Pengertian Nyeri Persalinan Nyeri Persalinan

2. Fisiologi Persalinan

Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot uterus, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls nyeri ditransmisikan oleh segmen saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas. Saraf- saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum. Setiap wanita memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam menghadapi persalinan. Respon ini sifatnya sangat individual dan tergantung pada kepribadian, kondisi ekonomi serta tingkat pemahaman pasien, latar belakang kultural, keluarga serta pendidikan dan pengalaman sebelumnya. Wanita yang menjalani persalinan normal dengan pendidikan dan persiapan yang baik, perawatan preventif yang cermat, dukungan serta pendampingan oleh bidan yang kompeten dan dengan analgesia yang tepat waktu serta indikasinya, cenderung untuk memberikan pengalaman persalinan yang ”baik” Hellen Farrer, 1996. Rasa nyeri memiliki 3 komponen: a. Stimulus-Penyebab nyeri b. Ambang batas-Tingkat dimana intensitas nyeri terasa c. Reaksi-bagaimana seseorang menginterpretasikan nyeri dan bereaksi terhadap nyeri tersebut. Rasa nyeri persalinan dapat dikurangi baik itu menggunakan metode farmakologik maupun nonfarmakologik yang mana terkait dengan 3 tujuan dasar pengurangan nyeri dalam persalinan yaitu mengurangi perasaan nyeri dan tegang, sementara pasien dalam keadaan terjaga seperti yang dikehendakinya, menjaga agar pasien dan janinnya sedapat mungkin terbebas dari efek depresif yang ditimbulkan oleh obat serta yang ketiga adalah mencapai tujuan ini tanpa mengganggu kontraksi otot rahim Hellen Farrer, 1996.

3. Klasifikasi Nyeri

Nyeri secara umum terdiri dari nyeri akut dan nyeri kronis. a Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak melebihi 6 bulan, dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot dan cemas, b Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan – lahan biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan meliputi nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik. Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di antaranya a Nyeri somatic dan visceral yaitu bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit supervisial pada otot dan tulang. Nyeri somatic dan visceral berbeda karakteristiknya terutama kualitas nyeri, lokalisasi, sebab- sebabnya, dan gejala yang menyertainya, b Nyeri menjalar Referrent pain dimana nyeri terasa pada daerah lain daripada yang mendapat ransang, misalnya pada serangan jantung akan mengeluh nyeri yang menjalar kebawah lengan kiri sedangkan jaringan yang rusak terjadi pada miokardium, c Nyeri