94 pertama nilai rata-rata nya sebesar 27,57. Untuk nilai rata-rata
pertemuan kedua yaitu sebesar 29,73.
c. Refleksi
Setelah siklus II selesai, peneliti bersama dengan guru kelas IV dan teman sejawat mengolah hasil lembar observasi dan hasil post
test . Hasilnya dapat dilihat di bawah ini :
1 Pada post test siklus II, terdapat 23 siswa yang tuntas mendapat
nilai
≥ 60. Sehingga ketuntasan belajar mencapai 88,46 dari
total jumlah siswa dan nilai rata-rata kelas mencapai 80,57 2
Observasi terhadap partisipasi siswa menunjukkan peningkatan. Peningkatan partisipasi siswa dapat dilihat dari nilai rata-ratanya
yang semakin meningkat. Pada pertemuan pertama nilai rata-rata
27,57 dan berada pada kategori “sangat baik”, yakni skor › 23,5.
Sedangkan nilai rata-rata pertemuan kedua adalah 29,73 dan berada pada kategori “sangat baik”, yakni skor › 23,5.
3 Observasi terhadap aktivitas guru dalam menerapkan model
kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa guru telah menerapkan model tersebut.
Dengan demikian target dalam penelitian ini sudah tercapai sehingga penelitian berhenti sampai di siklus II.
95
C. Pembahasan
1. Keberlangsungan proses belajar mengajar IPS melalui penerapan
model kooperatif tipe TGT
Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembahasan ini adalah mengenai peningkatan prestasi
belajar IPS siswa kelas IV SDN Mancasan, Gamping dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Berikut rangkuman data yang tertuang dalam tabel menunjukkan dinamika pada siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut:
a. Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pada hasil
pelaksanaan siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD N Mancasan. Skor rata-rata hasil belajar IPS
siswa pada siklus I adalah 63,26. Nilai tertinggi pada siklus I adalah 90 dan nilai terendah adalah 40. Siswa yang mendapatkan nilai tertinggi
adalah siswa yang aktif dalam semua kegiatan, mulai dari saat memperhatikan presentasi kelas, diskusi kelompok, dan games. Selain
itu, siswa tersebut sering bertanya apabila ada hal-hal atau ada materi yang belum dimengerti. Sedangkan siswa yang mendapat nilai
terendah, yaitu nilai 40 dikarenakan siswa tersebut kurang aktif dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Mulai dari presentasi kelas, siswa tersebut justru berbicara dengan teman yang duduknya berdekatan, asik sendiri
dengan benda yang ada dihadapannya. Selain itu, siswa tersebut kurang