1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran pada hakekatnya berguna untuk mengembangkan keterampilan, aktivitas, dan kreativitas siswa melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar, namun dalam pelaksanaannya seringkali seorang guru kurang menyadari bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang
menghambat perkembangan keterampilan, aktivitas, dan kreativitas siswa. Pembelajaran kimia selama ini masih bersifat pembelajaran biasa, siswa sering
dihadapkan pada masalah antara teori dan kenyataan. Sehingga siswa menganggap bahwa apa yang dipelajari di sekolah tidak dapat diterapkan pada
kehidupan nyata dan tidak berguna dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pembelajaran akan lebih bermakna jika dikaitkan dengan suatu
masalah pada kehidupan nyata seperti pada proses pembelajaran berbasis masalah,
yang pembelajarannya dirancang untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan menyelesaikan masalah melalui situasi riil atau simulasi Sutirman, 2013. Pembelajaran
berbasis masalah juga mendorong siswa untuk dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkan keterampilan yang lebih tinggi, melatih kemandirian
siswa, dan dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa Nur, 2011. Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara peneliti dengan guru
kimia di SMA N 1 Jekulo pada 15 Januari 2015 diperoleh informasi bahwa
pembelajaran kimia belum sepenuhnya berpusat pada siswa dan kegiatan praktikum di sekolah belum memberikan pengalaman kepada siswa untuk
membuat hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal tersebut disebabkan prosedur praktikum yang digunakan umumnya hanya
berisi instruksi langsung. Siswa mengerjakan langkah-langkah sesuai perintah, sehingga kurang melatih keterampilan proses sains KPS sehingga belum bisa
berkembang dengan baik. Keterampilan proses sains perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran.
Melalui pengalaman langsung siswa dapat lebih menghayati proses atau kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. Pembelajaran yang
dimaksudkan disini adalah pembelajaran yang menarik dengan mengaitkan konsep kimia yang dipelajari dengan suatu masalah dalam kehidupan sehari-
hari dan mampu meningkatkan KPS siswa. Kegiatan praktikum merupakan suatu sarana yang dapat digunakan untuk
melatih siswa dalam kerja laboratorium. Siswa harus memiliki keterampilan dasar dalam praktikum seperti melakukan pengamatan, mengelompokkan data,
membuat hipotesis, merencanakan suatu percobaan, mampu menggunakan alat dan bahan, menganalisis data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan
hasil pengamatannya Rustaman, 2007. Romlah dan Adisendjaja 2009 menyatakan bahwa melalui praktikum, siswa dilatih mengembangkan
keterampilan proses yang menjadi dasar kemampuan melaksanakan penelitian sebenarnya. Praktikum berbasis masalah memberikan pembelajaran agar siswa
dapat meningkatkan KPS dalam praktikum dan kemampuan memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata.
Pembelajaran kimia sangat memerlukan kegiatan penunjang berupa praktikum maupun eksperimen di laboratorium. Hal ini dikarenakan praktikum
adalah salah satu bentuk pendekatan keterampilan proses. Haryono 2006: 1 mengungkapkan
bahwa keterampilan
proses sains
sangat penting
dikembangkan dalam pendidikan karena merupakan kompetensi dasar untuk mengembangkan sikap ilmiah siswa dan keterampilan dalam memecahkan
masalah, sehingga dapat membentuk pribadi siswa yang kreatif, kritis, terbuka, inovatif, dan kompetitif dalam persaingan global di masyarakat. Bagi siswa
diadakannya praktikum selain dapat melatih bagaimana penggunaan alat dan bahan yang tepat, juga membantu pemahaman mereka terhadap materi kimia
yang diajarkan di kelas. Selain itu, bagi siswa yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, maka melalui praktikum siswa diharapkan dapat memperoleh jawaban
dari rasa ingin tahunya secara nyata dan juga dapat memahami suatu masalah yang ada di lingkungan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan metakognisi mahasiswa, skor rata-rata sebesar
39,75 lebih tinggi daripada pembelajaran melalui strategi kooperatif konvensional sebesar 30,30 Danial, 2010. Penerapan problem based learning
PBL dengan media crossword dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar pada materi minyak bumi sebesar 53,27 pada siklus I dan 64,49
pada siklus II Nurhayati et al., 2013. Penerapan model PBL berbantuan
media transvisi di SMA N Negeri 1 Radublatung dapat meningkatkan kemampuan KPS sebesar 62,39 dan peningkatan hasil belajar siswa sebesar
49,43 Rahayuet al., 2012. Selain itu, penuntun praktikum berbentuk komik juga dapat membantu siwa melakukan praktikum terhadap perkembangan KPS
siswa dengan memperoleh nilai rata-rata yaitu 83 Hanifa, 2013. Sedangkan, penelitian oleh Wahyuni dan Nuni 2010 penerapan PBL berorientasi Chemo-
Enterpreneurship dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dari 65 menjadi 81,2 dan ketuntasan belajar meningkat dari 34 menjadi 100.
Larutan penyangga merupakan salah satu pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia dan terdapat konsep-konsep yang sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sangat penting bagi siswa untuk menguasai konsep larutan penyangga sehingga dapat mengaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa, sebab kesan yang didapatkan oleh siswa lebih
tahan lama tersimpan dalam benak siswa. Beberapa dalil, konsep, atau suatu rumus akan mudah terlupakan apabila tidak dipraktekkan dan dibuktikan
melalui perbuatan siswa sendiri Sa’adah, 2013. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti
mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Praktikum Berbasis Masalah
pada Materi Larutan Penyangga untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA
”.
1.2 Rumusan Masalah