42
perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendek dengan menggunakan aktiva
lancarnya. kewajiban lancar.
Price Earning
Ratio X
4
rasio yang mengukur tingkat pengembalian
investasi dari saham dan kemampuan saham
menghasilkan laba Rasio harga pasar
saham terhadap laba per saham.
Rasio
Price to Book
Value X
5
Rasio yang memberikan informasi
terkait tingkat risiko investasi dan seberapa
besar investor menghargai saham
dibandingkan nilai bukunya.
Rasio harga pasar saham terhadap nilai
buku saham. Rasio
Harga Saham Y
Harga yang dibentuk dari interaksi antara
penjual dan pembeli saham ketika mereka
mengadakan transaksi di bursa.
Harga pasar pada pada saat penutupan
Closing Price per lembar saham.
Rasio
3.6. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik dengan menggunakan software, yaitu SPSS versi 17.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.6.1. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi- asumsi klasik seperti normalitas data, autokorelasi, heteroskedastisistas dan
asumsi klasik lainnya. Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :
43
a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak . Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal Erlina, 2011 : 100. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi
normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan
uji statistik Ghozali, 2006 : 110. Analisis grafik pada pengujian normalitas dapat dilakukan dengan
melihat grafik histogram atau grafik normal probability plot. Jika data menyebar disekitar garis diagonal pada grafik normal probablity plot atau
grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka model regersi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya, jika data menyebar jauh dari
garis diagonal dan grafik histogram menceng ke kiri atau kanan, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji statistik dapat digunakan untuk melihat apakah residual berdistribusi normal atau tidak dengan uji statistik non parametrik
Kolmogrov-Smirnov K-S. Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka data residual berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka data residual berdistribusi tidak normal.
Beberapa cara untuk mengatasi distribusi tidak normal yaitu :
44
1. Dengan melakukan transformasi data ke bentuk lain, misalnya ke dalam bentuk logaritma.
2. Trimming, yaitu membuang data yang bersifat outlier. 3. Winsorizing, yaitu mengubah nilai data outlier menjadi nilai
maksimum atau minimum supaya distribusi menjadi normal. b. Uji Multikolinearitas
Menurut Erlina 2011: 102, uji multikolineartias bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi diantara variabel
independen. Multikolinearitas adalah situasi dimana terjadinya korelasi antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Model korelasi
yang baik adalah tidak terjadinya korelasi diantara variabel-variabel independen tersebut. Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dapat
dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor VIF. Jika nilai VIF 10 berarti adanya multikolinearitas diantara variabel-variabel
independen tersebut. Sebaliknya jika VIF10, berarti tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas Menurut Umar 2003:179, uji heterokedastisitas bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka dapat disebut homokedastisitas, sebaliknya jika berbeda maka disebut
45
heterokedastisitas. Suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heterokedastisitas.
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis
Ghozali, 2006:105 : 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola
tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas,
2. jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan-kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya Erlina,
2011 : 106. Autokorelasi dapat terjadi jika dalam penelitian tersebut, urutan pengamatan memiliki arti, yang muncul karena adanya observasi
yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Waston D-W. Menurut Sugiyono 2006 : 76, jika nilai DW
lebih dari 5 DW 5, maka telah terjadi autokorelasi. Sebaliknya, jika nilai DW lebih kecil dari 5 DW 5, maka dapat disimpulkan tidak
terjadi autokorelasi.
46
3.6.2. Koefisien Determinasi R