Kerangka Teori dan Konsepsi

E. Keaslian Penelitian

Penulisan ini didasarkan pada ide, gagasan serta pemikiran penulis secara pribadi dari awal hingga akhir penyelesaiannya dengan melihat bahwa Kabupaten Serdang Bedagai sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang banyak menemui problema-problemadalam praktek pelaksanaannya. Tulisan ini bukanlah merupakan hasil ciptaan atau hasil penggadaan dari karya tulis orang lain, karena itu keaslian penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan. Kalaupun ada terdapat pendapat atau kutipan dalam penulisan ini karena hal tersebut sangat dibutuhkan dan diperlukan dalam penyempurnaan tulisan ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori Dalam pelaksanaan amanat otonomi daerah mempunyai pengertian bahwa pemerintah pusat melimpahkan kepada pemerintah daerah untuk kewenangan dan pengurusan rumah tangganya sendiri, tetapi tetap dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu berbicara masalah pembentukan daerah pemekaran, yang bersumber pada gagasan dan inisiatif msyarakat, juga berada dalam kerangka negara kesatuan pula. Dengan demikian dalam penelitian ini akan digunakan teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji adalah teori desentralisasi Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Otonomi daerah adalah merupakan konsekuensi dari salah satu varian dari desentralisasi. Rondinelli secara berani menyatakan bahwa dalam praktek desentralisasi memiliki empat varian yakni: dekonsentrasi, delegasi, devolusi dan privatisasi. 6 Pakar ini mengulas bagaimana kekuasaan yang ada pada pemerintah dikelola dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal. Dalam konteks ini maka apabila kewenangan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat itu oleh pemerintah diserahkan kepada pejabat pusat maka konsep ini dimaknai sebagai dekonsentrasi. Sebaliknya apabila kewenangan itu diserahkan kepada daerah otonomi maka konsep ini dimaknai sebagai devolusi yang konsekuensinya akan ada otonomi daerah. Disamping itu untuk hal-hal tertentu kewenangan itu diberikan kepada badan atau lembaga tertentu untuk mengelolanya seperti listrik kepada PLN, maka konsep ini dimaknai sebagai delegasi, sedangkan varian yang keempat adalah manakala kewenangan itu diserahkan kepada swasta untuk mengelolanya, maka konsepnya dimaknai sebagai privatisasi. Otonomi daerah yang dilaksanakan oleh Indonesia disebut sebagai perubahan radikal atau Big Bang dalam system pemerintahan dari semula yang amat sentralistik menjadi salah satu negara yang amat desentralistik, demikian laporan 6 Oentarto Sindung Mawardi, Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Impementasi, Permasalahan dan Solusi, dalam Desentralisasi Pemerintahan NKRI Implementasi dan Revitalisasi, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, 2004, hlm 3 Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Bank Dunia Nomor 26191-IND yang dikeluarkan Juni 2003 dalam buku yang berjudul Decentralizing Indonesia. 7 Kebijakan desentralisasi mengakibatkan pemerintah daerah dapat mengembangkan potensi sumber daya alam lebih maksimal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Desentralisasi sebagai salah satu asas penyelenggaraan pemerintah daerah pada perkembangan berikutnya melahirkan pengertian otonomi, yaitu merupakan suatu hak atau wewenang dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus sendiri dan mengatur sendiri daerahnya dengan mengambil keputusan, baik politik maupun administratif menurut prakarsa sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Kerangka Konsepsi Atas dasar kerangka teoritis yang disebutkan di atas, dapat diuraikan kerangka konsepsi sebagai berikut, Definisi tentang desentralisasi tidak ada yang tunggal, namun banyak defenisi yang dikemukan oleh para pakar mengenai desentralisasi. Dari defenisi yang ada secara garis besar ada dua defenisi dari prespektif administratif dan persepktif politik 8 . Menurut perspektif administratif, desentralisasi didefenisikan sebagai the transfer of administerative responsibility 7 Harry Azhar Aziz, Teori Big Bang Otonomi Daerah, dalam Desentralisasi Pemerintahan NKRI Implementasi dan Revitalisasi, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, 2004, hlm 73 8 Lili Romli, Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia dalam Jurnal desentralisasi Volume 4 Nomor 3, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, 2004, hlm 9 Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. from central to local governments. Dalam undang-undang Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desentralisasi administratif menurut Rondinelli sebagaimana dikutip Machfud Sidik adalah pelimpahan wewenang yang dimaksud untuk mendistribusikan kewenangan, tanggung jawab, dan sumber-sumber keuangan untuk menyediakan pelayanan publik termasuk menyangkut perencanaan, pendanaan dan manajemen fungsi pemerintahan pusat kepada aparatnya di daerah yaitu pada tingkatan yang lebih rendah 9 . Jadi dapat dikatakan maksud dari desentralisasi administratif di atas adalah pelimpahan wewenang kekuasaan pemerintah pusat kepada daerah yang bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan yang menjadi tugas pemerintah pusat di daerah-daerah. Dengan demikian desentralisasi administratif adalah berupa kekuasaan pemerintah pusat yang dijalankan di daerah-daerah. Desentralisasi politik menurut Rondinelli adalah pemberian hak kepada warga negara melalui perwakilan yang dipilih suatu kekuasaan yang kuat untuk mengambil keputusan publik 10 . Desentralisasi politik dimaksud bagaimana gambaran distribusi kekuasaan pemerintahan pusat kepada pemerintah daerah sehingga 9 Faisal Akbar, Sumber-sumber Pembiayaan Daerah Otonom dalam Rangka Menunjang Keberhasilan Otonomi Daerah, Medan : Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2007 hlm 98 10 ibid hlm 87 Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. masyarakat lokal memiliki kesempatan yang luas untuk merencanakan dan menentukan sendiri kebijakan-kebijakan yang tepat untuk menyelenggarakan kepentingan-kepentingan yang bersifat spesifik atau khas lokal tersebut, dengan asumsi bahwa sesungguhnya hanya masyarakat setempatlah yang tahu persis bagaimana cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berkarakter lokal serta dapat memecahkan sendiri persoalan-persoalan yang dihadapi berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat yang bersifat kedaerahan. Dalam perspektif politik daerah, desentralisasi politik dapat pula dipahami sebagai satu cara untuk menumbuhkan sikap partisipasi masyarakat daerah dalam beragam aktivitas politik ditingkat lokal, disamping pendidikan bagi masyarakat lokal untuk meningkatkan rasa tanggungjawab terhadap maju mundurnya perkembangan daerahnya. Desentralisasi politik merupakan perwujudan hak-hak dan kewajiban masyarakat lokal dalam keterlibatannya untuk memilih dan dipilih pada jabatan- jabatan pada pemerintahan lokal dan pusat sehingga dapat membina hubungan yang harmonis antara kedua tingkat pemerintahan tersebut yang ada kaitannya pada partisipasi masyarakat secara politik. Sentralisasi kekuasaan akan menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam menjalankan urusan pemerintah, namun pada satu sisi pelaksanaan sentralisasi memberikan kemudahan dalam proses pengambilan keputusan Karena hanya dilakukan oleh satu badan atau orang yang diberikan kekuasaan. Untuk itu sejak tahun 1999 isu desentralisasi semakin mencuat di mana pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengurus sendiri rumah tangganya. Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Sesuai dengan amanat dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam Pasal 4 disebutkan bahwa diberikan kesempatan kepada daerah untuk menggabungkan atau memekarkan daerah, atas dasar ini masyarakat dapat memekarkan daerahnya dengan tujuan untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat daerah. Dengan harus memenuhi syarat administratif yaitu mendapat persetujuan DPRD dan Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri,syarat teknis meliputi daerah yang akan dimekarkan harus memiliki kemampuan, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan dan keamanan yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Dan syarat fisik paling sedikit memiliki paling sedikit 5 lima kecamatan, lokasi ibukota, sarana dan prasarana pemerintahan.

G. Metode Penelitian