mensintesis sel-sel baru dan mengkonversikan sisanya menjadi gas metan, karbon dioksida dan hidrogen sulfida. Reaksi dalam oksida anaerobik jauh lebih lambat
daripada oksidasi aerobik Tebbutt, 1982. Selain faktor oksigen, faktor lain yang mempengaruhi proses dekomposisi
sampah adalah kelembaban dan suhu. Hal inilah yang mengakibatkan jika pada musim hujan proses dekomposisi akan meningkat sehingga diperlukan oksigen yang
cukup besar. Jika kebutuhan oksigen tersebut tidak dapat terpenuhi, maka proses dekomposisi sampah akan berlangsung secara anaerob.
Sampah dapat dibuat biogas yang merupakan hasil penguraian sampah secara anaerob dengan bantuan bakteri pengurai. Biogas yang dihasilkan tidak
murni terdiri dari metana 65, karbon dioksida 30, hydrogen sulfide 1 dan sejumLah gas lain Sastrawijaya, 1991.
Sampah yang ada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber, antara lain: pemukiman penduduk, tempat umum dan tempat perdagangan, sarana
layanan masyarakat milik pemerintah, industri berat dan ringan, dan pertanian. Chandra, B., 2007.
2.5. Karakteristik Sampah
Sampah mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu kota dengan kota yang lain, tergantung dari tingkat sosial ekonomi penduduk, iklim, dan lain-lain.
Karakteristik sampah menurut Masduki, 1991 dapat mencakup antara lain:
19
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository © 2008
1. Komposisi sampah, terbagi dalam dua golongan, yaitu: Komposisi fisik sampah, adalah mencakup besarnya persentase dari komponen
pembentuk sampah yang terdiri dari sampah organik yang bersifat mudah membusuk dan sampah anorganik kertas, kayu, kaca, logam, plastik
Berdasarkan hasil survai di beberapa kota di Indonesia umumnya sekitar 70-80 sampah merupakan sampah organik. Komposisi kimia sampah, adalah besarnya
persentase dari unsursenyawa yang terkandung dalam sampah. Umumnya komposisi kimia sampah terdiri dari unsur carbon, nitrogen, hidrogen, sulfur dan
phospor CHONSP serta unsur lainnya yang terdapat dalam protein, karbohidrat dan lemak.
2. Densitas kepadatan sampah, adalah besaran yang menyatakan berat sampah persatuan volume. Besarnya kepadatan sampah tiap kota berbeda tergantung dari
keadaan sosial, ekonomi serta iklim kota tersebut. Terdapat kecenderungan bila produksi sampahnya tinggi umumnya di negara industri, maka densitasnya
lebih rendah. Kepadatan sampah rumah tangga di negara sedang berkembang menurut Sandra J. Cointreau, 1982 yang dikutip Masduki, 1991 berkisar antara
100 sd 600 kgm
3
, sedangkan kepadatan sampah kota Medan rata-rata sebesar 250 kgm
3
. 3. Kadar air sampah, yaitu besaran biasanya dalam satuan yang menyatakan
perbandingan antara berat air dengan berat basah sampah total atau dengan berat
20
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository © 2008
kering sampah tersebut. Untuk negara berkembang besarnya berkisar antara 50-70.
2.6. Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah merupakan proses antara sebelum dilakukan pembuangan sampah di TPA yang bersifat optional. Tujuan dilakukan pengolahan
yang utama adalah untuk memanfaatkan TPA secara lebih optimal dengan melakukan pengurangan volume, pemanfaatan kembali daur ulang sampah,
pemanfaatan energi dan pembuatan kompos. Teknik dan cara pengolahan sampah dapat dilakukan dengan beberapa metode Sastrawijaya, 1991, yaitu:
1. Daur ulang recycling Salah satu teknik pengolahan sampah untuk memanfaatkan kembali benda-benda
yang masih mempunyai nilai ekonomis, seperti: kertas, plastik, karet, kacagelas, serta dapat pula mengurangi volume dan berat sampah sebelum pengolahan lebih
lanjut atau dibuang ke TPA. 2. Pengomposan Composting.
Composting adalah sistem pengolahan sampah dengan memanfaatkan aktivitas
mikroorganismebakteri untuk mengubah sampah menjadi kompos proses fermentasi. Proses biodekomposisi sampah organik dapat berlangsung secara
aerobik maupun anaerobik tergantung pada tersedianya oksigen untuk proses tersebut. Operasi pengomposan untuk sampah perkotaan umumnya
21
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository © 2008
menggunakan proses aerobik, karena proses anaerobik berlangsung sangat lambat dan menimbulkan bau yang sangat berlebihan dan sulit untuk dikontrol.
3. Pemadatan Balling Balling
merupakan sistim pengolahan sampah secara pemadatan dengan menggunakan alat pemadat compactor yang dapat dilakukan di transfer station,
ataupun di lokasi TPA. Sampah padat yang dihasilkan diangkut dan dibuang ke TPA dengan metode sanitary landfill. Pembuangan sampah yang sebelumnya
dilakukan proses pemadatan akan meningkatkan kapasitas TPA karena pengurangan volume sampah serta mengurangi material tanah penutup. Proses
balling memerlukan energi listrik yang besar, dan pemadatan akan sulit
dilakukan bila kelembabankandungan air cukup tinggi sehingga rasio pemadatannya mejadi rendah.
4. Pembakaran Incineration Pembakaran merupakan metode pengolahan sampah secara kimiawi dengan
proses oksidasi pembakaran dengan maksud stabilisasi dan reduksi volume dan berat sampah. Setelah proses pembakaran akan dihasilkan abu yang volume serta
beratnya jauh lebih kecilrendah dibandingkan dengan sampah sebelumnya. Sampah yang akan dibakar harus memenuhi syarat minimum karakteristik
sampah untuk pembakaran, seperti jumLah kandungan air, kadar abu serta nilai kalornya, baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Agar incinerator
layak digunakan dan tercapai pembakaran yang sempurna pada suhu 800-900
o
C
22
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository © 2008
karakteristik sampah harus mempunyai nilai kalor minimum 800 kcalkg, sehingga ekonomis karena tidak perlu menambah bahan bakar tambahan dan
mengurangi tingkat pencemaran udara serta tidak menimbulkan bau.
2.7. Tempat Pembuangan Akhir Sampah