BAB V PEMBAHASAN
5.1. Infeksi Kecacingan Siswa SD Negeri di Kecamatan Sibolga Kota
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 120 anak SD kelas IV dan V di SDN 084084, SDN 081225 dan SDN 084085 yang dilakukan pemeriksaan feses
secara laboratorium didapatkan sebanyak 67 orang 55,8 positif infeksi kecacingan dengan rincian cacing gelang 65 orang 54,2, cacing cambuk 27 orang 22,5,
cacing tambang tidak ditemukan. Positif infeksi kecacingan yang lebih tinggi adalah pada siswa SDN 081225 yaitu 61,0. Hasil penelitian Ginting pada anak SD di
Kabupaten Langkat tahun 2005 menunjukkan angka 77,6 positif infeksi kecacingan. Hasil Survey Dinas Kesehatan Sumatera Utara pada anak SD di
KabupatenKota tahun 2005 menunjukkan angka rata-rata infeksi kecacingan 49,2. Hasil penelitian Pasaribu pada anak SD di Kabupaten Karo tahun 2004 menunjukkan
angka 91,3 yang positif infeksi kecacingan. Angka Nasional infeksi kecacingan sebesar 30,35. Perbedaan angka infeksi kecacingan pada masing-masing hasil
penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan faktor resiko di beberapa lokasi penelitian, terutama yang berhubungan dengan kondisi sanitasi
lingkungan, higiene perorangan siswa dan kondisi alam atau geografi Wachidaniyah,2002.
Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008.
USU e-Repository © 2008
5.2. Higiene Perorangan Siswa 5.2.1. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dengan Infeksi Kecacingan
Hasil uji Chi-square test hubungan kebiasan cuci tangan sebelum makan dengan infeksi kecacingan menunjukkan p = 0,000, infeksi cacing gelang p = 0,000,
dan infeksi cacing cambuk p = 0,023, berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan infeksi kecacingan, infeksi cacing
gelang dan infeksi cacing cambuk. Hasil uji Chi-square test hubungan kebiasaan cuci tangan setelah buang air
besar dengan infeksi kecacingan menunjukan p = 0,000, infeksi cacing gelang p = 0,000, dan infeksi cacing cambuk p = 0,020, berarti ada hubungan yang bermakna
antara kebiasaan cuci tangan setelah buang air besar dengan infeksi kecacingan, infeksi cacing gelang dan infeksi cacing cambuk.
Hasil uji Chi-square test hubungan kebiasaan cuci tangan setelah bermain dengan tanah dengan infeksi kecacingan menunjukkan p = 0,001, infeksi cacing
gelang p = 0,002, dan infeksi cacing cambuk p = 0,010, berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan cuci tangan setelah bermain dengan tanah dengan infeksi
kecacingan, infeksi cacing gelang dan infeksi cacing cambuk. Hubungan ini disebabkan karena kebiasaan cuci tangan mempunyai pengaruh
yang sangat besar terhadap infeksi kecacingan, apabila mencuci tangan pakai air dan sabun anti septic akan mematikan telur cacing yang melekat pada tangan dan kuku,
hal ini akan dapat mengurangi infeksi kecacingan, hal ini sejalan dengan pendapat dalam situs http: www.prn.usm.mvbulletinkosmik2000, Majid mengatakan
Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008.
USU e-Repository © 2008
bahwa cara yang paling baik dalam memutus mata rantai penularan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah, antara lain dengan menjaga kebersihan
pribadi misalnya mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan menggunting kuku secara rutin.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatmandiky 1998 di Sleman bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan cuci tangan dengan infeksi
kecacingan. Sama halnya dengan hasil penelitian Mahfuddin, dkk 1996 pada siswa Sekolah Dasar di Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur bahwa ada hubungan yang
bermakna antara mencuci tangan yang benar dan menggunakan sabun sebelum makan terhadap infeksi cacing gelang.
Walaupun sudah mencuci tangan pakai air dan sabun sebelum makan, setelah buang air besar dan bermain tanah masih terkena infeksi kecacingan, hal ini
disebabkan sering kontak dengan tanah, makanan jajanan dan kebersihan kuku tidak baik. Kebiasaan cuci tangan, kontak dengan tanah, makanan jajanan dan kebersihan
kuku yang tidak baik akan menyebabkan infeksi kecacingan. Karena itu higiene perorangan harus dijaga untuk menghindari infeksi tersebut.
5.2.2. Hubungan Kebiasaan Kontak Dengan Tanah dengan Infeksi Kecacingan
Hasil uji Chi-square test hubungan kebiasaan kontak dengan tanah dengan infeksi kecacingan p = 0,010, infeksi cacing gelang p = 0,010, infeksi cacing cambuk
p = 0,018, berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan kontak dengan tanah dengan infeksi kecacingan, infeksi cacing gelang dan infeksi cacing cambuk.
Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008.
USU e-Repository © 2008
Hubungan ini disebabkan karena siswa SDN 081225 banyak yang sering kontak dengan tanah sehingga infeksi kecacingan pada SD tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan SDN 084084 dan SDN 084085. Kebiasaan kontak dengan tanah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap infeksi kecacingan, apabila kontak dengan tanah
dan tidak cuci tangan sebelum makan akan menyebabkan telur cacing yang ada lengket di tangan dan kuku akan ikut tertelan, hal ini sejalan dengan penelitian
Wartomo 1985 penyebab lain terjadinya infeksi cacing usus adalah seringnya anak- anak bermain di luar tanpa alas kaki dan bermain-main dengan tanah yang
terkontaminasi, sehingga telur yang ada di tanah mudah dipindahkan ke mulut melalui tangan dengan kuku yang tidak higienis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatmandiky 1998 di Sleman dan penelitian Gunawan 2002 di Banyumas bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kebiasaan kontakbermain dengan tanah dengan infeksi kecacingan. Walaupun jarang kontak dengan tanah masih terkena infeksi kecacingan, hal ini
disebabkan cuci tangan dengan air saja sebelum makan, setelah buang air besar, setelah bermain tanah, makanan jajanan dan kebersihan kuku tidak baik. Kebiasaan
cuci tangan, kontak dengan tanah, makanan jajanan dan kebersihan kuku yang tidak baik akan menyebabkan infeksi kecacingan. Karena itu higiene perorangan harus
dijaga untuk menghindari infeksi tersebut.
5.2.3. Hubungan Penggunaan Alas Kaki dengan Infeksi Kecacingan
Hasil uji Chi-square test hubungan penggunaan alas kaki dengan infeksi kecacingan p = 0,165, infeksi cacing gelang p = 0,323, infeksi cacing cambuk
Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008.
USU e-Repository © 2008
p = 0,062, berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan kontak dengan tanah dengan infeksi kecacingan, infeksi cacing gelang dan infeksi cacing cambuk.
Tidak ditemukannya cacing tambang pada siswa SD Negeri di Kecamatan Sibolga sambas yang menjadikan hubungan penggunaan alas kaki dengan infeksi
kecacingan tidak bermakna, karena cacing tambang masuk ketubuh manusia melalui larva yang menembus kulit, hal ini sejalan dengan pendapat dalam situs http:
www.prn.usm.mvbulletinkosmik2000, Majid mengatakan bahwa salah satu penyakit cacingan yakni infeksi cacing tambang, cara penularannya adalah melalui
penembusan tapak kaki bila orang tersebut berada di luar rumah dan berjalan diatas tanah tanpa alas kaki.
Penelitian Bakta 1995 di Desa Jagapati Bali menemukan bahwa intensitas infeksi cacing tambang juga dipengaruhi kebiasaan tidak memakai alas kaki.
Penelitian Hayimi 1996 pada SD di Bekasi menemukan bahwa 63,52 anak yang terinfeksi cacing, 14,8 diantaranya tidak menggunakan alas kaki.
Siklus hidup cacing tambang menurut Albert 2006 pada tahap ahir larva dengan tubuh yang runcing dibagian atas akan menembus kulit dan ikut ke dalam
aliran darah.
5.2.4. Hubungan Makanan Jajanan dengan Infeksi Kecacingan
Hasil uji Chi-square test hubungan makanan jajanan dengan infeksi kecacingan p = 0,013, infeksi cacing gelang p = 0,030, infeksi cacing cambuk p = 0,045, berarti
ada hubungan yang bermakna antara makanan jajanan dengan infeksi kecacingan, infeksi cacing gelang dan infeksi cacing cambuk.
Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008.
USU e-Repository © 2008
Hubungan ini disebabkan karena makanan jajanan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap infeksi kecacingan, apabila makanan jajanan sudah tercemar
oleh telur cacing tertelan maka akan menyebabkan infeksi kecacingan, hal ini sejalan dengan pendapat dalam situs http: www.prn.usm.mvbulletinkosmik2000, Majid
mengatakan penularan penyakit cacing cacing gelang dan cacing cambuk yaitu melalui mulut dimana makanan atau bahan makanan yang tercemar oleh tanah yang
sudah terinfeksi telur cacing tersebut bila dimakan atau termakan manusia, terutama jika dimakan mentah atau setengah matang akan merupakan jalur masuk telur ke
dalam tubuh Menurut Depari 1999 bahwa sayur-sayuran dan air selain PAM merupakan
media transisi infeksi cacing usus yang sangat penting, oleh karena itu agar terhindar dari sayuran yang terkontaminasi telur cacing agar dilakukan pengolahan yang baik.
Walaupun makanan jajanan sudah baik masih terkena infeksi kecacingan, hal ini disebabkan kebiasaan cuci tangan pakai air sebelum makan, setelah buang air
besar,bermain tanah, sering kontak dengan tanah dan kebersihan kuku tidak baik. Kebiasaan cuci tangan, kontak dengan tanah, makanan jajanan dan kebersihan kuku
yang tidak baik akan menyebabkan infeksi kecacingan. Karena itu higiene perorangan harus dijaga untuk menghindari infeksi tersebut.
5.2.5. Hubungan Kebersihan Kuku dengan Infeksi Kecacingan
Hasil uji Chi-square test hubungan kebersihan kuku dengan infeksi kecacingan menunjukkan p = 0,000, infeksi cacing gelang p = 0,000, infeksi cacing cambuk
Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008.
USU e-Repository © 2008
p = 0,011, berarti ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kuku dengan infeksi kecacingan, infeksi cacing gelang dan infeksi cacing cambuk.
Hubungan ini disebabkan karena siswa SDN 081225 banyak yang kebersihan kukunya tidak baik, sehingga infeksi kecacingan pada SD tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan SDN 084084 dan SDN 084085. Kebersihan kuku mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap infeksi kecacingan, apabila kuku kotor dan
tercemar oleh telur cacing dan makan tidak mencuci tangan maka telur cacing tertelan, akan menyebabkan infeksi kecacingan, hal ini sejalan dengan pendapat
dalam situs http: www.prn.usm.mvbulletinkosmik2000, Majid mengatakan bahwa cara yang paling baik dalam memutus mata rantai penularan infeksi
kecacingan yang ditularkan melalui tanah, antara lain dengan menjaga kebersihan pribadi misalnya mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan menggunting
kuku secara rutin. Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatmandini 1998 di Sleman dan
penelitian Gunawan 2002 di Banyumas bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kuku dengan infeksi kecacingan. Penelitian Agustina, dkk 2000 di
Kabupaten Bandung mendapatkan ada hubungan yang erat antara tanah dan kuku yang tercemar telur A. lumbricoides dengan kejadian askariasis.
Walaupun kebersihan kuku sudah baik masih terkena infeksi kecacingan, hal ini disebabkan kebiasaan cuci tangan pakai air sebelum makan, setelah buang air
besar,bermain tanah, sering kontak dengan tanah dan makanan jajanan tidak baik. Kebiasaan cuci tangan, kontak dengan tanah, makanan jajanan dan kebersihan kuku
Rahmad Rizki Zukhriadi Dly: Hubungan Higiene Perorangan Siswa Dengan Infeksi Kecacingan Anak SD Negeri Di Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga, 2008.
USU e-Repository © 2008
yang tidak baik akan menyebabkan infeksi kecacingan. Karena itu higiene perorangan harus dijaga untuk menghindari infeksi tersebut.
5.2.6. Sanitasi Lingkungan Sekolah
Sanitasi lingkungan sekolah meliputi kebiasaan buang air di sekolah, sumber air, ketersediaan jamban dan apakah berfungsi, pekaranganhalaman sekolah, tempat
pembuangan sampah, sumber air bersih di sekolah dan apakah berfungsi, ada sabun di jambanWC sekolah, aair minum di kantin sekolah dimasak, ada lokasi tertentu
untuk jajan siswa, makanan dan minuman di kantin apakah tertutup dan apakah banyak lalat di makanan dan minuman kantin sekolah . Dari pertanyaan dan observasi
di tiga sekolah yang menjadi lokasi penelitian ketiga-tiganya dikategorikan baik, karena kebiasaan siswa buang air besar di sekolah adalah di WCKakus, sumber air
untuk keperluan sekolah berasal dari PAMledeng, sumber air berfungsi dengan baik, ada jamban dan kamar mandi, jamban berfungsi dengan baik, pekarangan halaman
sekolah bersih dan ada tempat pembuangan sampah, air munim di kantin sekolah sudah dimasak, ada lokasi tertentu untuk jajan siswa, makanan dan minuman di
kantin sekolah tertutup dan tidak banyak lalat pada makanan dan minuman di kantin sekolah, hanya sabun yang tidak tersedia di jambanWC ketiga sekolah tersebut.
Lingkungan sekolah yang baik tidak memungkinkan untuk penularan infeksi kecacingan.
5.3. Keterbatasan Penelitian