BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia
yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Notoatmodjo, 2005. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan mengamanatkan bahwa
upaya kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat dan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, tempat
kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya yang meliputi penyehatan air, udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi, kebisingan, pengendalian
vektor dan penyehatan lainnya. Keterbatasan tempat tinggal di daerah perkotaan semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk lebih cepat dibandingkan dengan ketersediaan lahan. Kondisi ini mengakibatkan munculnya permasalahan perumahan
yang semakin rumit di perkotaan terutama masalah sanitasi lingkungan yang kurang baik. Penduduk dengan status sosial ekonomi rendah jumlahnya cukup banyak, dan
untuk mengatasi kebutuhan perumahan, mereka cenderung tinggal di daerah
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository © 2008
pinggiran, termasuk masyarakat umum dan pemulung yang bermukim di sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPAS. Pemulung yang menjadikan
TPAS sebagai sumber mata pencahariannya bahkan mendirikan rumahnya di atas timbunan sampah di lokasi TPAS. Kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dan
sulitnya mencari pekerjaan yang layak membuat para pemulung tetap bertahan tinggal di lokasi TPAS.
Tempat pembuangan akhir sampah mempunyai fungsi yang sangat penting, namun dapat menimbulkan dampak yaitu menurunnya kualitas lingkungan yang
disebabkan karena tumpukan sampah menghasilkan berbagai polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Pemukiman yang ada di sekitar TPAS sangat
beresiko bagi kesehatan penghuninya. Pembusukan sampah akan menghasilkan antara lain gas metan CH
4
, gas amonia NH
3
, dan gas hidrogen sulfida H
2
S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain beracun H
2
S juga berbau busuk sehingga secara
estetis tidak dapat diterima; jadi, penumpukan sampah yang membusuk tidak dapat dibenarkan Soemirat, 2004.
Masalah yang dihadapi para pengelola sampah adalah mengenai metode dan lokasi pemindahan fisik sampah dari TPS Tempat Pembuangan Sementara ke TPA
Tempat Pembuangan Akhir. Sampah secara mekanis dibuang, ditumpuk, ditimbun, diratakan, dipadatkan, dan dibiarkan membusuk serta mengurai sendiri secara alami
di TPA. Sebagian lain dibakar secara langsung di tempat dengan atau tanpa menggunakan fasilitas insineratortungku pembakaran Kramadibrata, 2006.
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository © 2008
Tercemarnya udara di sekitar TPA sampah menyebabkan kesehatan lingkungan terganggu, termasuk kualitas udara dalam rumah yang berada disekitar
TPA sampah terutama meningkatnya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA. Hasil kajian dari Departemen Kesehatan pada tahun 20042005 menyatakan
bahwa penyakit ISPA selalu berada di urutan pertama dari sepuluh besar penyakit di 80 kabupatenkota pada 22 propinsi di Indonesia. Diketahui bahwa resiko
terjadinya ISPA, Pneumonia dan penyakit gangguan saluran pernafasan lainnya disebabkan oleh buruknya kualitas udara di dalam rumahgedung dan di luar rumah
baik secara fisik, kimia maupun biologis. Menurut penelitian Mardiani 2006 tentang Hubungan Kualitas Udara
Ambien dan Vektor Terhadap Gangguan Keluhan Saluran Pernafasan dan Saluran Pencernaan di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah menunjukkan bahwa
kadar gas H
2
S terdeteksi melebihi Nilai Ambang Batas NAB pada radius 150 meter dari TPA, sedangkan kadar polutan udara yang lain belum melebihi NAB. Studi
AMDAL terhadap TPA Bantar Gebang Bekasi tahun 1989 menyatakan bahwa timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas serta timbulnya
bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah maupun setelah selesainya tahap operasi Noriko, 2003.
Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berada dekat dengan perumahan penduduk. Pengolahan sampah di
TPAS Terjun yang menggunakan sistim open dumping penumpukan terbuka
Meirinda : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Udara Dalam Rumah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir..., 2008 USU e-Repository © 2008
meningkatkan pencemaran. Di sekitar lokasi TPAS Terjun banyak berdiri rumah, baik rumah penduduk maupun pemulung. Hal ini bertentangan dengan Keputusan
Menkes RI No. 829 tahun 1999 tentang Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman, dimana salah satu persyaratan adalah tidak terletak pada
daerah bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Lokasi TPAS Terjun yang berada di sekitar perumahan penduduk sangat
berpeluang menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, diantaranya pencemaran udara di luar maupun di dalam rumah. Timbunan sampah yang ada di
TPAS Terjun menimbulkan bau yang tidak sedap. Data dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan menyatakan bahwa penyakit ISPA dengan jumlah kasus
sebanyak 1.840 berada di urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas selama bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2007. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh pencemaran yang berasal dari TPAS Terjun.
1.2. Perumusan Masalah