Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.
mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen.
Selain hak-hak yang disebutkan itu, ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini berangkat dari pertimbangan, kegiatan bisnis yang
dilakukan pengusaha sering dilakukan tidak secara jujur, yang dalam hukum dikenal dengan terminologi “persaingan curang” unfair competition.
55
Dalam hukum positif Indonesia, masalah persaingan curang dalam bisnis ini diatur secara khusus pada Pasal 382 bis KUHPidana.
56
B. Hukum Perlindungan Konsumen
Selanjutnya, sejak 5 Maret 2000 diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan diperuntukkan bagi sesama pelaku usaha, tidak bagi konsumen langsung, tetapi pada dasarnya ketentuan ini juga dalam rangka
memenuhi hak-hak konsumen.
1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen
Hukum konsumen terdiri dari rangkaian peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perilaku orang dalam pergaulan hidup untuk memenuhi kebutuhan
55
Ibid, hal. 17.
56
Pasal 382 KUHPidana, berbunyi: Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum serta merugikan penanggung asuransi atau pemegang
surat bodemerij yang sah, menimbulkan kebakaran atau ledakan pada suatu barang yang dipertanggungkan terhadap bahaya kebakaran, atau mengaramkan, mendamparkan, menghancurkan,
merusakan, atau membuat tak dapat dipakai, kapal yang dipertanggungkan, atau yang muatannya maupun upah yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya dipertanggungkan, ataupun yang
atasnya telah diterima uang bodemerij, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.
hidup mereka. Orang-orang tersebut terutama terdiri dari pengusaha penyedia barang atau penyelenggara jasa yang merupakan kebutuhan hidup manusia serta
konsumen pengguna barang atau jasa tersebut. Asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah
konsumen itu terdapat di dalam berbagai bidang hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis: antara lain hukum perdata, hukum internasional, terutama konvensi-konvensi
yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan konsumen. Oleh karena itu, menjadi penting penggunaan instrumen-instrumen hukum perdata, hukum pidana, hukum
administrasi, hukum internasional, dan hukum-hukum acara yang berkaitan dengan instrumen hukum itu, dalam pembahasan hubungan dengan masalah atau
perlindungan konsumen. Secara universal, berdasarkan berbagai hasil penelitian dan pendapat para
pakar, ternyata konsumen umumnya berada pada posisi yang lebih lemah dalam hubungannya dengan pelaku usaha, baik secara ekonomis, tingkat pendidikan,
maupun kemampuan atau daya bersaingdaya tawar. Kedudukan konsumen ini, baik yang bergabung dalam suatu organisasi apalagi secara individu, tidak seimbang
dibandingkan dengan kedudukan pengusaha. Oleh sebab itu, untuk menyeimbangkan kedudukan tersebut dibutuhkan perlindungan kepada konsumen. Adapun pokok-
Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.
pokok dan pedomannya telah termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan MPR.
57
Sejalan dengan batasan hukum konsumen, maka hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur
dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang danatau jasa konsumen.
58
Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa hukum konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.
Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan sosial
ekonomi, daya saing maupun tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak selalu tepat, bagi mereka yang berkedudukan seimbang, maka mereka masing-masing
lebih mampu mempertahankan dan menegakkan hak-hak mereka yang sah.
59
Ketentuan dalam KUH Perdata yang paling banyak digunakan atau berkaitan dengan asas-asas dan kaidah hukum mengenai hubungan dan masalah konsumen,
adalah Buku Ketiga KUH Perdata tentang Perikatan dan Buku Keempat KUH Perdata tentang Pembuktian dan Daluarsa. Buku Ketiga KUH Perdata memuat berbagai
57
UUD 1945, Pembukuan Alinea 4 yang berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk memebentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia....”.
58
Az. Nasutioan, op.cit, hal. 66.
59
Ibid, hal. 64.
Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.
hubungan dalam perikatan, terjadi baik berdasarkan suatu perjanjian maupun yang lahir karena undang-undang Pasal 1233 KUH Perdata. Hubungan hukum konsumen
itu adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu Pasal 1234 KUH Perdata.
60
Dalam kepustakaan ilmu ekonomi, digunakan berbagai istilah untuk kedua jenis konsumen tersebut. Di antaranya untuk konsumen dengan tujuan komersial
digunakan istilah intermediate consumer, intermediate buyer, derived buyer atau consumer of the industrial market. Sedang bagi konsumen pengguna barang atau jasa
untuk keperluan sendiri, keluarga atau rumah tangga konsumen non-komersial, digunakan istilah ultimate consumer, ultimate buyer, end user, final consumer atau
consumer of the consumer market. Hal ini berkaitan dengan perjanjian jual beli di
mana akan melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Di dalam Buku Keempat KUHPerdata tentang pembuktian dan daluarsa terdapat
ketentuan-ketentuan tentang beban pembukt ian dan alat-alat bukti. Hal ini berkaitan erat dengan pertanggungjawaban para pihak apabila terjadinya sengketa dalam
perjanjian jual beli.
61
Karena posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan
pengayoman kepada masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan hukum
60
Ibid, hal. 101.
61
Lazo H., Marketing, Alexander Hamilton Institute, 1971, New York, hal. 61.
Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.
perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarik batasnya.
Ada juga yang berpendapat, hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang lebih luas itu. A.Z. Nasution berpendapat, hukum
perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas- asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.
62
A.Z. Nasution mengakui, asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah konsumen itu tersebar dalam berbagai bidang hukum, baik
tertulis maupun tidak tertulis, ia menyebutkan, seperti hukum perdata, hukum dagang, hukum pidana, hukum administrasi negara dan hukum internasional, terutama
konvensi-konvensi yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan konsumen.
63
Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu, tidak
seimbang. Merupakan kenyataan bahwa kedudukan konsumen yang berjumlah besar itu, mempunyai kedudukan sangat lemah dibandingkan dengan para penyedia
62
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2000, hal. 9.
63
Ibid, hal. 10.
Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.
kebutuhan konsumen, baik penyedia swasta maupun pemerintah publik seperti pengadaan air bersih yang dilaksanakan oleh PAMPDAM.
Selanjutnya perlindungan konsumen diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UUPK yang disahkan pada tanggal 20
April 1999. Dalam Pasal 1 ayat 1 UU Perlindungan itu disebutkan bahwa “perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”. Pengertian perlindungan adalah memberikan jaminan adanya kepastian
hukum kepada masyarakat dari setiap hal yang merugikan mereka. Karena itu, perlindungan konsumen adalah perlindungan hukum yang diberikan kepada
konsumen dalam kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang