127
penilaian yang dilakukan tidak sesuai dengan SPI tersebut tidak dapat dibenarkan jika menghasilkan penilaian yang menyesatkan.
216
Persetujuan Penilai harus didapatkan atas setiap publikasi terhadap keseluruhan atau sebagian laporan, atau
referensi yang dipublikasikan, termasuk referensi mengenai laporan keuangan perusahaan, danatau laporan direksipimpinan perusahaan, danataupernyataan
atau kajian lainnya atau pernyataanedaran apapun dari perusahaan.
217
Tidak ada penyimpangan yang diperbolehkan kecuali dapat dibuktikan bahwa adanya keterbatasan danatau penyimpangan untuk menggunakan setiap
persyaratan dalam Lingkup Penugasan sesuai SPI. Adanya keterbatasan danatau penyimpangan yang dapat dibenarkan, harus diungkapkan dalam setiap penugasan
penilaian.
218
B. Pelaksanaan Prinsip Transparansi Oleh Perusahaan Jasa Penilai
Pada hakikatnya, Usaha Jasa Penilai adalah badan usaha yang berpredikat sebagai lembaga kepercayaan, wajib memberikan penilaian yang independen.
219
216
SPI 103 Pasal 5.3.1.11
217
SPI 103 Pasal 5.3.3
218
SPI 103 Pasal 8.0
219
Pasal 67 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64.
Perusahaan Penilai sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal mempunyai kedudukan yang cukup penting, karena lembaga ini berperan dalam menentukan
nilai wajar dan harta milik perusahaan. Nilai ini diperlukan sebagai bahan informasi bagi para investor dalam mengambil keputusan investasi. Salah satu
tolok ukur yang dipergunakan untuk menilai keadaan perusahaan go public adalah dengan mengetahui seberapa jauh nilai harta tetap perusahaan bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
128
Peran penilai antara lain
220
c. Penilai berperan menilai keberadaan suatu barangbenda secara fisik dan
non fisik. Secara fisik berarti menilai berapa nilai barang tersebut jika dirupiahkan.
:
d. Dalam bentuk fisiknya, harta kekayaan dapat berupa harta tetap, harta tidak
tetap maupun yang tidak berwujud. Semua itu menjadi tanggung jawab penilai.
Aset merupakan harta kekayaan dari emiten sehingga perlu diberikan penilaian yang objektif dan terbuka. Sebab bagian inilah yang dibeli dan dibayar
oleh pemodal, atau yang dapat dijadikan agunan terhadap pinjaman dari pemodal. Dengan demikian, penilai bisa menentukan seberapa besar nilai kekayaan emiten.
Selanjutnya nilai kekayaan ini akan menentukan harga saham atau obligasi. Karena itu emiten sangat erat kaitannya dengan keberadaan penilai.
221
Hasil dari penilaian tersebut akan dilampirkan dalam dokumen prospektus emiten, untuk selanjutnya dijadikan bahan informasi oleh calon investor. Oleh
karena itulah profesi penilai diharapkan dapat bekerja secara transparan dan memberikan penilaian yang independen. Penilaian yang independen ini
diperlukan untuk menghindari tindakan penipuan informasi bagi calon investor oleh perusahaan yang akan go public , karena umumnya dalam mekanisme
penawaran umum perdana, emiten ingin menarik minat calon investor melalui nilai harta dan aset perusahaan yang besar. Padahal, pemodal menginginkan suatu
penilaian yang independen dan objektif atas aset-aset perusahaan, sehingga
220
Sarwidji Widoatmodjo, 2, Loc.cit., hal. 79.
221
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
129
mereka merasa yakin bahwa mereka berinvestasi di perusahaan yang potensial. Karena apabila seorang pemodal berinvestasi di perusahaan yang laporan
penilaian asetnya tidak dapat dijamin transparansi dan independensinya, maka hal ini akan menimbulkan kerugian yang besar dikemudian hari bagi pihak investor.
Oleh karena itu sangat ditekankan penerapan prinsip transparansi oleh perusahaan jasa penilai dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang Penilai tidak boleh dengan sengaja melakukan penilaian, membuat laporan, penilaian, membuat surat keterangan atau komunikasi lain tentang
penilaian apabila mengandung salah satu hal berikut:
222
a. Berisi Pernyataan atau informasi yang secara material tidak benar atau
menyesatkan atau yang dibuat sembarangan; atau b.
Penghilangan atau pengaburan informasi penting yang harus disertakan, sehingga dapat berakibat menyesatkan.
Apabila Penilai menyadari adanya informasi yang tidak benar, maka harus segera mengambil tindakan dengan cara melakukan koordinasi dengan Pemberi
Tugas terkait dengan informasi tersebut, misalnya dengan melakukan revisi atas laporan penilaian.
223
Prinsip kerahasiaan mewajibkan semua Penilai untuk tidak melakukan:
224
a. Pengungkapan di luar institusinya atau penggunaan informasi rahasia yang
diperoleh dari layanan jasa penilaian tanpa persetujuan kecuali memiliki hak secara legal atau hak profesi atau kewajiban untuk mengungkapkan; dan
222
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 4.1.2
223
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 4.1.3
224
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 4.4.1
Universitas Sumatera Utara
130
b. Pengungkapan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga. Penilai harus menjaga kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan sosial,
bersikap waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, terutama untuk rakan bisnis yang dekat atau keluarga yang dekat. Penilai harus
menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh Pemberi Tugas, menjaga kerahasiaan informasi dalan institusinya ataupun tim kerjanya.
225
Penilai harus mematuhi prinsip kerahasiaan, bahkan setelah berakhirnya hubungan kerja dengan
Pemberi Tugas, tetapi terdapat beberapa pengecualian terhadap pengungkapan informasi rahasia atau dituasi dimana pengungkapan tersbut diperlukan, yakni
Pertama, apabila pengungkapan diperbolehkan oleh hukum dan diberi wewenang oleh Pemberi Tugas. Kedua, pengungkapan yang diharuskan oleh hukum,
misalnya penyediaan dokumen atau bukti lainnya dalam proses hukum atau pengungkapan kepada otoritas yang berwenang karena adanya pelanggaran
hukum. Ketiga, kewajiban atau hak profesi untuk mengungkapkan yang tidak dilarang oleh hukum, yaitu untuk memenuhi review kualitas dari Asosiasi Profesi
Penilai, untuk menanggapi pemeriksaan oleh organisasi Pembina profesi,, untuk melindungi kepentinagn profesi dari Penilai dalam proses hukum, dan untuk
memenuhi standar teknis dan persyaratan etik.
226
Tanggung jawab utama Penilai terhadap Pemberi Tugas adalah memberikan penilaian yang lengkap dan teliti tanpa menghiraukan atau memperhatikan
keinginan dan instruksi-instruksi atau permintaan pihak Pemberi Tugas yang
225
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 4.4.2 - 4.4.4
226
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 4.4.6
Universitas Sumatera Utara
131
sifatnya dapat memengaruhi kemandirian atau untuk mengubah hasil penilaian yang obyektif dan tidak memihak sebagaimana ditetapkan dalam SPI. Namun
demikian, dalam hal Pemberi Tugas tidak memberikan data dan informasi yang benar, termasuk antara lain identifikasi jenis properti dan oenunjukan lokasi yang
salah, maka Penilai dibebaskan dari tanggung jawab atas hasil penilaian yang tidak tepat dikarenakan kesalahan tersebut. Hubungan kerja antara Penilai dengan
Pemberi Tugas wajib dituangkan dalam perjanjian tertulis yang akan menjadi dasar hukum penugasan dan hubungan kerja kedua belah pihak yang isinya antara
lain menyebutkan jenis kegiatan atau penugasan, jangka waktu penugasan dan imbalan jasa yang telah disepakati kedua belah pihak sesuai dengan standar yang
berlaku.
227
Penilai wajib bertindak dengan cara yang profesional dalam hubungan kerja dengan Pemberi Tugas dan wajib merahasiakan sebagian atau seluruh data
dan hasil perhitungan serta Laporan Penilaian kepada pihak yang tidak berhak, kecuali Penilai mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas.
228
Apabila Pemberi Tugas menggunakan laporan penilaian untuk tujuan yang berbeda dari yang disepakati, maka Penilai tidak wajib bertanggung jawab atas
laporan yang digunakan untuk tujuan berbeda tersebut.
229
Penilai wajib menaati hukum serta perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan profesinya
sebagai Penilai maupun kegiatan lainnya yang terkait dengan penilaian dalam rangka memberikan kepastian hukum kepada pengguna jasa Penilai.
230
227
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.2.1-7.2.2
228
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.2.4
229
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.4.3
230
Kode Etik Penilai Indonesia 2013 Pasal 7.4.4
Universitas Sumatera Utara
132
C. Tanggung Jawab Hukum Penilai Terhadap Pelaksanaan Kegiatannya