Landasan teori Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga

2.9. Landasan teori

Kejadian kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar selain disebabkan oleh perilaku si anak itu sendiri, juga bisa disebabkan oleh perilaku orangtuanya yang tidak sehat serta kondisi lingkungan yang tidak sehat. Dengan demikian kejadian kecacingan pada anak di duga berkaitan pula dengan pendidikan dan pengetahuan orangtuanya, terutama pendidikan dan pengetahuan ibu dan lingkungan. Proses terjadinya penyakit menurut John Gordon atau lebih dikenal dengan Model Gordon menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit, yang mempunyai titik tumpu ditengah-tengahnya. Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni A Agent, H Host, dan tumpuannya adalah L Lingkungan. A,H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit Soemirat,2005. A = Agentpenyebab penyakit H = Hostpejamupopulasi beresiko tinggi L = Lingkungan Seperti terlihat pada gambar dibawah ini. H A L Gambar 2.4. Pengungkit Seimbang atau Masyarakat Sehat Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008. USU e-Repository © 2008 Gambar diatas menunjukkan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat. Apabila interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak sehat atau keadaan sakit. Dengan demikian didapat empat kemungkinan terjadinya penyakit seperti terlihat pada gambar dibawah ini. L A H H A L Keadaan ke-1 Keadaan ke-2 Keadaan ke-3 Keadaan ke-4 Gambar 2.5. Empat Kemungkinan Keadaan Sakit Keadaan ke-1 : Pada kasus ini dikatakan bahwa A memberatkan keseimbangan sehingga batang pengungkit miring kearah A. Dalam kasus ini pemberatan A terhadap keseimbangan diartikan sebagai Agent penyebab mendapat kemudahan menimbulkan penyakit pada Host. L H L H A A Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008. USU e-Repository © 2008 Keadaan ke-2 : Kasus ini terjadi apabila H atau pejamu memberatkan keseimbangan, sehingga batang pengungkit miring kearah H. Keadaan seperti ini dimungkinkan apabila H menjadi lebih peka terhadap suatu penyakit. Keadaan ke-3 : Dalam hal ini bahwa penyebab ketidak seimbangan disebabkan oleh bergesernya titik tumpu. Hal ini menggambarkan terjadinya pergeseran kualitas lingkungan sedemikian rupa sehingga A memberatkan keseimbangan. Kasus seperti ini berarti bahwa pergeseran kualitas lingkungan memudahkan A memasuki tubuh H dan menimbulkan penyakit. Keadaan ke-4 : Sama dengan keadaan ke-3 yaitu ketidak seimbangan terjadi karena pergeseran kualitras lingkungan, hanya sekarang mengakibatkan H memberatkan keseimbangan atau H menjadi sangat peka terhadap A. Faktor lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya infeksi kecacingan. Rumah yang tidak mempunyai jamban dan tidak mempunyai sarana air bersih sangat potensial sebagai sumber infeksi kecacingan. Lingkungan tercemar atau tidak sehat apabila masyarakat tidak menjaga, memelihara atau memperhatikan faktor kesehatan yaitu dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan dan kebiasaan buang air besar tidak pada tempatnya, seperti di pekarangan dan belakang rumah. Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008. USU e-Repository © 2008 Infeksi kecacingan pada anak SD sering terjadi karena perilaku sehari-hari yang kurang sehat. Perilaku bermain, tidak memakai alas kaki, menggunakan tangan ketika bermain dan tidak mencuci tangan setelah bermain, tidak mencuci tangan waktu akan makan dan setelah buang air besar dan perilaku buang air besar sembarang tempat adalah contoh perilaku yang kurang sehat. Dari seluruh variabel-variabel yang berpengaruh tersebut diatas, penulis membatasi hanya variabel-variabel yang dianggap berpotensial sebagai faktor terjadinya kecacingan. Adapun variabel-variabel yang menjadi indikator terjadinya infeksi kecacingan adalah seperti pada kerangka konsep berikut ini :

2.10. Kerangka Konsep Variabel Independen

Dokumen yang terkait

Hubungan Higiene Perorangan dan Perilaku Anak Sekolah Dasar Dengan Terjadinya Infeksi Kecacingan Di SD Negeri 1 Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat Tahun 2003

7 48 76

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

1 9 148

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 16

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 2

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 7

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 33

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 5 5

Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan MarelanTahun 2016

0 0 39

Analisis Viabilitas Finansial Produsen Ikan Asin di Kota Sibolga (Studi Kasus: Kelurahan Pasar Belakang, Kecamatan Sibolga Kota, Kota Sibolga)

0 0 14

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Kecacingan pada Murid SD Negeri Abe Pantai Jayapura

0 1 11