77 pertama sampai pertemuan ketiga. Presentase kenaikan partisipasi
siswa dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua yaitu sebesar 5,88 , dari pertemuan kedua ke pertemuan ketiga yaitu sebesar
12,88 , sedangkan dari pertemuan pertama ke pertemuan ketiga mengalami kenaikan sebesar 18,76 . Untuk lebih jelasnya,
partisipasi siswa selama proses pembelajaran siklus pertama disajikan dengan diagram sebagai berikut :
Gambar 8. Diagram Batang Partisipasi Siswa Siklus I
d. Refleksi
Setelah siklus pertama selesai, peneliti bersama dengan teman sejawat dan guru kelas IV mengolah dan mendiskusikan
1 2
3 Series
2 565
605 692
100 200
300 400
500 600
700 800
900
Jumlah Sk
or
78 hasil lembar observasi baik observasi terhadap partisipasi
siswa maupun terhadap aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan hasil post test
siklus I. Partisipasi siswa selama proses pembelajaran siklus 1 sudah mengalami peningkatan tiap pertemuannya. Hal ini
ditunjukkan dengan jumlah nilai rata-rata partisipasi siswa yang meningkat dari pertemuan 1, 2 dan 3, yakni pada pertemuan
pertama 21,73 dan secara kualitas berdasar kriteria penilaian yang dikembangkan oleh Syaifudin Azwar 2005: 163 berada
pada kategori “baik” yakni terletak pada rentang skor 18,5 - 23,5. Nilai rata-rata pada pertemuan kedua sebesar 23,26 dan
secara kualitas berada pada kategori “baik”. Nilai rata-rata pertemuan ketiga sebesar 26,61 dan secara kualitatif berada
pada kategori “sangat baik”, yakni nilai rata-rata › 23,5.
Berdasarkan hasil post test siklus I, baru ada 16 siswa yang
tuntas mendapat nilai
≥ 60. Sehingga ketuntasan belajar baru mencapai 61,53 dari total jumlah siswa. Disamping itu rata-
rata kelas baru mencapai 63,26. Hasil tersebut tentu saja belum
mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran IPS kelas IV
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT belum bisa mencapai target yang diharapkan. Evaluasi terhadap
pelaksanaan siklus I antara lain:
79 1
pembagian kelompok siklus I belum merata. Hal ini terlihat dalam diskusi mengerjakan soal LKS, yang mana ada
kelompok yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikan soal LKS disbanding kelompok lain,
2 implementasi waktu dalam penggunaan model cooperative
learning tipe TGT belum sesuai dengan rencana dalam
rencana yang telah dibuat sebelumnya, sehingga waktu yang digunakan selama pembelajaran menjadi kurang,
3 penghargaan yang diberikan oleh guru belum menarik
perhatian siswa, 4
dalam kegiatan diskusi kelompok, siswa masih enggan untuk bertanya dengan siswa lain dalam satu kelompok
yang tingkat akademiknya tinggi, begitu sebaliknya siswa yang tingkat akademiknya tinggi juga agak malas untuk
memberitahumenjelaskan kepada siswa yang tingkat akademiknya rendah, sehingga diskusi kelompok sedikit
terhambat, 5
guru dalam kegiatan presentasi kelas, menjelaskan materinya terlalu cepat, sehingga materi yang disampaikan
ke siswa masih kurang. Mengakibatkan siswa kurang maksimal dalam mengerjakan soal- soal dalam LKS.
80 Hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa siklus I
masih terdapat kekurangan. Kekurangan pada siklus I berasal dari pihak guru dan siswa, maka perlu diperbaiki pada siklus II.
3. Deskripsi Siklus II