Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan

(1)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM

PELAYANAN AIR BERSIH: STUDI PADA MASYARAKAT

KOTA MEDAN PELANGGAN PDAM TIRTANADI

CABANG MEDAN

TESIS

Oleh

JAN ROHTUAHSON SINAGA

067011043/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM

PELAYANAN AIR BERSIH: STUDI PADA MASYARAKAT

KOTA MEDAN PELANGGAN PDAM TIRTANADI

CABANG MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JAN ROHTUAHSON SINAGA

067011043/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2009


(3)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH: STUDI PADA MASYARAKAT KOTA MEDAN PELANGGAN PDAM TIRTANADI CABANG MEDAN

Nama Mahasiswa : Jan Rohtuahson Sinaga Nomor Pokok : 067011043

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H

(

) Ketua

Syafruddin S Hasibuan, S.H., M.H, DFM) ( Anggota

Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum) Anggota

Ketua Program Studi Direktur


(4)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Tanggal lulus : 24 Maret 2009 Telah diuji pada

Tanggal : 24 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H., C.N., M.Hum 2. Syafruddin S Hasibuan, S.H., M.H, DFM

3. Syahril Sofyan, S.H., M.Kn


(5)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

ABSTRAK

Air bersih merupakan kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pemerintah memberikan pelayanan berupa perusahaan air minum (PAM/PDAM). Masyarakat sebagai konsumen air minum mengeluhkan pelayanan PDAM karena kualitas air yang keruh dan berbau yang tidak memenuhi standar kesehatan untuk dikonsumsi. Dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dinyatakan, hak konsumen atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi serta mempunyai hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa dalam hal ini air bersih dari PDAM Tirtanadi. Oleh karena itu menjadi permasalahan tentang perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih oleh PDAM sesuai UUPK. Faktor-faktor penyebab tidak dipenuhinya hak-hak konsumen serta upaya penyelesaian tuntutan konsumen terhadap kelalaian yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi Medan.

Metode penelitian dilakukan secara pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian terhadap peraturan perundang-undangan khususnya UUPK serta dokumen yang terkait dengan perlindungan konsumen air bersih, serta didukung dengan wawancara kepada konsumen air bersih di Kota Medan dan Pejabat PDAM Tirtanadi Cabang Medan.

Hasil penelitian menunjukkan UUPK telah mengatur hak konsumen yang dirugikan oleh pelaku usaha, sesuai Pasal 19 UUPK pelaku usaha bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen tidak hanya sebatas uang atau barang bahkan perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan akibat mengkonsumsi air minum yang tercemar. Di samping itu, dalam UUPK diatur Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), sehingga konsumen dapat melakukan gugatan tidak hanya melalui pengadilan tetapi juga dapat dilakukan gugatan di luar pengadilan. Faktor-faktor penyebab hak konsumen air minum tidak dipenuhi sangat dipengaruhi anggaran publik untuk air bersih yang masih terbatas untuk pengelolaan PDAM, juga sumber air baku yang sudah tercemar karena hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab PDAM tetapi juga peran pemerintah dalam kebijakan pengelolaan lingkungan. Kemudian terjadi kebocoran pipa pendistribusian karena kurangnya perawatan berkelanjutan dari PDAM. Penyelesaian sengketa akibat air minum yang tercemar dilakukan dengan cara pengaduan langsung dan gugatan melalui lembaga swadaya masyarakat sebagai gugatan kelompok. Pada umumnya penyelesaian sengketa ini diupayakan secara musyawarah sebelum melakukan tuntutan ke peradilan umum.

Disarankan agar ditinjau kembali ketentuan BPSK dalam UUPK, karena keputusan majelis menurut Pasal 56 ayat (2) masih dimungkinkan untuk diajukan keberatan ke Pengadilan Negeri oleh pihak yang tidak puas. Padahal sesuai Pasal 54 ayat (3) putusan BPSK bersifat final dan mengikat, karena BPSK dibentuk untuk menyelesaikan sengketa konsumen yang nilai tuntutannya kecil. Juga kepada Pemerintah, agar pendekatan anggaran pembangunan prasarana air minum yang berbasis proyek dan negosiasi sudah waktunya diubah menjadi anggaran prioritas


(6)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

yang mengedepankan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat. Kepada PDAM Tirtanadi untuk mengadakan perawatan peralatan distribusi air minum agar tercemarnya air dapat diminimalisir, bila dimungkinkan diadakan penggantian peralatan yang sudah tidak layak demi pelayanan yang baik baik konsumen.


(7)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

ABSTRACT

Pure water is society need in the daily living that requires government to supply the pure water served by the municipal waterworks (PDAM). Society as pure water customer complaint the service of PDAM for the turbid and odor water quality that did not fulfill the health standard. In Act No. 8 of 1999 concerning to Customer Protection (UUPK) said that the right of customer on freshness and safety in consumption and a right on a true, clear and honest information about the condition and the guarantee on good/service in particular in water supplied by PDAM Tirtanadi. Therefore, there is a problem on the law protection to the customer and pure water service by PDAM in accordance with UUPK. Factors that cause the rights of customer did not fulfilled and the settlement of the complaint of customer on pure water service by PDAM Tirtanadi Medan.

The research method is a normative juridical study, i.e. a study on regulations in particular UUPK and related document to pure water customer protection and supported by the interview to the pure water customer in Medan and the officers of PDAM Tirtanadi branch of Medan.

The results of study indicates that UUPK regulate the right of customer who have lost caused by the business actor in which in accordance with article 19 UUPK the business actor must take responsibility to customer by providing them with compensation which is not only in the form of money or goods but also the health care caused by the polluted water consumption. In addition, UUPK regulate the Consumer Conflict Settlement (BPSK) to enable customer submit a case in court and also in out of court institution. The factors that cause the right of water consumer had not fulfilled was mostly influenced by the limited public budget for pure water supply, in addition to the polluted water material which was not only a responsibility of PDAM but also involves the government in environment management policy. Then there is a leakage of distribution pipe caused by the poor maintenance by PDAM. The settlement of dispute on the polluted water is handled by the accusation of consumer to PDAM of according to Article 46 UUPK the consumer can submit accusation to the non government organization as collective accusation. Generally, the dispute is settled by deliberation before submitted to the court.

It is suggested to review the BPSK term in UUPK because the decisions of judges according to Article 56 paragraph (2) enable the consumer submit an objection to the court. While according to Article 54 paragraph (3), the decision BPSK is final and binds, because BPSK was established to settle any consumer dispute for the small value scale. As for the government, they must revisethe water supply development project budget to be a priority budget in order to fulfill the consumer need.


(8)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

And to PDAM Tirtanadi, it is suggested to do the maintenance on water pipe distribution to eliminate the population and even to replace the damaged facilities for the consumer service.


(9)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas berkat dan pimpinanNYA sehingga saya mampu merampungkan tesis ini dengan baik.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah dengan sukarela membantu saya untuk mengumpulkan bahan-bahan, data-data dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tesis ini hingga tesis ini mencukupi untuk disajikan sebagai tugas akhir dari Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Yang terhormat Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH, Bapak Syafruddin Sulung Hasibuan, SH, MH, DFM, dan Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Dosen Pembimbing.

2. Yang terhormat Bapak Notaris Syahril Sofyan, SH, Sp.N dan Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Dosen Penguji yang telah dengan sabar memberikan support dan bimbingan demi terwujudnya penulisan tesis ini.

3. Yang terhormat para narasumber yang telah dengan sukarela memberikan masukan yang sangat berarti bagi penyempurnaan penulisan tesis ini.

4. Yang terkasih teman-teman mahasiswa Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan perhatian dan waktu untuk menyempurnakan tesis saya ini, dan kepada teman-teman atas dukungannya serta pihak-pihak yang telah terkait secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.


(10)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih sekali lagi dan saya berharap karya tulis ini dapat berguna di masa yang akan datang.

Medan, Maret 2009 Penulis,

Jan Rohtuahson Sinaga 067011043


(11)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Pribadi

Nama Lengkap : Jan Rohtuahson Sinaga Tempat/Tgl. Lahir : Sondi Raya/22 Mei 1970 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Budi Luhur No.25 Medan

II. Orang Tua

Nama Ayah : Jan Sudinson Sinaga

Nama Ibu : Lusia Saragih

III. Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negeri 2 Pematang Raya, Simalungun Lulus tahun: 1983

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pematang Raya, Simalungun Lulus tahun: 1986

3. Sekolah Menengah Atas RK Budi Mulia Pematang Siantar Lulus tahun: 1989

4. Strata 1, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan Lulus tahun: 1997

5. Strata 2, Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan

Lulus tahun: 2009


(12)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... v

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SKEMA ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11

1. Kerangka Teori ... 11

2. Konsepsi ... 21

G. Metode Penelitian ... 22

BAB II. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH OLEH PDAM SESUAI DENGAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN ... 26


(13)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

A. Tinjauan Umum tentang Konsumen ... 26

1. Pengertian Konsumen ... 26

2. Hak-hak Konsumen... 29

B. Hukum Perlindungan Konsumen... 31

1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen…………... 31

2. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen... 35

3. Prinsip-prinsip Hukum Perlindungan Konsumen... 41

C. Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih oleh PAM/PDAM Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ... 56

BAB III. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIDAK DIPENUHINYA HAK-HAK KONSUMEN UNTUK MEMPEROLEH PELAYANAN AIR BERSIH ... 65

A. Sekilas tentang Perusahaan PDAM Tirtanadi ... 65

1. Pendirian PDAM Tirtanadi... 65

2. Visi dan Misi ... 66

3. Kegiatan Perusahaan ... 66

4. Pelayanan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara untuk Medan Sekitarnya ... 68

B. Pengertian Air Bersih dan Air Minum ... 75

C. Anggaran Publik untuk Penyediaan Air Bersih ... 81

D. Faktor-faktor Penyebab Tidak Dipenuhinya Hak-hak Konsumen untuk Memperoleh Pelayanan Air Bersih dari PDAM Tirtanadi ... 89


(14)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

BAB IV. UPAYA DAN PENYELESAIAN TUNTUTAN KONSUMEN TERHADAP KELALAIAN YANG DILAKUKAN OLEH PDAM

TIRTANADI MEDAN ... 103

A. Penyelesaian Sengketa Konsumen Sebelum Berlakunya Undang-Undang Perlindungan Konsumen ... 103

B. Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen ... 110

1. Penyelesaian Sengketa Konsumen di Luar Pengadilan . 110 2. Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Proses Litigasi ... 133

C. Upaya dan Penyelesaian Tuntutan Konsumen terhadap Kelalaian yang Dilakukan oleh PDAM Tirtanadi Medan ... 138

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Saran ... 150


(15)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Data Sumber Air PDAM Tirtanadi Kota Medan – Sumatera Utara.. 69 3.2. Data Sumber Air dan Daerah Pelayanan Kota Medan Tahun 2008 .. 70


(16)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

DAFTAR SKEMA

Nomor Judul Halaman

1. Penyelesaian Sengketa Konsumen Secara Konsiliasi ... 122 2. Penyelesaian Sengketa Konsumen Secara Mediasi... 122 3. Penyelesaian Sengketa Secara Arbitrase ... 127


(17)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gerakan konsumen internasional sejak tahun 1960 memiliki wadah yang cukup berwibawa, yaitu International Organization of Consumers Unions (IOCU) yang kemudian sejak tahun 1995 berubah menjadi Consumers Internasional (CI). Anggota CI mencapai 203 organisasi konsumen yang berasal dari sekitar 90 negara di dunia. Sedangkan di Indonesia sendiri ada dua organisasi yaitu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Jakarta dan LP2K Semarang. Yang mana setiap tanggal 15 Maret, CI memperingati hari konsumen sedunia, dan memberi tema yang berbeda untuk tiap-tiap tahunnya.1

Gejala-gejala itu memberi pengaruh pada gerakan konsumen di dunia dan di Indonesia, yakni mulai beralih dari isu-isu konsumen dari sekedar mempersoalkan mutu menuju ke arah yang lebih berskala makro dan universal. Perhatian konsumen Konsumen Indonesia merupakan bagian dari konsumen global, sehingga gerakan konsumen di dunia internasional mau tidak mau menembus batas-batas negara, dan mempengaruhi kesadaran konsumen lokal untuk berbuat hal yang sama. Persaingan antar produsen saat ini semakin ketat, dan hal ini berarti konsumen mempunyai banyak pilihan terhadap produk barang dan jasa yang dikonsumsinya.

1


(18)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

dalam negeri sama dengan perhatian konsumen di berbagai negara, dan konsumen di Indonesia pun menjadi konsumen global.

Dalam hal ini konsumen juga termasuk masyarakat yang tidak terlepas dari hukum di mana kehidupan yang semakin berkembang ini, keterbatasan pengetahuan konsumen mengenai kewajaran mutu dan harga barang atau jasa selama ini telah menempatkan posisi konsumen sebagai mangsa produsen/pelaku usaha. Keadaan ini diperparah lagi dengan sikap tak mau tahu pelaku usaha/produsen dalam menanggapi keluhan konsumen terhadap jasa monopoli seperti air minum.

Dalam keadaan yang demikian konsumen tidak memiliki kekuatan yang berarti. Bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu ditingkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang bertanggung jawab. Dengan keadaan seperti inilah pemerintah berusaha mengatasi permasalahan perlindungan konsumen ini yaitu dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK).

Dengan berlakunya UUPK tersebut, penegakan aturan hukum dan upaya perlindungan terhadap konsumen dapat diberlakukan sama bagi setiap konsumen maupun pelaku usaha. Yang mana undang-undang ini merupakan payung hukum masyarakat untuk melindungi haknya atau setidak-tidaknya konsumen telah memiliki senjata dalam mempertahankan haknya. Dengan demikian diharapkan pelaku usaha


(19)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

dapat meningkatkan citranya meningkatkan kualitas produk jasanya, demikian juga halnya dengan pelaku usaha pengadaan air bersih.

Pelayanan umum (public service) memang sarat dengan berbagai masalah, apalagi wilayah jangkauannya sendiri sangat luas meliputi sektor profit maupun non profit, pembedaan pelayanan umum menjadi sektor profit dan non profit semata-mata didasarkan pada misi yang diemban instansi/institusi pelayanan umum tersebut.2

Pengadaan air bersih ini menjadi perhatian di seluruh dunia. Lebih dari satu miliar manusia di seluruh dunia kehilangan akses terhadap sumber air bersih. Sekitar 1,6 juta anak di seluruh dunia meninggal akibat tidak terpenuhinya kebutuhan dasar air bersih dan sanitasi yang sehat. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Namun sayangnya pemenuhan kebutuhan tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan baik di berbagai belahan dunia. Menurut temuan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 1,1 milyar penduduk di wilayah pedesaan dan perkotaan kekurangan akses terhadap air minum Salah satu pelayanan umum yang bersifat profit adalah Perusahaan Air Minum (PDAM/PAM). Meskipun profit, perusahaan negara seperti PDAM ini amat menguntungkan rakyat banyak. Tujuannya lebih banyak dirahkan pada usaha memakmurkan rakyat, hal ini dilakukan karena mengingat pentingnya air minum bagi kehidupan manusia. Hal ini termaktub di dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi, bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

2

Yusuf Sofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 160.


(20)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

dari sumber yang ada. Di luar itu, 2,6 milyar warga tidak memiliki akses terhadap kesehatan dan kebersihan (sanitasi) dasar.3

Pemerintah dengan inisiatifnya sendiri memang sudah menyediakan pelayanan umum kepada masyarakat atau konsumen, jauh sebelum upaya perlindungan konsumen ada, semua ini dilakukan untuk memberikan pelayanan

Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SKIVII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum disebutkan bahwa: air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Pada dasarnya pengadaan air minum adalah tanggung jawab manusia sendiri dan memang sejak semula secara tradisional masyarakat telah mengadakan usaha-usaha pengadaan air minum secara sendiri ataupun kolektif dengan memanfaatkan alam dan sumber daya yang ada, walaupun demikian mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada seperti makin sulitnya air bersih, keringnya sumur, jauh dari mata air maka diperlukan usaha untuk pengadaan air minum tersebut dari pihak pemerintah, di antaranya dengan memberikan pelayanan berupa pengadaan perusahaan air minum (PAM/PDAM) yang dapat dinikmati semua lapisan masyarakat yang membutuhkan air bersih.

3


(21)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

kepada konsumen dan memastikan konsumen dapat menggunakan fasilitas umum tersebut dengan biaya yang murah, hanya saja, kenyataannya masih banyak konsumen yang belum memperoleh kepuasaan dalam menggunakan pelayanan publik meskipun pemerintah telah berubah status menjadi penyedia jasa monopoli.4

4

Indah Sukmaningsih, Dimensi Pelayanan Publik dalam Masalah Perlindungan Konsumen, Lokakarya Hukum Perlindungan Konsumen bagi Dosen dan Praktisi Hukum, Jakarta, 1997, hal. 1.

Kebutuhan akan air minum terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Hal ini mendorong masyarakat yang belum memiliki sumber air minum sendiri akan menghubungi perusahaan air minum (PAM/PDAM). Dalam hal ini antara PDAM selaku pemberi jasa pengadaan air minum dengan konsumen selaku penerima jasa air minum terdapat suatu hubungan hukum, yaitu adanya kewajiban dari penerima jasa untuk memberi imbalan atas jasa yang diterimanya sesuai dengan jumlah air yang dikonsumsi yang tertera dalam water

meter serta sesuai dengan besaran tarif yang telah ditentukan, di samping itu juga

terdapat hak-hak dari pelanggan sebagai penerima jasa yaitu: hak atas keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi air bersih yang diterimanya, hak mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi airnya, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas air yang diterima dari PDAM.

Dalam kenyataannya masih banyak pelanggan yang mengeluhkan pelayanan PDAM Tirtanadi yang mengecewakan karena kualitas air sangat buruk. Kenyataan ini mengundang perhatian anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) R.I yang menyatakan:


(22)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Kita akan panggil pihak PDAM guna membicarakan banyaknya keluhan yang disampaikan masyarakat tentang pelayanan tersebut, mengingat air merupakan kebutuhan penting dalam aktivitas sehari-hari. Selain distribusi air ke rumah penduduk yang macet, juga akan dibahas mengenai buruknya kualitas air yang disalurkan. Air tidak hanya digunakan saat kegiatan mencuci, tetapi juga untuk konsumsi. Sebab itu, sangat penting menjaga mutu air karena menyangkut kesehatan dan kebersihan masyarakat.5

Demikian juga hasil pengkajian atas pengaduan masyarakat pada Komisi C DPRD Medan tentang kualitas air PDAM Tirtanadi, menyatakan:6

Sebagai konsumen sudah tentu merasa hak yang seharusnya diperoleh sebagaimana yang ditentukan dalam UUPK tidak terpenuhi, sehingga merupakan hak konsumen untuk menuntut dipenuhinya hak-hak tersebut atau adanya pertanggungjawaban dari PDAM sehubungan dengan kerugian yang dialami oleh konsumen dalam memperoleh air bersih.

90% pelanggan Titanadi itu masyarakat Kota Medan. DPRD Medan punya kewajiban untuk membela hak-hak konsumen yang telah dikebiri oleh perusahaan BUMN ini. Sebab mereka menyampaikan pengaduan bahwa air yang mereka konsumsi sering berwarna hitam, kadang berlumpur dan kurang sehat. Komisi C sudah melakukan penelitian terhadap air produk Tirtanadi ini. Hasil pengkajian yang dilakukan melalui Total Dis of Solide atau Eletrolizer ini membuktikan bahwa kwalitas air Tirtanadi tidak sehat karena mengandung logam, lumpur dan berbagai zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan lainnya sebesar 0,60%. Itu artinya kwalitas kesehatan air sudah melampaui ambang batas standarisasi yang sudah ditentukan yakni, 0.12%.

7

5

Parlindungan Purba, ”Pelayanan PDAM Tirtanadi Buruk”, Harian Global, tanggal 24 Mei 2008.

6

Zainuddin, ”PDAM Tirtanadi Sepelekan DPRD Medan”,

beritautama.html.

7

Dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, ditentukan penggolongan air yang dapat digunakan untuk air minum menjadi dua golongan yaitu: Golongan A merupakan air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu, sedangkan Golongan B merupakan air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Selanjutnya dalam Lampiran Peraturan Pemerintah tersebut ditentukan


(23)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Sesuai dengan kedudukannya masyarakat sebagai pelanggan PDAM yang telah mengadakan perjanjian dengan pihak penyelenggara jasa air minum yaitu pihak PDAM, salah satu hak konsumen adalah hak atas keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi air bersih yang diterima.

Definisi perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.8

Lazimnya dalam perjanjian baku terdapat klausula eksonarasi yang merupakan pembatasan pertanggungjawaban dari kreditur. Klausula eksonerasi hanya dapat digunakan dalam pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik. Eksonerasi terhadap kerugian yang timbul karena kesengajaan pengusaha adalah bertentangan dengan kesusilaan, karena itu pengadilan dapat mengesampingkan eksonerasi itu. Houwing mengatakan bahwa eksonerasi karena sengaja tidak memenuhi perjanjian

Perjanjian antara konsumen dan pihak PDAM memakai bentuk perjanjian baku atau standar, bersifat baku karena isi perjanjian tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir. Dalam perjanjian antara konsumen dengan pihak PDAM juga terlihat sifat perjanjian yang konfeksi dan massal yaitu bentuk perjanjian untuk semua konsumen sama tanpa ada perbedaan antara konsumen yang satu dengan yang lainnya.

parameter jenis air bersih atau dapat diminum tersebut diantaranya adalah tidak berbau dan tidak berasa.

8

Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan overeekomst dalam bahasa Belanda. Kata overeekomst tersebut lazim diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sama artinya dengan perjanjian.


(24)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

adalah sama dengan pembatasan perjanjian tersebut. Eksonerasi hanya dapat digunakan jika tidak dilarang oleh undang-undang dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.9

Jika seseorang konsumen mempunyai hubungan hukum berupa perjanjian dengan pihak lain, dan pihak lain itu melanggar perjanjian yang disepakati bersama, maka konsumen berhak menggugat lawannya berdasarkan dalih melakukan wanprestasi (cidera janji). Jika sebelumnya tidak ada perjanjian, konsumen tetap saja memiliki hak untuk menuntut secara perdata, yakni melalui ketentuan perbuatan melawan hukum. Dalam konsepsi perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad), seseorang diberi kesempatan untuk menggugat sepanjang terpenuhi tiga unsur, yaitu ada kesalahan (yang dilakukan pihak lain atau tergugat), ada kerugian (yang diderita penggugat), dan ada hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian itu.10

Dalam UUPK, hak konsumen atas keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi air itu diakomodir dalam Pasal 4 huruf a, hak atas kenyamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Kemudian juga dalam huruf Perikatan dapat bersumber dari perjanjian dan dari undang-undang. Dalam hukum perlindungan konsumen, aspek perjanjian ini merupakan faktor yang sangat penting walaupun bukan faktor mutlak yang harus ada, perjanjian merupakan salah satu sumber lahirnya perikatan. Demikian juga halnya antara masyarakat pelanggan air minum dari PDAM, terjadinya hubungan hukum karena adanya permohonan yang diikat dengan suatu perjanjian antara konsumen dengan PDAM.

9

Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 20.

10


(25)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

c, konsumen mempunyai hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Oleh karena itu, dari ketentuan tersebut maka sudah menjadi hak konsumen untuk mendapatkan aliran air yang bersih yang aman bagi kesehatannya dan adanya kenyamanan dalam mengkonsumsi air minum dari PDAM yang senantiasa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih: Penelitian pada PDAM Tirtanadi Medan”.

B. Permasalahan

Bertitik tolak dari uraian di atas maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih oleh PDAM sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen?

2. Apakah faktor-faktor penyebab tidak dipenuhinya hak-hak konsumen untuk memperoleh pelayanan air bersih?

3. Bagaimana upaya dan penyelesaian tuntutan konsumen terhadap kelalaian yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi Medan?

C. Tujuan Penelitian


(26)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih oleh PDAM sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tidak dipenuhinya hak-hak konsumen

untuk memperoleh pelayanan air bersih.

3. Untuk mengetahui upaya dan penyelesaian tuntutan konsumen terhadap kelalaian yang dilakukan oleh PDAM Tirtanadi Medan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian dapat dilihat secara teoritis dan secara praktis, yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya di bidang pelaksanaan perlindungan konsumen dalam hubungannya dengan jasa yang dikuasai oleh pemerintah.

2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini dapat sebagai bahan pegangan dan rujukan dalam mempelajari tentang perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih khususnya bagi para akademisi, mahasiswa dan masyarakat umum.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara khusus pada


(27)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitar Sumatera Utara, penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih: Penelitian Pada PDAM Tirtanadi Medan” belum pernah dilakukan. Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.


(28)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,11 dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.12 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis13

Dalam hal perlindungan hukum kepada konsumen ini dikatakan oleh Munir Fuady bahwa “apabila sesuatu hukum telah ditegakkan terhadap seseorang, berarti suatu langkah untuk merealisasi kebahagian masyarakat luas telah diambil, sekaligus Perlindungan hukum terhadap konsumen adalah sebuah penegakan hukum yang membutuhkan pengaturan-pengaturan berupa ancaman si pelanggar. Hal ini tercermin di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang merupakan suatu perundang-undangan di Indonesia dengan kepentingan pemberian perlindungan kepada konsumen.

11

J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203. M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27. menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkan, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.

12

Ibid, hal. 16.

13


(29)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

pula terwujudnya suatu langkah kesengsaraan (penggerogotan kebahagiaan) terhadap pihak melanggar ketentuan hukum”.14

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, istilah konsumen sebagai definisi yuridis formal ditemukan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal 1 UUPK dinyatakan, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.15

Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum, oleh karena itu perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapatkan perlindungan itu bukan sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan hukum terhadap hak-hak konsumen. Definisi konsumen dapat pula ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, dalam undang-undang ini yang dimaksud konsumen adalah setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan orang lain. Batasan ini secara garis besar maknanya diambil dari pengertian dalam UUPK.

14

Munir Fuady dalam Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen

Hukumnya, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 22. 15

Sudaryanto, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal. 17, menyatakan konsumen ialah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.


(30)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Dalam Pasal 1 UUPK, diartikan perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan konsumen.

Secara umum dikenal adanya empat hak dasar konsumen, hal ini mengacu pada Presiden Kennedy’s 1992 Consumer’s Bill of rights, yang dikemukakan Shidarta, yaitu:16

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (The right to safety). 2. Hak untuk mendapatkan informasi (The right to be informed). 3. Hak untuk memilih (The right to choose).

4. Hak untuk didengar (The right to be heard).

Empat hak dasar ini diakui secara internasional, dalam perkembangannya organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International

Organization of Consumers Union (IOCU) menambahkan bagi beberapa hak, seperti

hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.17

Dalam UUPK empat hak dasar yang tersebut di atas, juga akomodasikan, hak konsumen untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dimasukkan dalam UUPK karena UUPK secara khusus mengecualikan hak-hak yang diatur dalam undang-undang di bidang hak dan kekayaan intelektual (HaKI) dan di bidang pengelolaan lingkungan, tidak jelas mengapa hanya kedua bidang hukum ini saja yang dikecualikan secara khusus, mengingat sebagai undang-undang payung

16

Sidharta, op.cit, hal. 16.

17


(31)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

hukum, UUPK seharusnya dapat mengatur hak-hak konsumen itu secara lebih komprehensif.18

Hukum di dalamnya mengatur peranan dari para subjek hukum yang berupa hak dan kewajiban. Hak adalah suatu peran yang bersifat fakultatif artinya boleh dilaksanakan atau tidak dilaksanakan, berbeda dengan kewajiban adalah peran yang bersifat imperatif, artinya harus dilaksanakan. Hubungan keduanya adalah saling berhadapan dan berdampingan karena di dalam hak terdapat kewajiban untuk tidak melanggar hak orang lain dan tidak menyalahgunakan haknya.19

Hukum dapat melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti ditentukan secara terukur, dalam arti ditentukan keluasaan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut sebagai hak.20

Perlindungan di bidang keperdataan diadakan bertitik tolak dari tarik menarik kepentingan antar sesama anggota masyarakat. Jika seseorang sebagai anggota masyarakat merasa dirugikan oleh warga masyarakat lain, tentu ini akan membuat pihak yang dirugikan menggugat pihak lain itu agar bertanggung jawab secara hukum atas perbuatannya. Dalam hal ini diantara mereka mungkin saja sudah terdapat

18

Ibid, hal. 17.

19

Sasonggko Wahyu, Pengantar Ilmu Hukum, Buku Ajar, Universitas Lampung Press, 1999, hal. 56.

20


(32)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

hubungan hukum berupa perjanjian di lapangan hukum keperdataan, tetapi dapat pula sebaliknya, sama sekali tidak ada hubungan hukum demikian.21

Jika seseorang konsumen mempunyai hubungan hukum berupa perjanjian dengan pihak lain, dan pihak lain itu melanggar perjanjian yang disepakati bersama, maka konsumen berhak menggugat lawannya berdasarkan dalih melakukan wanprestasi (cidera janji). Jika sebelumnya tidak ada perjanjian, konsumen tetap saja memiliki hak untuk menuntut secara perdata, yakni melalui ketentuan perbuatan melawan hukum. Dalam konsepsi perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad), seseorang diberi kesempatan untuk menggugat sepanjang terpenuhi tiga unsur, yaitu ada kesalahan (yang dilakukan pihak lain atau tergugat), ada kerugian (yang diderita penggugat), dan ada hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian itu.22

Perikatan dapat bersumber dari perjanjian dan dari undang-undang. Dalam hukum positif Indonesia, masalah perikatan secara umum diatur dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perikatan dalam kodifikasi hukum itu adalah perikatan dalam lapangan hukum kekayaan. Artinya, perikatan tersebut dikaitkan dengan hak-hak tertentu yang mempunyai nilai ekonomi. Jika hak itu tidak dipenuhi, ada konsekuensi yuridis untuk menggantinya dengan sejumlah uang tertentu.

Dalam hukum perlindungan konsumen, aspek perjanjian ini merupakan faktor yang sangat penting walaupun bukan faktor mutlak yang harus ada, perjanjian merupakan salah satu sumber lahirnya perikatan.

23

21

Sidharta, op.cit, hal. 48.

22

Ibid, hal. 48.

23


(33)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Perikatan dapat terjadi karena dua sebab, yaitu karena adanya perjanjian dan karena undang-undang (Pasal 1233 KUH Perdata).24

Selain perjanjian, sumber perikatan lainnya adalah undang-undang. Perikatan yang timbul karena undang-undang ini dalam Pasal 1352 KUH Perdata dibedakan menjadi perikatan yang memang ditentukan oleh undang-undang dan perikatan yang timbul karena perbuatan orang.

Dua pengertian ini sangat mempengaruhi perlindungan dan penyelesaian sengketa hukum yang melibatkan kepentingan konsumen di dalamnya.

Agar perjanjian itu memenuhi harapan kedua belah pihak, masing-masing perlu memiliki itikad baik untuk memenuhi prestasinya secara bertanggung jawab. Hukum di sini berperan untuk memastikan bahwa kewajiban itu dijalankan dengan penuh tanggung jawab seperti kesepakatan semula. Jika terjadi pelanggaran dari kesepakatan itu maka pihak yang dirugikan dapat menuntut pemenuhannya berdasarkan perjanjian tersebut.

25

Di dalam perkembangannya saat ini, kebanyakan perjanjian dibuat dalam bentuk tertulis bahkan pada saat ini terdapat kecenderungan untuk membuat perjanjian dalam bentuk baku atau standar. Hal ini sesuai dengan kecenderungan masyarakat untuk bertindak secara praktis dan efisien dalam hal waktu dan tenaga. Dikatakan bersifat baku karena klausula perjanjian tersebut tidak dapat dan tidak mungkin dinegosiasikan atau ditawar oleh pihak lain. Tidak adanya pilihan bagi salah

24

Pasal 1233, berbunyi: Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang

25

Pasal 1352, berbunyi: Perikatan yang lahir karena undang, timbul dari undang-undang sebagai undang-undang-undang-undang atau dari undang-undang-undang-undang sebagai akibat perbuatan orang.


(34)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

satu pihak dalam perjanjian tersebut cenderung akan merugikan pihak yang kurang dominan.26

Sutan Remy Sjahdeini mengatakan, perjanjian baku yaitu perjanjian yang hampir seluruh klausula-klausulanya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan.27

Menurut Pitlo dalam Badrulzaman, bahwa:

28

26

Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal. 53.

27

Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Seimbang bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993, hal. 66. 28

Pitlo dalam Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Baku (Standar), Perkembangannya

di Indonesia, Alumni, Bandung, 1980, hal. 8.

Latar belakang tumbuhnya perjanjian baku adalah karena keadaan sosial dan ekonomi. Dalam perkembangan ekonomi semakin banyak perusahaan besar, perusahaan semi pemerintah atau perusahaan-perusahaan pemerintah yang mengadakan kerjasama dengan suatu perusahaan lain. Untuk kepentingan itu diciptakan syarat-syarat tertentu secara sepihak untuk diajukan kepada mitra kontraknya. Pihak lawan dalam perjanjian baku ini biasanya kedudukan ekonomi yang lemah, baik karena posisinya maupun karena ketidaktahuannya yang kemudian hanya menerima saja apa yang disodorkan dalam formulir perjanjian tersebut. Dengan penggunaan perjanjian baku ini maka pengusaha akan memperoleh efisiensi dalam pengeluaran biaya, tenaga dan waktu.

Perjanjian antara konsumen dan pihak PDAM memakai bentuk perjanjian baku atau standar, bersifat baku karena isi perjanjian tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir. Dalam perjanjian antara konsumen dengan pihak PDAM juga terlihat sifat perjanjian yang konfeksi dan massal yaitu bentuk perjanjian untuk semua konsumen sama tanpa ada perbedaan antara konsumen yang satu dengan yang lainnya.


(35)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Lazimnya dalam perjanjian baku terdapat klausula eksonarasi yang merupakan pembatasan pertanggungjawaban dari kreditur. Klausula eksonerasi hanya dapat digunakan dalam pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik. Eksonerasi terhadap kerugian yang timbul karena kesengajaan pengusaha adalah bertentangan dengan kesusilaan, karena itu pengadilan dapat mengesampingkan eksonerasi itu. Houwing mengatakan bahwa eksonerasi karena sengaja tidak memenuhi perjanjian adalah sama dengan pembatasan perjanjian tersebut. Eksonerasi hanya dapat digunakan jika tidak dilarang oleh undang-undang dan tidak bertentangan dengan kesusilaan.29

Tujuan utama klausula eksonerasi adalah mencegah pihak konsumen merugikan kepentingan pengusaha. Dalam perjanjian, konsumen adalah pihak yang diservis oleh pengusaha, sehingga konsumen berposisi dilayani dan pengusaha berposisi sebagai pelayan.30

Dalam UUPK hak-hak konsumen diatur dalam Pasal 4, dalam pasal ini terdapat delapan hak yang dituangkan secara eksplisit dan satu hak yang dirumuskan secara terbuka, hak-hak tersebut adalah:31

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

29

Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 20.

30

Ibid, hal. 20.

31


(36)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

g. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/jasa penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

h. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya. Selain dari rumusan Pasal 4 UUPK tersebut juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam Pasal 7 yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha, kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen. Kewajiban pelaku usaha adalah:32

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba;

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

32


(37)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Selain mengatur tentang hak-hak konsumen UUPK juga mengatur hak-hak dari pelaku usaha yang harus dihormati dan/atau dilaksanakan oleh konsumen. Dalam UUPK hak pelaku usaha ini diatur dalam Pasal 6, yaitu:33

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Hak pelaku usaha juga diatur dalam Pasal 5 UUPK karena pasal ini merupakan pengaturan kewajiban konsumen yang secara antinomi juga merupakan hak pelaku usaha, dalam Pasal 5 UUPK disebutkan bahwa kewajiban konsumen adalah:34

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Zoemrotin K Susila mengemukakan, dengan kepastian hukum yang jelas dan tegas, pelaku usaha akan semakin berhati-hati dalam memproduksi barang dan/atau

33

Pasal 6 UUPK.

34


(38)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

jasa, sehingga secara langsung memberikan perlindungan prefentif terhadap konsumen.35

2. Konsepsi

Dalam UUPK telah diatur hak dan kewajiban konsumen itu sendiri. Bahwa apabila ada hak pasti harus ada kewajiban, dengan kata lain antara hak dan kewajiban itu sudah merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian agar keduanya dapat berjalan seimbang sehingga tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Hak konsumen untuk dihindari dari akibat negatif persaingan tidak sehat dapat dilakukan sebagai upaya yang harus dilakukan, khususnya oleh pemerintah, guna mencegah munculnya akibat-akibat langsung yang merugikan konsumen. Itu sebabnya, gerakan konsumen sudah selayaknya menaruh perhatian terhadap keberadaan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hak ini. Maka dengan undang-undang perlindungan konsumen diharapkan dapat memberikan kenyamanan serta kepastian hukum dalam hal perlindungan terhadap konsumen itu sendiri, khususnya dalam pelayanan air bersih dari PDAM/PAM.

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition.36

35

Zoemrotin K. Susila, Penyambung Lidah Konsumen, Puspa Swara, Jakarta, 1999, hal. 10.

36

Sutan Remy Sjahdeini, op.cit, hal. 10.

Pentingnya definisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu


(39)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

istilah yang dipakai.37

a. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, sebagai berikut:

38

b. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.39

c. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.40

d. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi kepada konsumen.41

37

Tan Kamelo, “Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara”, Disertasi, PPs-USU, Medan, 2002, hal. 35.

38

Pasal 1 angka 2 UUPK.

39

Pasal 1 angka 3 UUPK.

40

Pasal 1 angka 4 UUPK.

41


(40)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

e. Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh non-pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen.42

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, maksudnya suatu penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam bentuk teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian di lapangan,43

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.

dalam hal ini pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih.

44

2. Sumber Data

Kalaupun ada digunakan pendekatan yuridis empiris hanyalah sebagai pendukung penelitian ini.

Pengumpulan data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung penelitian lapangan, sebagai berikut:

42

Pasal 1 angka 9 UUPK.

43

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 63.

44


(41)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

a. Penelitian Kepustakaan (library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.45 1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni:

a) Norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan UUD 1945.

b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 2) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum, yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih.

3) Bahan tertier adalah bahan pendukung di luar bidang hukum seperti kamus ensiklopedia atau majalah yang terkait dengan perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih.

b. Penelitian Lapangan (field research) untuk mendapatkan data yang terkait dengan masalah pelayanan air bersih terhadap konsumen atau masyarakat, dengan melakukan wawancara kepada:

1) Pimpinan/Pejabat PDAM Tirtanadi Medan;

2) Konsumen atau masyarakat pengguna air bersih dari PDAM Tirtanadi Medan, sebanyak 10 (sepuluh) orang.

45

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1995, hal. 39.


(42)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

3. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) alat pengumpulan data, yaitu:

1.

Studi Dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan yang diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, hasil penelitian dan dokumen-dokumen perundang-undangan yang ada kaitannya dengan pelayanan air bersih bagi konsumen PDAM Tirtanadi Medan yang selanjutnya digunakan untuk kerangka teoritis pada penelitian lapangan.

2.

Wawancara, yang dilakukan dengan pedoman wawancara yang terstruktur kepada informan yang telah ditetapkan tentang pelayanan air bersih bagi konsumen PDAM Tirtanadi Medan.

4. Analisis Data

Analisis data penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis kualitatif, sehingga hasil analisis ditentukan berdasarkan uraian-uraian fakta di lapangan untuk memperkuat argumentasi yang dapat dijadikan sebagai dasar penarikan kesimpulan. Sebagaimana layaknya pelaksanaan jenis deskriptif, penelitian ini pada dasarnya tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi data yang dikumpulkan.


(43)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH OLEH PDAM SESUAI DENGAN

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Tinjauan Umum tentang Konsumen 1. Pengertian Konsumen


(44)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (Ketetapan MPR No. II/MPR/1993) disebutkan kata konsumen dalam rangka membicarakan tentang sasaran bidang perdagangan. Sama sekali tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang pengertian istilah ini dalam ketetapan tersebut.

Di antara ketentuan normatif itu terdapat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (diberlakukan 5 Maret 2000, satu tahun setelah diundangkan). Undang-undang ini memuat suatu definisi tentang konsumen, yaitu setiap pemakai dan atau pengguna barang dan atau jasa, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan orang lain. Batasan itu mirip dan garis besar makanya diambil alih oleh UUPK.

Istilah lain yang agak dekat dengan konsumen adalah “pembeli” (koper). Istilah ini dapat dijumpai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pengertian konsumen jelas lebih luas daripada pembeli. Luasnya pengertian konsumen dilukiskan secara sederhana oleh mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy dengan menyatakan, “Consumers by definition include us all”.46

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 menyebutkan bahwa “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Az. Nasution

46

Mariam Darus Badrulzaman, “Perlindungan terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku (Standar)”, dalam BPHN, Simposium Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen, Bina Cipta, Bandung, 1986, hal. 57.


(45)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

adalah “setiap orang yang mendapatkan secara sah dan menggunakan barang atau jasa untuk suatu kegunaan tertentu”.47

Konsumen dalam arti luas mencakup kedua kriteria itu, sedangkan konsumen dalam arti sempit hanya mengacu pada konsumen pemakai terakhir. Di Spanyol, pengertian konsumen didefinisikan secara lebih luas, yaitu: “Any individual or

company who is the ultimate buyer or user of personal or real property, products, service or activities, regardless of whether the seller, supplier or producer is a public a private entity, acting alone or collectively”.48

Secara harafiah arti kata consumer itu adalah “(lawan dari produsen) setiap orang yang menggunakan barang”.

Konsumen diartikan tidak hanya individu (orang), tetapi juga suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir. Adapun yang menarik di sini, konsumen tidak harus terikat dalam hubungan jual beli sehingga dengan sendirinya konsumen tidak identik dengan pembeli.

Istilah konsumen berasal dari alih bahasa dari kata consumer (Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari consumer atau

consument itu tergantung dalam posisi mana ia berada.

49

47

A.Z. Nasution, Konsumen dan Hukum., Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hal. 69.

48

R.A. Anderson dan W.A. Krumpt, Business Law, South-Western, Publishing Co., Cincinnati, 1972, hal. 553.

49

A.S. Hornby, Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English. Oxford University Press, Oxford, 1989, hal. 183. “(opp to producer) person who uses goods”.

Tujuan penggunaan barang atau jasa itu nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula


(46)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Kamus Bahasa Inggris-Indonesia50

Selanjutnya konsumen (sebagai alih bahasa dari consumer), secara harfiah pula berarti “seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa”, atau “seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu”, juga “sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang”.

memberi arti kata consumer sebagai “pemakai atau konsumen”.

51

Adapula yang memberikan arti lain, yaitu konsumen adalah “setiap orang yang menggunakan barang atau jasa”.52

Dari berbagai studi yang dilakukan berkaitan dengan perlindungan konsumen diperoleh batasan tentang konsumen (akhir) antara lain:53

2. Hak-hak Konsumen

a. Pemakai akhir dari barang, digunakan untuk keperluan diri sendiri atau orang lain dan tidak untuk diperjualbelikan.

b. Pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, bagi keperluan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

c. Setiap orang atau keluarga yang mendapatkan barang untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan.

Secara umum dikenal ada empat hak dasar konsumen, yaitu: 1) hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety); 2) hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);

50

John M. Echlos & Hasan Sadly, Kamus Inggris-Indonesia. Gramedia, Jakarta, 1986, hal. 124.

51

John Sinclair, Collins Cobuild English Language Dictionary. William Collins Sons & Co, Glasgow, 1988, hal. 303.

52

As. Hornby, op.cit, hal. 185.

53


(47)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

3) hak untuk memilih (the right to choose); 4) hak untuk didengar (the right to be heard).

Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International

Organization of Consumers Union (IOCU) menambahkan lagi beberapa hak, seperti

hak kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.54

Di samping hak-hak dalam Pasal 4, juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal-pasal berikutnya, khususnya dalam Pasal 7 UUPK yang Ada delapan hak yang secara eksplisit dituangkan dalam Pasal 4 UUPK, sementara satu hak terakhir dirumuskan secara terbuka. Hak-hak konsumen itu adalah:

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

54


(48)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha dapat dilihat sebagai hak konsumen.

Selain hak-hak yang disebutkan itu, ada juga hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang. Hal ini berangkat dari pertimbangan, kegiatan bisnis yang dilakukan pengusaha sering dilakukan tidak secara jujur, yang dalam hukum dikenal dengan terminologi “persaingan curang” (unfair competition).55

Dalam hukum positif Indonesia, masalah persaingan curang (dalam bisnis) ini diatur secara khusus pada Pasal 382 bis KUHPidana.

56

B. Hukum Perlindungan Konsumen

Selanjutnya, sejak 5 Maret 2000 diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan diperuntukkan bagi sesama pelaku usaha, tidak bagi konsumen langsung, tetapi pada dasarnya ketentuan ini juga dalam rangka memenuhi hak-hak konsumen.

1. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum konsumen terdiri dari rangkaian peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perilaku orang dalam pergaulan hidup untuk memenuhi kebutuhan

55

Ibid, hal. 17.

56

Pasal 382 KUHPidana, berbunyi: Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum serta merugikan penanggung asuransi atau pemegang surat bodemerij yang sah, menimbulkan kebakaran atau ledakan pada suatu barang yang dipertanggungkan terhadap bahaya kebakaran, atau mengaramkan, mendamparkan, menghancurkan, merusakan, atau membuat tak dapat dipakai, kapal yang dipertanggungkan, atau yang muatannya maupun upah yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya dipertanggungkan, ataupun yang atasnya telah diterima uang bodemerij, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.


(49)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

hidup mereka. Orang-orang tersebut terutama terdiri dari (pengusaha) penyedia barang atau penyelenggara jasa yang merupakan kebutuhan hidup manusia serta konsumen pengguna barang atau jasa tersebut.

Asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah konsumen itu terdapat di dalam berbagai bidang hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis: antara lain hukum perdata, hukum internasional, terutama konvensi-konvensi yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan konsumen. Oleh karena itu, menjadi penting penggunaan instrumen-instrumen hukum perdata, hukum pidana, hukum administrasi, hukum internasional, dan hukum-hukum acara yang berkaitan dengan instrumen hukum itu, dalam pembahasan hubungan dengan masalah atau perlindungan konsumen.

Secara universal, berdasarkan berbagai hasil penelitian dan pendapat para pakar, ternyata konsumen umumnya berada pada posisi yang lebih lemah dalam hubungannya dengan pelaku usaha, baik secara ekonomis, tingkat pendidikan, maupun kemampuan atau daya bersaing/daya tawar. Kedudukan konsumen ini, baik yang bergabung dalam suatu organisasi apalagi secara individu, tidak seimbang dibandingkan dengan kedudukan pengusaha. Oleh sebab itu, untuk menyeimbangkan kedudukan tersebut dibutuhkan perlindungan kepada konsumen. Adapun


(50)

pokok-Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

pokok dan pedomannya telah termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan MPR.57

Sejalan dengan batasan hukum konsumen, maka hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan/atau jasa konsumen.58

Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa hukum konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup.

Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan sosial ekonomi, daya saing maupun tingkat pendidikan. Rasionya adalah sekalipun tidak selalu tepat, bagi mereka yang berkedudukan seimbang, maka mereka masing-masing lebih mampu mempertahankan dan menegakkan hak-hak mereka yang sah.

59

Ketentuan dalam KUH Perdata yang paling banyak digunakan atau berkaitan dengan asas-asas dan kaidah hukum mengenai hubungan dan masalah konsumen, adalah Buku Ketiga KUH Perdata tentang Perikatan dan Buku Keempat KUH Perdata tentang Pembuktian dan Daluarsa. Buku Ketiga KUH Perdata memuat berbagai

57

UUD 1945, Pembukuan Alinea 4 yang berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk memebentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia....”.

58

Az. Nasutioan, op.cit, hal. 66.

59


(51)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

hubungan dalam perikatan, terjadi baik berdasarkan suatu perjanjian maupun yang lahir karena undang-undang (Pasal 1233 KUH Perdata). Hubungan hukum konsumen itu adalah untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUH Perdata).60

Dalam kepustakaan ilmu ekonomi, digunakan berbagai istilah untuk kedua jenis konsumen tersebut. Di antaranya untuk konsumen dengan tujuan komersial digunakan istilah intermediate consumer, intermediate buyer, derived buyer atau

consumer of the industrial market. Sedang bagi konsumen pengguna barang atau jasa

untuk keperluan sendiri, keluarga atau rumah tangga (konsumen non-komersial), digunakan istilah ultimate consumer, ultimate buyer, end user, final consumer atau

consumer of the consumer market.

Hal ini berkaitan dengan perjanjian jual beli di mana akan melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak. Di dalam Buku Keempat KUHPerdata tentang pembuktian dan daluarsa terdapat ketentuan-ketentuan tentang beban pembukt ian dan alat-alat bukti. Hal ini berkaitan erat dengan pertanggungjawaban para pihak apabila terjadinya sengketa dalam perjanjian jual beli.

61

Karena posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan hukum

60

Ibid, hal. 101. 61


(52)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan ditarik batasnya.

Ada juga yang berpendapat, hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang lebih luas itu. A.Z. Nasution berpendapat, hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan atau jasa konsumen, di dalam pergaulan hidup. 62

A.Z. Nasution mengakui, asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan masalah konsumen itu tersebar dalam berbagai bidang hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis, ia menyebutkan, seperti hukum perdata, hukum dagang, hukum pidana, hukum administrasi (negara) dan hukum internasional, terutama konvensi-konvensi yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan konsumen.63

Hukum perlindungan konsumen dibutuhkan apabila kondisi pihak-pihak yang mengadakan hubungan hukum atau bermasalah dalam masyarakat itu, tidak seimbang. Merupakan kenyataan bahwa kedudukan konsumen yang berjumlah besar itu, mempunyai kedudukan sangat lemah dibandingkan dengan para penyedia

62

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2000, hal. 9.

63


(53)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

kebutuhan konsumen, baik penyedia swasta maupun pemerintah (publik) seperti pengadaan air bersih yang dilaksanakan oleh PAM/PDAM.

Selanjutnya perlindungan konsumen diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) yang disahkan pada tanggal 20 April 1999. Dalam Pasal 1 ayat (1) UU Perlindungan itu disebutkan bahwa “perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.

Pengertian perlindungan adalah memberikan jaminan adanya kepastian hukum kepada masyarakat dari setiap hal yang merugikan mereka. Karena itu, perlindungan konsumen adalah perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Latar Belakang Terbitnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Kemajuan ekonomi terutama dalam sektor perdagangan sangat mempengaruhi kegiatan bisnis di dunia, tidak terkecuali Indonesia sebagai negara yang ingin mencapai tujuannya mensejahterahkan rakyatnya. Perkembangan berbagai produk konsumen, bentuk usaha, dan praktek bisnis lainnya dipengaruhi oleh perkembangan pesat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Tidak dapat disangkal bahwa IPTEK sangat berperan dalam setiap kegiatan bisnis di dunia.


(1)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anderson, R.A. dan W.A. Krumpt, Business Law, South-Western, Publishing Co., Cincinnati, 1972.

Atmadja, Arifin P. Soetria, Keuangan Publik dalam Perspektif Hukum Praktik, dan

Kritik, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2005.

Badrulzaman, Mariam Darus, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan

Penjelasan, Alumni, Bandung, 1983.

______, Perjanjian Baku (Standar), Perkembangannya di Indonesia, Alumni, Bandung, 1980.

Black, Henry Campbell, Black’s Law Dictionary Sixth Edition, Penerbit St Paul Minn West Publishing Co tahun 1990.

Echlos, John M., & Hasan Sadly, Kamus Inggris-Indonesia. Gramedia, Jakarta, 1986. Engel, James F., Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard, Perilaku Konsumen,

edisi keenam, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.

Fiadjoe, Albert, Alternative Dispute Resolution a Developing World Perspective, Penerbit Cavendish Publishing Limited, 2004.

Fuadi, Munir, Hukum Bisnis dalam teori dan Praktek, buku ke-2, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.

Hisyam, M., Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, FE UI, Jakarta, 1996.

Hornby, A.S., Oxford Advance Learner’s Dictionary of Current English. Oxford University Press, Oxford, 1989.


(2)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Lazo H., Marketing, Alexander Hamilton Institute, 1971, New York.

Lovenheim, Peter & Lisa Guerin, Mediation, Don’t Litigate, Strategies for Successful

Mediatio, Penerbit NOLO, 2004.

Lubis, M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994. Muhammad, Abdulkadir, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,

Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.

______, Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992.

Nasution, A.Z., Hukum Perlindungan Konsumen suatu Pengantar, Daya Widya, Jakarta, 1999.

______, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995.

Nugroho, Susanti Adi, Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Ditinjau dari

Hukum Acara Serta Kehendak Implementasinya, Kencana, Jakarta, 2008.

Pasaribu, Sjahril Effendy, Wajah PDAM dan Lingkungannya, Media Persada, Medan, 2005.

Setiawan, R, Hukum Perikatan-Perikatan pada Umumnya, Bina Cipta, Bandung, 1987.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, 2000.

Shofie, Yusuf dan Somi Awan, Sosok Peradilan Konsumen Mengungkap Berbagai

Persoalan Mendasar BPSK, Penerbit Piramedia, Jakarta, 2004.

Shofie, Yusuf, Penyelesaian Sengeketa Konsumen Menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Teori & Praktik Penegakan Hukum, Penerbit Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2003.

______, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

______, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.


(3)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Sinclair, John, Collins Cobuild English Language Dictionary. William Collins Sons & Co, Glasgow, 1988.

Sjahdeni, Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Rajawali Press, Jakarta, 1995.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2001.

Sudaryanto, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

Suherman, E. Masalah Tanggung Jawab pada Charter Pesawat Udara dan Beberapa

Masalah lain di Bidang Penerbangan, Alumni, Bandung, 1976.

Suparmoko, M, Keuangan Negara, dalam Teori dan Praktek, Edisi 5, BPFE, Yogyakarta, 2000.

Susila, Zoemrotin K., Penyambung Lidah Konsumen, Puspa Swara, Jakarta, 1999. Syawali, Husni dan Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen,

CV. Mandar Maju, Bandung, 2002.

Teply, Larry I, Legal Negotiation in a Nut Shell, West Publising Co, St PauI, Minnessota, 1991.

Wahyu, Sasonggko, Pengantar Ilmu Hukum, Buku Ajar, Universitas Lampung Press, 1999.

Waluyo, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1996.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.

Yuan, Lim Lan, The Theory & Practies of Mediation, Penerbit FT Law & Tax Asia Pasific Tahun 1997.


(4)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Arifin, Syamsul dan Hamdan, Sanksi Pidana terhadap Badan Hukum Pencemaran

Lingkungan, USU Press, Medan, 1996

Badrulzaman, Mariam Darus, “Perlindungan terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku (Standar)”, dalam BPHN, Simposium Aspek-Aspek Hukum

Perlindungan Konsumen, Bina Cipta, Bandung, 1986.

Goodpaster, Gary & Felix Oentoeng Soebagjo dan Fatimah, “Arbitrase di Indonesia Beberapa Contoh Kasus dan Pelaksanaan dalam Praktik”, Seri Dasar-dasar

Hukum Ekonomi 2, Arbitrase di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1995.

Kamelo, Tan, “Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara”, Disertasi, PPs-USU, Medan, 2002. “Konsumen Dapat Menggugat Pelaku Usaha pada Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen”, Majalah Tempo, 16 Juli 2004.

Middleton, Richard, (terjemahan), “Air Bersih: Sumber Daya yang Rawan”, Seri

Makalah Hijau, Tim Penerjemah IKIP Malang, tt.

Nasution, Arifin Rahmadsyah, Penyesuaian Tarif PDAM Tirtanadi untuk

Peningkatan Kualitas Layanana, Majalah Buletin Tirtanadi, No.4,

Oktober 2005.

“PDAM Tirtanadi”, Buku Profile PDAM Tirtanadi, 1986.

“Pelayanan PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara untuk Medan Sekitarnya”,

Butir Air Minum, Majalah PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, edisi

II, 2008.

Purba, Parlindungan, ”Pelayanan PDAM Tirtanadi Buruk”, Harian Global, tanggal 24 Mei 2008.

Sinaga, Aman, ”BPSK Tempat Menyelesaikan Sengketa Konsumen dengan Cepat dan Sederhana”, Media Indonesia, 27Agustus 2004.

_____,” Peran dan Fungsi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam Upaya Perlindungan Konsumen, Makalah, 2004.

Siregar, Zainal Abidin, “Eco-Asia City to City Twinning Program”, Butir Air Minum, PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara, Edisi II, 2008.

“Sistem Informasi Manajemen terhadap Peningkatan Pelayanan”, Butir Air Minum, Majalah PDAM Tirtanadi, edisi II, 2008 .


(5)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Sukmaningsih, Indah, ”Harapan Segar dari Kehadiran Undang-Undang Perlindungan Konsumen”, Kompas, 20 April 2000.

_____, Dimensi Pelayanan Publik dalam Masalah Perlindungan Konsumen, Lokakarya Hukum Perlindungan Konsumen bagi Dosen dan Praktisi Hukum, Jakarta, 1997.

Sularsi, “Peyelesaian Sengketa Konsumen dalam UU Perlindungan Konsumen”, dalam Liku-Liku Perjalanan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, disunting oleh Arimbi, Penerbit Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2001.

C. Internet

“Anggaran Publik Untuk Penyediaan Air Bersih”,

jaringan informasi kebijakan publik-Anggaran Publik Untuk Penyediaan Air Bersih.html.

Air Bersih”, http://id.wikipedia,org/wiki/Air_bersih#Sumber_Air_bersih.html. http:/www.pdamtirtanadi.co.id/Sejarah PDAM.html.

Karnadi, Rachmat, Awas Krisis Air Bersih”, informasi kebijakan publik-Awas Krisis Air Bersih.html.

Kirmanto, Djoko, ”Awas Krisis Air Bersih”,

informasi kebijakan publik-Awas Krisis Air Bersih.html.

“Medan, Sumatra Utara: Warga Miskin Dapat Air Bersih”,

news & views.html.

“PDAM Tirtanadi Sepelekan DPRD Medan”,

“Swasta Kuasai Air Minum”,

kebijakan publik-swasta kuasai air minum.html.

Tersiawan, Magyartoto, “Opini Secreen tentang PDAM Surabaya”, http::/www.oedoramail..com/mail3.html.


(6)

Jan Rohtuahson Sinaga : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Pelayanan Air Bersih: Studi Pada Masyarakat Kota Medan Pelanggan Pdam Tirtanadi Cabang Medan, 2010.

Zainuddin, ”PDAM Tirtanadi Sepelekan DPRD Medan”,

http://www.hariansuarasumut.com/beritautama.html.

D. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Undang-Undang Dasar 1945.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Presiden No 90. Tahun 2001 tentang Pembentukan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen.

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok.

Kepmenperindag No. 350/MPP/12/2001 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen.

Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Perkara Gugatan Class Action No. 126/Pdt. G/2003/PN. JKT. PST antara KOMPARTA (Komunitas Pelanggan Air Minum Jakarta) lawan Gubernur Daerah Khusus Jakarta (TERGUGAT I) dan DPRD (TERGUGAT II).