Tanggung Jawab Hukum Penilai Terhadap Pelaksanaan Kegiatannya

132

C. Tanggung Jawab Hukum Penilai Terhadap Pelaksanaan Kegiatannya

di Pasar Modal Dalam praktek Usaha Jasa Penilai, terbuka kemungkinan Penilai atau Perusahaan Penilai melakukan perbuatan tidak sesuai dengan Kode Etik Penilaian Indonesia dan Standar Penilaian Indonesia. Orang-orang tersebut dapat dimintai pertanggungjwaban hukum seandainya masyarakat merasa dirugikan. Pertanggungjawaban tersebut tidak saja terhadap masyarakat, tetapi juga kepada integritas penilaian, asosiasi, dan sesama penilai. 231 Mengenai pertanggungjawaban Penilai, sesuai dengan Kode Etik Penilaian Indonesia yang harus dipatuhi adalah sebagai berikut: 232 1. Tanggung Jawab terhadap Integritas Pribadi Penilai a. Dalam menjalankan tugas, penilai mempunyai kewajiban untuk memberikan jasa yang sebaik-baiknya, sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang disyaratkan dalam SPI, dengan menjunjung tinggi integritas, kejujuran dan tidak memihak. b. Penilai bertanggungjawab sepenuhnya atas hasil penilaian yang dilakukannya dalam batas-batas yang ditetapkan berdasarkan SPI. c. Penilai tidak dibenarkan menerima atau memberikan pekerjaan dalam jumlah yang melebihi dari kemampuan yang dapat mempengaruhi kredibilitan hasil penilaian. 231 Joni Emirzon, Op.cit., hal. 89. 232 Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.0 - 7.4 Universitas Sumatera Utara 133 d. Penilai tidak diperkenankan mempunyai kepentingan atas hasil penilaiannya, baik bagi dirinya sendiri maupun pihak lain yang terkait sekarang maupun dimasa mendatang. e. Penilai sebagai karyawan atau tenaga ahli yang bekerja pada suatu Usaha Jasa Penilai tidak dibenarkan untuk melaksanakan pekerjaan penilaian atas namanya sendiri tanpa ijin tertulis dari Usaha Jasa Penilai dimana ia bekerja. f. Penilai harus menjaga integritas pribadinya dan tidak akan bertindak atau bertingkah laku dengan cara-cara yang dapat merendahkan derajat profesi penilai, dan tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat merusak nama baik penilai lain, citra asosiasi dan profesi penilai. g. Penilai wajib menandatangani pernyataan penilai didalam laporan penilaian yang disusunnya dengan mencantumkan nama dan nomor anggota asosiasi sesuai dengan yang diatur dalam Standar Penilaian Indonesia. h. Penilai wajib meningkatkan pengetahuannya dalam bidang penilaian, dengan mengikuti program peningkatan kemampuan atau keahlian berkelanjutan continuing professional developmentCPD yang diselenggarakan oleh asosiasi penilai atau pihak lain yang diakui oleh asosiasi. i. Penilai harus taat dan tunduk kepada norma moral, norma etika serta etika bisnis dan wajib menghindarkan diri dari setiap tindakan yang cenderung mengakibatkan profesi penilai asosiasi atau anggota-anggotanya tercemar nama baiknya. Universitas Sumatera Utara 134 2. Tanggung Jawab terhadap Pemberi Tugas a. Tanggung jawab utama penilai terhadap pemberi tugas adalah memberikan penilaian yang lengkap dan teliti tanpa menghiraukan atau memperhatikan keinginan dan instruksi-instruksi atau permintaan pihak pemberi tugas yang sifatnya dapat mempengaruhi kemandirian atau untuk mengubah hasil penilaian yang obyektif dan tidak memihak sebagaimana ditetapkan dalam SPI. b. Hubungan kerja antara penilai dengan pemberi tugas wajib dituangkan dalam perjanjian tertulis yang akan menjadi dasar hukum pemberian tugas dan hubungan kerja kedua belah pihak yang isinya antara lain menyebutkan jenis kegiatan atau penugasan, jangka waktu penugasan dan imbalan jasa yang telah disepakati kedua belah pihak sesuai dengan standard yang berlaku. c. Penilai wajib menolak pekerjaan yang ditawarkan kepadanya atau diminta oleh pemberi tugas, apabila ia tidak memiliki kompetensi, kualifikasi dan pengetahuan yang cukup memadai untuk melaksanakan ketentuan dalam pedoman kerja profesi penilai, KEPI dan SPI. d. Penilai wajib bertindak dengan cara yang profesional dalam hubungan kerja dengan pemberi tugas dan wajib merahasiakan sebagian atau seluruh data dan hasil perhitungan serta laporan penilaian kepada pihak yang tidak berhak, kecuali penilai mendapat persetujuan tertulis dari pemberi tugas. Universitas Sumatera Utara 135 e. Penilai wajib memberi penjelasan kepada pemberi tugas mengenai ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan pemberian tugas, termasuk jumlah imbalan jasanya. f. Jumlah imbalan jasa yang diajukan kepada pemberi tugas harus merujuk kepada standar imbalan jasa fee minimum yang ditetapkan asosiasi penilai yang diakui oleh pemerintah. g. Jumlah imbalan jasa yang diterima penilai semata-mata harus didasarkan atas lamanya waktu yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan penilaian dan tarif rate yang lazim berlaku berdasarkan standard imbalan jasa fee minimum yang ditetapkan oleh asosiasi penilai yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan keahlian yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut berikut biaya-biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugasnya dilapangan. Untuk pekerjaan tambah atau pekerjaan kurang, imbalan jasa diatur sesuai standard fee dan kesepakatan antara penilai dan pemberi tugas. h. Penilai tidak diperbolehkan mempunyai kepentingan lain di luar imbalan jasa yang ditentukan bersama antara penilai dengan pemberi tugas. i. Penilai atas permintaan pemberi tugas wajib bersedia memberikan penjelasan atas hasil penilaiannya kepada pihak pemberi tugas sebelum dibuat laporan akhir penilaian. j. Apabila ada dua atau lebih pihak pemberi tugas meminta bantuan dalam jasa penilaian dan atau jasa-jasa lain yang berkaitan dengan pekerjaan penilaianpada obyek yang sama dan pada waktu yang sama, penilai tersebut hanya boleh menerima penugasan dari salah satu pihak saja kecuali apabila Universitas Sumatera Utara 136 pihak-pihak pemberi tugas yang berkepentingan menyetujui secara tertulis bahwa penilai yang bersangkutan bekerja untuk kepentingan para pihak. k. Apabila penilai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan penilaian dan atau jasa yang berkaitan dengan pekerjaan penilaian memerlukan bantuan jasa profesional lainnya yang tidak dimilikinya untuk dapat melaksanakan penugasannya ia wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan profesi lain yang diperlukan dan wajib menyebutkan hasil pekerjaan jasa professional yang bersangkutan dalam laporan penilaiannya. l. Penilai tidak diperbolehkan mengumumkan atau menggunakan laporan penilaiannya sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan penilaian untuk kepentingan pihak lain, kecuali atas dasar persetujuan tertulis dari pemberi tugas yang bersangkutan. 3. Tanggung Jawab terhadap Sesama Penilai dan Usaha Jasa Penilai. a. Penilai tidak dibenarkan melakukan persaingan curang yaitu antara lain menggunakan imbalan jasa yang lebih rendah daripada standar imbalan jasa fee minimum yang ditetapkan oleh asosiasi dan atau dengan mempromosikan dirinya sendiri kepada pemberi tugas untuk menggantikan kedudukan atau mengambil alih penugasan penilai lain dengan dalih dan cara apapun. b. Mencemarkan atau mencoba untuk mencemarkan nama baik penilai lainnya dengan memberikan dan atau menyampaikan ucapan atau pernyataan kepada pihak lain atau pemberi tugas yang dapat merugikan kepentingan dan nama baik penilai lainnya. Universitas Sumatera Utara 137 c. Apabila penilai mengetahui adanya kecenderungan atau indikasi bahwa penilai yang bersangkutan telah melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan pada butir a dan b di atas adalah menjadi kewajiban setiap penilai untuk melaporkan kepada pengurus asosiasi penilai dan atau Dewan Penilai Indonesia, termasuk memberikan bukti-bukti yang tersedia yang diperlukan dalam usahanya mengupayakan pengusutan terhadap penilai yang bersangkutan. 4. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat. a. Setiap penilai tidak diperbolehkan : 1. Melakukan kolusi dalam rangka mendapatkan penugasan atau pekerjaan penilaian. 2. Memberikan komisi dalam bentuk apapun kepada Pemberi TUgas, pengguna laporan, dan pihak terkait lainnya. 3. Dipengaruhi dan mempunyai kepentingan lain dengan Pemberi Tugas, pengguna laporan dan pihak terkait lainnya. b. Penilai harus selalu menyadari akan tanggung jawabnya terhadap masyarakat yang telah memberikan kepercayaan oleh karenanya wajib bertindak jujur dan obyektif serta tidak memihak dalam melakukan profesinya. c. Apabila pemberi tugas menggunakan laporan penilaian untuk tujuan yang berbeda dari yang disepakati maka penilai tidak wajib bertanggung jawab atas laporan yang digunakan untuk tujuan berbeda tersebut. d. Penilai wajib mentaati hukum serta perundang-undangan yang berlaku yang Universitas Sumatera Utara 138 berkaitan dengan profesinya sebagai penilai maupun kegiatan lainnya yang terkait dengan penilaian dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada masyarakat pengguna jasa penilai. e. Penilai hanya boleh melakukan promosi sepanjang hal tersebut dilakukan secara proporsional, wajar dan pada tempatnya dengan tujuan semata-mata untuk memberikan informasi kepada masyarakat pengguna jasa mengenai keberadaan profesinya dan tidak merendahkan citra profesi. Praktek – praktek yang Tidak Etis. 1. Adalah tidak etis dari perusahaan penilai untuk mengaitkan perhitungan upah jasanya dengan : a. Hasil suatu perselisihan mengenai obyek yang dinilai. b. Jumlah penurunan pajak dalam hal penentuan pajak adalah berdasarkan laporan penelitian. 2. Adalah tidak etis bagi perusahaan penilai untuk menerima pekerjaan penilaian terhadap obyek – obyek tertentu, untuk obyek – obyek tertentu dimana dia mempunyai kepentingan baik saat ini ataupun kepentingan di kemudian hari. Penilaian terhadap obyek yang juga merupakan kepentingan dari perusahaan penilai hanya bisa dilakukan apabila kepentingan ini atau kemungkinan memperoleh kepentingan dari obyek ini sebelumnya dinyatakan dengan jelas kepada pihak pengguna jasa, dan pengguna jasa tetap memberikan penugasan kepadanya untuk melakukan pekerjaan penilaian. Tanggung jawab adalah suatu akibat lebih lanjut dari suatu sikap tindak Universitas Sumatera Utara 139 yang harus dilunasi oleh setiap pribadi yang telah bersikap tindak, dalam hal: 233 1. Orang tersebut memang sudah mampu untuk bersikap dan bertindak sendiri, 2. Orang tersebut memang harus dimintai tanggung jawab atas perbuatannya, dalam arti : a. Ia bukanlah orang yang belum dewasa, b. Ia bukanlah orang dewasa yang dibawah pengampuan curatele, c. Ia bukan orang dewasa yang berada di bawah kekuasaan pihak lain. Dari pengertian tanggung jawab di atas terdapat perbuatan lanjutan yang berbeda dengan perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya. Perbuatan lanjutan tadi membawa akibat baru pula, akibat tersebut pada umumnya diwujudkan dalam bentuk ganti rugi material berupa: 234 1. Ganti rugi dalam bentuk uang, 2. Ganti kerugian dalam bentuk natura yang dilakukan atau pengembalian pada keadaan semula, 3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan adalah bersifat melawan hukum, 4. Larangan untuk melakukan perbuatan, 5. Meniadakan sesuatu yang diadakan secara melawan hukum, 6. Pengumuman keputusan atau dari sesuatu yang telah diperbaiki. Dalam kaitannya dengan perbuatan hukum, pertanggung jawaban hukum 233 Purnadi Purbacaraka Ridwan Halim, Filsafat Hukum dalam Tanya Jawab , Jakarta : Rajawali, 1983, hal. 24. 234 Moegni Djodjodirjo, Perbuatan Melawan Hukum , Jakarta : Pradnya Paramita, 1982, hal. 102. Universitas Sumatera Utara 140 dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu ; 235 1. Pertanggungjawaban Pidana Salah satu kelebihan UU Nomor 8 Tahun 1995 dibandingkan dengan UUPM sebelumnya, yaitu pengenaan sanksi yang lebih beragam dengan ancaman hukuman yang lebih berat. Seperti juga tindak pidana secara umum yang berdasarkan kepada KUH Pidana, maka UUPM No.5 Tahun1995, vide Pasal 103 sampai dengan 110 juga mengkategorikan tindak pidana ke dalam dua bagian, yaitu 1 tindak pidana kejahatan, dan 2 tindak pidana pelanggaran. 236 Ke dalam golongan tindak pidana kejahatan di Pasar Modal, dapat ditemukan keterangan sebagai berikut: 237 a. Barang siapa yang secara langsung atau tidak langsung: 1. Menipu atau mengelabui pihak lain dengan menggunakan sarana atau cara apapun; 2. Turut serta menipu atau mengelabui pihak lain; 3. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan tujuan memperngaruhi pihak lain. 235 Joni Emirzon, Op.cit., hal. 96. 236 Munir Fuadi Op.cit., hal. 128-129. 237 Ibid., hal. 129-130. Universitas Sumatera Utara 141 b. Barangsiapa yang melakukan tindakan, baik langsung, maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar atau harga efek di Bursa Efek. c. Barangsiapa dengan cara apapun membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan diberikan. 1. Dia mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan, atau 2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangan tersebut. Kejahatan ini akan diancam dengan hukuman maksimal 10 tahun penjara dan denda maksimum lima belas milyar rupiah. Pasal 378 KUHP: Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan-perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan, dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun. Universitas Sumatera Utara 142 Sama halnya pertanggungjawaban perdata, pertanggungjawaban pidana dapat dikenakan, akan tetapi hanya terhadap personil penilai yang melaksanakan kegiatan. Pertanggungjawaban pidana selalu berhubungan erat dengan unsur kesalahan. Untuk menentukan adanya kesalahan seseorang, harus dipenuhi beberapa unsur, seperti: 238 a. Adanya kemampuan bertanggung jawab pada si pembuat, b. Hubungan batin antara si pembuat dan perbuatannya yang berupa kesengajaan dolus atau kealpaan culpa c. Tidak adanya alasan penghapuskesalahan atau tidak adanya alasan pemaaf. Perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, akan mendapatkan sanksi pidana. 2. Pertanggungjawaban Perdata Pertanggungjawaban Perdata akan selalu berhubungan dengan tindakan melawan atau melanggar hukum sehingga membuat pihak lain menderita kerugian. 239 1. Adanya perbuatan melawan hukum Onrecht Matigedaad, Berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata ada empat unsur perbuatan melawan hukum atau melanggar hukum, yaitu: 2. Harus ada kesalahan, 3. Harus ada kerugian yang ditimbulkan, 4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dan kerugian. Setiap perbuatan yang melawahan hukum karena kesalahan mengakibatkan kerugian bagi orang lain, maka ia harus memberikan ganti rugi kepada pihak yang 238 Ibid., hal. 101. 239 Ibid., hal. 97. Universitas Sumatera Utara 143 dirugikannya, dengan tetap memperhatikan hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum tersebut dengan kerugian yang ditimbulkannya. Timbulnya kerugian akibat tidak terlaksananya perjanjian yang telah disepakati, oleh karena itu, apabila perjanjian penilaian telah memenuhi syarat- syarat yang tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata, maka: 240 1. Isi perjanjian itu mengikat para pihak sebagai undang-undang, 2. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara sepihak tanpa izin dari pihak lain kecuali ditegaskan dalam perjanjian, 3. Perjanjian yang telah disepakati harus dilaksanakan dengan baik, yang berarti dalam pelaksanaan prestasi harus jujur, rela dan segera, 4. Para pihak tidak saja terikat oleh apa yang dicantumkan secara tegas dalam perjanjian, juga oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang. Dengan demikian, suatu tanggung jawab yang dibenarkan kepada masing- masing pihak, baik perusahaan penilai maupun pemakai jasa haruslah dilihat dari isi perjanjian yang dibuat dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan umum pada buku III KUH Perdata terutama pasal 1320, 1338 KUH Perdata. Pada dasarnya pertanggung jawaban perdata bertujuan untuk memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita, disamping untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Tanggung jawab karena kesalahan merupakan bentuk klasik pertanggungjawaban perdata berdasarkan tiga prinsip yang diatur dalam pasal 1365, 1366, dan 1367 KUH Perdata. Jadi apabila pemakai jasa menderita kerugian akibat kesalahan dalam menjalankan profesi penilai, maka pemakai jasa dapat 240 Ibid., hal. 98. Universitas Sumatera Utara 144 menuntut ganti rugi, baik menurut wanprestasi maupun melawan hukum. 241 Jika didasarkan pada perbuatan melawan hukum, pemakai jasa harus dapat membuktikan bahwa kerugian yang diderita disebabkan oleh kesalahan penilai atau perusahaan penilai yang: 242 a. Bertentangan dengan kewajiban profesional, b. Melanggar hak pemakai jasa yang timbul dari kewajibannya, c. Bertentangan dengan kesusilaan, d. Bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat. Sedangkan jika didasarkan pada wanprestasi, maka pemakai jasa harus mempunyai bukti-bukti kerugian akibat tidak dipenuhinya kewajiban perusahaan penilai sesuai dengan standar profesi penilai yang berlaku dalam suatu kontrak penilaian. Tanggung jawab Penilai dalam membuat laporan penilaian yang memuat informasi tidak benar tentang fakta material menyesatkan, seperti yang diatur dalam Pasal 80 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, maka: a. Setiap pihak yang menandatangani pernyataan pendaftaran, b. Direktur dan komisaris emiten pada waktu pernyataan pendaftaran menjadi efektif, c. Penjamin pelaksana emisi efek, 241 Ibid., hal. 99-100. 242 Ibid., hal. 100-101. Universitas Sumatera Utara 145 d. Profesi penunjang pasar modal atau pihak lain yang memberikan pendapat atau keterangan dan atas persetujuannya dimuat dalam pernyataan pendaftaran, wajib bertanggung jawab, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama, atas kerugian yang timbul akibat perbuatan dimaksud. Namun, apabila pihak-pihak yang dimaksud di atas dapat membuktikan bahwa yang bersangkutan telah bertindak secara profesional dan telah mengambil langkah-langkah yang cukup untuk memastikan bahwa pernyataan keterangan yang dibuatnya dalam pernyataan pendaftaran adalah benar dan tidak ada fakta material yang diketahuinya yang tidak dimuat dalam pernyataan pendaftaran yang diperlukan agar pernyataan tersebut tidak menyesatkan. 243 Apabila pembeli efek telah mengetahui sebelumnya bahwa informasi dalam prospektus tidak benar dan menyesatkan sebelum membeli efek tersebut, maka ia tidak dapat mengajukan tuntutan ganti rugi terhadap kerugian yang timbul dari transaksi efek tersebut. Tuntutan ganti rugi dalam hal terjadi pelanggaran sebagaimana yang dimaksud di atas, hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak pernyataan pendaftaran efektif. 244 Undang-undang Pasar Modal sendiri membebankan liabilitas yuridis tersebut di atas khusus terhadap pelanggaran informasi yang berhubungan dengan Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum danatau yang 243 Pasal 80 Ayat 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal 244 Pasal 81 Ayat 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Universitas Sumatera Utara 146 berhubungan dengan Penawaran Umum atau Penjualan Efek dengan memakai prospektus atau tidak. 245 3. Pertanggungjawaban Administratif Disamping kedua macam pertanggungjawaban hukum tersebut, perusahaan penilai dapat dikenakan sanksi administratif bila terbukti melakukan pelanggaran. Hal ini diatur dalam Pasal 102 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yaitu Bapepam Otoritas Jasa Keuangan akan mengenakan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 dan atau peraturan pelaksanaannya yang dilakukan oleh setiap pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran di Bapepam Otoritas Jasa Keuangan. Sanksi administratif tersebut dapat berupa: a. Peringatan tertulis, b. Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah uang tertentu, c. Pembatasan kegiatan usaha, d. Pembekuan kegiatan usaha, e. Pencabutan izin usaha, f. Pembatalan izin usaha, dan g. Pembatalan pendaftaran. Selanjutnya PP No. 45 Tahun 1995, lewat Pasal 63 juncto Pasal 64 memperinci tentang hukuman denda administrasi, yaitu terdiri dari empat kategori sebagai berikut: 246 245 Pasal 80 dan 81 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Universitas Sumatera Utara 147 1. Denda Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah per hari dengan maksimum Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah; 2. Denda Rp. 100.000,- seratus ribu rupiah per hari dengan maksimum Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah; 3. Denda maksimum Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah 4. Denda maksimum maksimum Rp. 100.000.000,- seratus juta rupiah; Tentang masing-masing sanksi pidana, sanksi perdata, dan sanksi administratif tentunya berlaku prinsip hukum yang umum dipraktekkan yakni ketiga jenis sanksi tersebut dapat tetapi bukan harus berlaku secara kumulatif 246 Munir Fuady, Op.cit., hal. 145. Universitas Sumatera Utara 148 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan