Aset Daerah dan Dana Bantuan Daerah

yakni tidak jelasnya batas daerah dalam lampiran undang-undang. Selain itu, peta lampiran undang-undang yang tidak memenuhi syarat sebagai peta. Kemudian aspek ekonomi karena perebutan sumber daya alam. 2. aspek kultural yaitu isu terpisahnya etnis atau subetnis sehingga akhirnya menyebabkan masyarakat menolak untuk dimekarkan. 3. aspek politik berkaitan dengan perolehan suara bagi anggota DPRD atau jumlah pemilih. 4. aspek sosial berkaitan dengan munculnya kecemburuan sosial, isu penduduk asli dan pendatang. Yang terakhir adalah 5. aspek pemerintahan yakni adanya duplikasi pelayanan pemerintahan, jarak ke pusat pemerintahan atau isu ingin bergabung ke daerah tetangga.

B. Aset Daerah dan Dana Bantuan Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah menimbulkan konsekuensi bertambahnya kewenangan pemerintah daerah sebagai akibat pelimpahan urusan yang semula dilakukan pemerintah pusat kemudian dialihkan kepada daerah. Sebagai contoh adalah adalah terjadinya perubahan kewenangan dalam hal pengelolaan aset negara yang semula banyak ditangani pemerintah pusat, maka dengan otonomi daerah, maka pemerintah daerah melakukan pengelolaan aset pemerintah. Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam kebijakan pengelolaan aset daerah antara lain adalah: 1. terwujudnya ketertiban administrasi mengenai kekayaan daerah, menyangkut inventarisasi tanah dan bangunan, sertifikasi kekayaan daerah, penghapusan dan penjualan aset daerah, sistem pelaporan kegiatan tukar menukar, hibah dan ruislag. 2. terciptanya efisiensi dan efektivitas penggunaan aset daerah 3. pengamanan aset daerah, dan 4. tersedianya data informasi yang akurat mengenai jumlah kekayaan daerah. Dengan melihat ketentuan di atas maka sangat besar kewenangan daerah untuk mengelola aset daerah dan melakukan manajemen aset daerah yang profesional, transparan, akuntabel, efisien dan efektif dari mulai perencanaan, pengelolaan pemanfaatan serta pengawasan. Setelah Kabupaten Serdang Bedagai dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang, maka pemerintah Serdang Bedagai perlu untuk menginventaris dan mengelola aset daerah yang berada di wilayahnya, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat 1 huruf b Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai yang menyatakan bahwa Bupati Deli Serdang menginventaris, mengatur, dan melaksanakan penyerahan sesuai dengan peraturan perundangan kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai barang milik kekayaan daerah yang berupa barang bergerak dan barang tidak bergerak yang dimiliki Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. dikuasai danatau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Kabupaten Deli Serdang yang berada dalam wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Dalam ayat 2 ketentuan pasal ini dinyatakan bahwa pelaksanaan penyerahan sebagaimana dimaksud difasilitasi oleh Gubernur Sumatera Utara dan diselesaikan dalam waktu 1 tahun terhitung sejak pelantikan Penjabat Bupati Serdang Bedagai. Hal ini berarti bahwa Kabupaten induk harus menyerahkan aset daerah baik bergerak maupun tidak bergerak yang berada di kabupaten pemekaran. Pelaksanaanya dilapangan adalah bahwa aset daerah baik bergerak maupun tidak bergerak belum sepenuhnya diserahkan oleh kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk kepada Serdang Bedagai. Aset tersebut merupakan aset seluruh instansi pemerintahan yang berada di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Pada tanggal 1 April 2005 Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan Deli Serdang telah sama-sama menginventaris barang bergerak dan tidak bergerak yang akan diserahkan kepada Pemerintah Serdang Bedagai, namun hingga saat ini penyerahan aset tersebut belum terlaksana sebagaimana mestinya. Adapun data aset Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang berada diwilayah Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai adalah berupa tanah, bangunan gedung, alat angkut, alat-alat kantor dan rumah tangga, dan sebagainya. Bupati Deli Serdang, mengemukakan seluruh proses pemekaran Deli Serdang telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. untuk menyingkapi pernyataan Bupati Serdang Bedagai bahwa Deli Serdang sebagai Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. kabupaten induk hingga sekarang tidak juga menyerahkan aset baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, seperti kantor camat dan rumah dinas camat, kantor Dinas Pendidikan dan sebagainya. ”Sejak proses awal pemekaran, pihaknya tidak pernah mendapatkan selembar surat permohonan dari Serdang Bedagai untuk meminta aset Deli Serdang. Prosedurnya telah sesuai dengan PP No 6 Tahun 2006 dan dinyatakan oleh Bupati Deli Serdang aset tersebut merupakan hibah”. 39 Menurut Asisten Ketataprajaan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, secara defakto aset tersebut telah dikuasi pemerintah Serdang Bedagai namun secara dejure aset tersebut belum diserahkan kepada Pemerintah Serdang Bedagai. Ketentuan Pasal 16 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai dinyatakan bahwa berhak mendapatkan alokasi dana bantuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan dalam ketentuan ayat 3 dalam pasal ini dinyatakan bahwa Kabupaten Deli Serdang wajib memberikan bantuan dana kepada Kabupaten Serdang Bedagai selama 3 tahun berturut-turut sekurang-kurangnya sebesar dana yang dialokasikan untuk kegiatan pemerintahan di daerah pemekaran selama belum dimekarkan. Besaran bantuan dana didasarkan pada kesepakatan antara Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten Serdang Bedagai. 39 Yn,PermasalahanDaerahPemekaran,http:www.harianglobal.comcommen t.php?comment.news.9707, 2 April 2008 Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Sejak Tahun 2003 hingga sekarang dana bantuan yang seharusnya diserahkan Deli Serdang selaku kabupaten induk sebesar Rp 57 miliar per tahun, selama 3 tahun berturut-turut dengan total Rp 171 miliar belum ada yang diberikan kepada Serdang Bedagai. 40

C. Status Pegawai Negeri Sipil