupa:
a. Peringatan tertulis,
b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu,
c. Pembatasan kegiatan usaha,
d. Pembekuan kegiatan usaha,
e. Pencabutan izin usaha,
f. Pembatalan izin usaha, dan
g. Pembatalan pendaftaran.
Selanjutnya PP No. 45 Tahun 1995, lewat Pasal 63 juncto Pasal 64 memperinci tentang hukuman denda administrasi, yaitu terdiri dari empat kategori
sebagai berikut:
246
245
Pasal 80 dan 81 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
Universitas Sumatera Utara
147
1. Denda Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah per hari dengan maksimum
Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah; 2.
Denda Rp. 100.000,- seratus ribu rupiah per hari dengan maksimum Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah;
3. Denda maksimum Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah
4. Denda maksimum maksimum Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah;
Tentang masing-masing sanksi pidana, sanksi perdata, dan sanksi administratif tentunya berlaku prinsip hukum yang umum dipraktekkan yakni
ketiga jenis sanksi tersebut dapat tetapi bukan harus berlaku secara kumulatif
246
Munir Fuady, Op.cit., hal. 145.
Universitas Sumatera Utara
148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan