Batas Wilayah Gambaran Umum Daerah

b. Rangsangan obat bius yang secara biologis tak dapat tertahankan lagi oleh orang-orang yang menjadi korban. Munculnya konflik antar daerah sebagai akibat dari meningkatnya kewenangan daerah, misalnya perbatasan antara kabupatenkota akan menjadi sumber konflik penting. Daerah-daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi besar diperkirakan akan menjadi sumber sengketa antara kabupaten dan kota. Hal ini diperparah oleh batas kabupaten kota yang tidak jelas dan diabaikan selama ini karena dianggap tidak penting. Ditambah lagi karena banyaknya kabupatenkota yang membutuhkan dana, PAD dan sumber-sumber penghasilan lainnya dengan cara menaikkan retribusi dan pajak daerah. Otonomi daerah sangat kondusif bagi terjadinya konflik. Kebebasan yang menyertai otonomi daerah seringkali ditafsirkan sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri untuk mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia menurut kepentingan sendiri yang merupakan sumber-sumber terjadinya konflik. Adapun konflik-konflik atau problema-problema yang terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut.

A. Batas Wilayah

Penetapan tapal batas Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai masih menimbulkan polemik. Warga yang mengatasnamakan Persekutuan Masyarakat Adat Batak Timur wilayah Serdang Hulu sembilan desa di Kecamatan Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Bangun purba menolak bergabung dengan Serdang Bedagai. Alasannya, untuk mengurus administrasi kependudukan sangat jauh, jarak ke ibukota Kabupaten Deli Serdang, yaitu Lubuk Pakam, hanya 50 kilometer. Kini masyarakat harus bepergian 100 kilometer ke ibukota Kabupaten Serdang Bedagai, Sei Rampah. Mereka menolak bergabung ke Serdang bedagai karena tidak mau dipisahkan dengan warga Adat Batak Timur Serdang Hulu yang terdiri dari enam kecamatan yaitu: 1. Kecamatan Galang 2. Kecamatan Kotarih 3. Kecamatan Gunung Meriah 4. Kecamatan STM Hulu 5. Kecamatan STM Hilir 6. dan Kecamatan Bangunpurba. Keenam kecamatan itu sejak dulu menjadi satu komunitas masyarakat adat yang saling berhubungan darah. Sejarah menunjukkan, masyarakat Batak Timur sejak dulu menjadi satu kawasan pemerintahan. Ditambah lagi bahwa pemekaran wilayah Kabupaten Deli Serdang menjadi Kabupaten Serdang Bedagai tak memperhatikan aspirasi masyarakat. 34 Pengaturan mengenai tapal batas Kabupaten Deli Serdang dengan Serdang Bedagai seperti yang dimuat dalam Pasal 6 ayat 2 Undang-undang Nomor 36 Tahun 34 Antjy,KasusTapalBatasSerdangBedagai,http:depdagri.go.idkonten.php?n ama=BeritaDaerahop=detail_berita_daerahid=1171, 24 Maret 2008 Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. 2003 yaitu di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang mengikuti Sungai Ular dan Sungai Buaya, diperjelas lagi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2007. Dalam ketentuan Pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa: 1. dari pinggir Pantai Cermin yang terletak di Desa Kotapari Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang ditandai dengan PABU 00 yang berbatasan dengan Desa Bagan Kuala Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ke arah barat daya dengan menelusuri ke hulu Sungai Ular sampai pada PABU 01. 2. dari PABU 01 selanjutnya kearah selatan dengan menelusuri ke hulu Sungai Ular sampai pada PABU 02 yang terletak di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Desa Sukamandi Ilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang 3. dari PABU 02 selanjutnya ke arah barat daya dengan menelusuri ke arah hulu Sungai Ular sampai pada PABU 03 yang terletak di desa Simpang Pekan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan desa Sukamandi Ilir Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang 4. dari PABU 03 selanjutnya ke arah selatan dengan menelusuri ke arah hulu Sungai Ular sampai PABU 04 yang terletak di Desa Pondok Cemara Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. 5. dari PABU 04 selanjutnya ke arah selatan dengan menelusuri ke arah hulu Sungai Ular pada PABU 05 yang terletak di Desa Pulau Gambar Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Desa Kramat Gajah Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang 6. dari PABU 05 selanjutnya ke arah selatan dengan menelusuri ke arah hulu Sungai Ular sampai pada PABU 06 yang terletak di Desa Pulau Gambar Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Desa Kampung Serutu Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang 7. dari PABU 06 selanjutnya ke arah barat daya dengan menelusuri ke arah hulu Sungai Ular sampai pada PABU 07 yang terletak di Desa Manggis Kecamatan Serbajadi Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Desa Timbang Deli Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang 8. dari PABU 07 selanjutnya ke arah barat daya dengan menelusuri ke arah hulu Sungai Ular sampai pada PABU 08 yang terletak di Desa Kotarih Baru Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Desa Paku Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang 9. dari PABU 08 selanjutnya ke arah barat dengan menelusuri ke arah hulu Sungai Ular sampai pada PABU 09 yang terletak di Desa Sungai Kari Kecamatan Kotarih Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Desa Bandar Kuala Kecamatan Galang dan Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, dan Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. 10. dari PABU 09 selanjutnya ke arah barat daya dengan menelusuri ke arah hulu Sungai Buaya sampai pada PABU 10 yang terletak di Desa Tarean Kecamatan Silinda Kabupaten Serdang Bedagai yang berbatasan dengan Kecamatan STM Hulu Kabupaten Serdang Bedagai. Acuan dalam menentukan batas wilayah tersebut dinamakan dengan istilah Pilar Acuan Batas Utama atau disingkat dengan PABU. PABU adalah pilar yang dipasang sebagai acuan titik batas antar provinsi kabupaten kota yang diletakkan di sisi batas alam atau buatan yang berfungsi sebagai titik ikat garis batas antar daerah provinsi kabupaten kota. Pengaturan mengenai tapal batas kabupaten telah jelas ditentukan dalam undang-undang dan peraturan menteri, namun warga yang mengatasnamakan Persekutuan Masyarakat Adat Batak Timur wilayah Serdang Hulu mempermasalahkan tapal batas daerah dan menolak bergabung dengan Kabupaten Serdang Bedagai yang telah secara sah berdiri sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 36 Tahun 2003. Penolakan ini diwujudkan masyarakat dengan menggugat Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dengan membawa Undang-undang pemekaran wilayah tersebut ke Mahkamah Konstitusi dan meminta pengujian undang-undang yang menjadi dasar pemekaran. Alasan ini juga digunakan Persekutuan Masyarakat Adat Batak Timur wilayah Serdang Hulu mengajukan permohonan uji materi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatra Utara Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. adalah jarak yang jauh ke ibukota Kabupaten Serdang Bedagai karena pemekaran pada hakekatnya bertujuan meningkatkan dan memudahkan pelayanan kepada masyarakat, tetapi tak sedikit pula yang merasa kian jauh dari pusat pemerintahan kepada masyarakat. 35 Mahkamah Konstitusi MK menggelar sidang pengujian Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatra Utara, Rabu tanggal 13 februari 2008, dengan agenda Pemeriksaan Pendahuluan. 36 Perkara Nomor 4PUU-VI2008 ini diajukan oleh O.K. Dirhamsyah Tousa sebagai kuasa hukum yang bertindak untuk dan atas nama Garang Damanik dkk. sebagai anggota Persekutuan Masyarakat Adat Batak Timur wilayah Serdang Hulu. Dalam perkara ini, para Pemohon mengajukan permohonan baik formil maupun materiil dari Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 dengan menganggap keberadaan Undang-Undang tersebut telah merugikan hak konstitusional mereka karena bertentangan dengan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945 Pasal 18 ayat 1, Pasal 27 ayat 1, Pasal 28 I ayat 4, Pasal 32 ayat 1 UUD 1945. Menurut para Pemohon, secara formil proses pembentukan UU No. 36 Tahun 2003 cacat hukum dengan tidak memperhatikan aspirasi masyarakat. Para Pemohon berpendapat bahwa dalam proses pemekaran wilayah Kabupaten Deli 35 Gun,PermasalahanDaerahPemerkaran,http:hukumonline.comdetail.asp?i d=18539cl=Berita, 13 Maret 2008 36 Ima, Sidang Uji Materi Undang-undang Pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai, http:www.mahkamahkonstitusi.go.idberita.php?newscode=555, 29 Maret 2008 Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Serdang menjadi Kabupaten Deli Serdang inti dan Kabupaten Serdang Bedagai, aspirasi masyarakat menginginkan adanya 10 kecamatan tanpa memasukkan Kecamatan Kotarih dan Kecamatan Galang sebagian dan Kecamatan Bangun Purba sebagian. Akan tetapi DPRD Sumatera Utara mengeluarkan Surat Keputusan bernomor No. 26KDPRD2003 yang antara lain berisi ketetapan untuk memasukkan ketiga Kecamatan di atas. Hal ini menurut Pemohon dianggap sebagai tindakan yang sewenang-wenang dan menunjukkan adanya arogansi Pemerintah. Selain itu, secara materiil khususnya pada Pasal 4 huruf k, l, m dan Pasal 6 ayat 2d serta lampiran II UU No. 36 Tahun 2003 juga telah mengakibatkan kerugian bagi para Pemohon di berbagai segi. Secara ekonomi, menurut para Pemohon, mereka harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mencapai ibukota Kabupaten Serdang Bedagai daripada ketika masih dalam Kabupaten Deli Serdang. ”Bahkan ironisnya untuk ke Sei Rampah Ibukota Serdang Bedagai harus ke Lubuk Pakam Ibukota Kabupaten Deli Serdang dulu. Dalam Petitumnya para Pemohon meminta Majelis Hakim Konstitusi untuk menyatakan proses pembentukan UU No. 36 Tahun 2003 dan juga secara materiil Pasal 4 huruf k, l, m dan Pasal 6 ayat 2d serta lampiran II UU tersebut bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Setelah mendengarkan keterangan para Pemohon, Majelis Panel Hakim yang diketuai oleh Hakim Konstitusi I Dewa Gede Palguna, memberikan beberapa saran berkaitan dengan Permohonan tersebut. Pertama yang harus dijelaskan lebih Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. lanjut oleh para Pemohon pada persidangan selanjutnya adalah masalah legal standing. Para Pemohon harus menjelaskan apakah mereka merupakan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat atau kelompok perorangan karena hak konstitusional perorangan berbeda dengan Hak Konstitusional Kesatuan Hukum Adat. Lebih lanjut, Palguna menjelaskan bahwa hak konstitusional adalah hak yang terdapat dalam UUD 1945. Sedangkan alasan Pemohon berkenaan dengan jarak ke Ibukota Kabupaten Serdang Bedagai dianggap bukan salah satu hak konstitusional. ”Contohnya pada pemekaran kota Singkawang, kerugian masyarakat dari segi jarak tidak dapat dijadikan alasan karena meskipun daerah itu lebih dekat ke Sabah akan tetapi menjadi bagian dari Kalimantan Barat. Hakim Konstitusi H.A.S. Natabaya, berpendapat bahwa UUD 1945 tidak mengenal kata-kata Persekutuan Masyarakat Adat seperti yang disebutkan Pemohon dalam permohonannya. Oleh karena itu para Pemohon dapat dianggap sebagai kelompok perseorangan bukan Kesatuan Hukum Adat. Untuk mengatasi permasalahan dalam penggunaan istilah hukum dan pengertiannya, Hakim Konstitusi H. Achmad Roestandi, S.H. menyarankan agar para Pemohon didampingi oleh kuasa hukum terutama yang mengerti hukum tatanegara karena tidak semua pengacara mengerti hukum tata negara. Mahkamah Konstitusi mendengarkan keterangan Gubernur dan DPRD Sumatra Utara, Bupati dan DPRD Deli Serdang, Bupati dan DPRD Serdang Bedagai dalam persidangan perkara No. 4PUU-VI2008 mengenai Pengujian Undang- Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatra Utara pada Kamis tanggal 13 maret 2008. 37 Pada sidang tersebut, para Pemohon menganggap keberadaan undang-undang yang menjadi dasar pemekaran Kabpuaten Deli Serdang tersebut, telah menyebabkan kerugian konstitusional para Pemohon sebagaimana diatur dalam Pasal 24E ayat 3 dan Pasal 28I ayat 2 UUD 1945. Pemohon juga menganggap pembentukan UU tersebut tidak berdasarkan aspirasi masyarakat. Masyarakat, menurut para Pemohon terutama di Kecamatan Kotarih, Kecamatan Galang dan Kecamatan Bangun Purba merasa tidak diberitahu mengenai pemekaran ini dan secara sepihak dimasukkan ke dalam Kabupaten Serdang Bedagai. Anggapan pemohon tersebut dibantah oleh Kepala Biro Otonomi Daerah Pemerintah Provinsi Sumut, Bukit Tambunan, yang mengatakan usul pemekaran wilayah tersebut justru atas usulan masyarakat melalui berbagai musyawarah. Secara historikal bahwa ini adalah kemauan masyarakat dan bukan dari pemerintah. Penegasan yang sama juga diberikan oleh Hasbul Hadi, menurut Hadi yang juga Pelaksana Tugas Ketua DPRD Sumut, keputusan pemekaran yang diambil dalam rapat paripurna DPRD Sumut didasarkan atas surat Gubernur Sumut bernomor 47332002 tertanggal 16 Juli 2002 yang ditindaklanjuti dengan proses penelitian yang hasilnya adalah bahwa masyarakat mendukung adanya pemekaran wilayah tersebut. 37 Ima,SidangPertamadiMahkamahKonstitusi,http:www.mahkamahkonstitusi . go.idberita.php?newscode=590, 29 Maret 2008. Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Sementara itu, Kepala Badan Pengawas Daerah Bawasda Kabupaten Deli Serdang, Poltak Tobing, mengatakan bahwa pada awalnya Kabupaten Deli Serdang akan dimekarkan menjadi 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Deli. Akan tetapi hasil voting di DPRD memutuskan hanya memekarkan wilayah menjadi 2 Kabupaten. Bupati Kabupaten Serdang Bedagai, H.T. Erry Nuradi, dalam keterangannya juga membantah apa yang dikatakan para Pemohon yang menyatakan pemerintah tidak memperhatikan rakyat. Erry mengatakan bahwa pemerintah kabupaten telah membangun sarana seperti kantor kecamatan di Kecamatan Silinda yang memudahkan masyarakat untuk mengurus kepentingannya. Permasalahan ini dikatakannya muncul karena adanya dualisme pemerintahan. Padahal menurut undang-undang bahkan diperkuat dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2007 tentang batas wilayah bahwa itu jelas termasuk wilayah Kabupaten Serdang Bedagai, dan sudah dilantik kepala desa tetapi pihak Kabupaten Deli Serdang juga memiliki kepala desa pada daerah yang sama. Menurut M. Yusuf Basrun, Ketua DPRD Kabupaten Serdang Bedagai yang juga mantan ketua Pansus pemekaran wilayah Deli Serdang, pemekaran tersebut telah sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dalam proses perkembangannya, aspirasi yang berkembang menghendaki adanya tiga Kabupaten. Akan tetapi melalui rapat fraksi-fraksi di DPRD Kabupaten Serdang Bedagai, diputuskan untuk sementara Kabupaten Deli Serdang dibagi menjadi dua kabupaten saja dengan Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. mempertimbangkan kemampuan kabupaten induk untuk membantu kabupaten hasil pemekaran serta memperhatikan dampak dari pemekaran ini. “Jangan sampai pemekaran ini mempengaruhi pelayanan pemerintah induk kepada warga dalam berbagai aspek. Dengan pertimbangan tersebut DPRD memutuskan untuk memekarkan wilayah tersebut menjadi dua kabupaten. Namun, konsekuensi dari pemekaran membuat beberapa desa masuk ke dalam wilayah Serdang Bedagai. Yusuf juga mengatakan bahwa setelah terjadi pemekaran, tindak lanjut yang terkait dengan aspirasi masyarakat DPRD Kabupaten Deli Serdang membentuk tim sosialisasi kepada masyarakat termasuk pada kecamatan yang bermasalah. Sehingga alasan pemohon dengan mengatakan tidak mengetahui masalah pemekaran tersebut tidak dapat diterima Sebelum menutup persidangan yang diwarnai oleh perdebatan yang sangat sengit, Ketua Majelis Hakim Konstitusi, Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa Majelis Hakim telah mendengar secara lengkap dan telah memiliki informasi yang cukup. Majelis Hakim Konstitusi juga merasa tidak perlu memanggil Presiden dan DPR sebagai pembuat undang-undang sebagaimana lazimnya. Sehingga Majelis berpendapat bahwa tidak perlu diadakan persidangan lagi sebelum Penetapan Putusan. Dalam sidang pleno di gedung Mahkamah Konstitusi Jakarta, pada hari selasa tanggal 27 Mei 2008 digelar sidang putusan uji materil atas Undang-undang Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang bedagai. Mahkamah Konstitusi akhirnya memutuskan menolak gugatan Masyarakat Batak Timur tersebut, karena pemohon tidak dapat membuktikan hak konstitusionalnya yang dirugikan akibat berlakunya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003. dengan demikian maka wilayah yang diklaim oleh masyarakat batak timur termasuk dalam wilayah Serdang Bedagai. Departemen Dalam Negeri Depdagri mencatat 9 kabupatenkota di Sumatera Utara terlibat sengketa tapal batas. Faktor penyebab sengketa cukup banyak, Direktur Administrasi dan Perbatasan Ditjen Pemerintahan Umum Depdagri Kartiko Purnomo menyampaikan hal tersebut dalam acara Lokakarya Penataan Batas-batas Daerah dan Pengembangan Daerah Perbatasan Negara di Anyer Sabtu 812 sampai Minggu 912. Menurutnya, sejak tahun 1999 tercatat dari 33 provinsi baru 11 yang menyelesaikan sengketa batas daerah. Kemudian baru 42 kabupatenkota yang menyelesaikan sengketa secara baik dari total 465 kabupatenkota yang ada. 38 Sengketa batas daerah dapat disebabkan oleh beberapa aspek, diantaranya adalah: 1. aspek yuridis 38 Yn,TapalBatasBumerangBagiDaerahPemekaran,http:www.harianglobal.c omnews.php?extend.30903, 2 April 2008 Wita Siswani : Problema Yuridis Pemekaran Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. USU e-Repository © 2008. yakni tidak jelasnya batas daerah dalam lampiran undang-undang. Selain itu, peta lampiran undang-undang yang tidak memenuhi syarat sebagai peta. Kemudian aspek ekonomi karena perebutan sumber daya alam. 2. aspek kultural yaitu isu terpisahnya etnis atau subetnis sehingga akhirnya menyebabkan masyarakat menolak untuk dimekarkan. 3. aspek politik berkaitan dengan perolehan suara bagi anggota DPRD atau jumlah pemilih. 4. aspek sosial berkaitan dengan munculnya kecemburuan sosial, isu penduduk asli dan pendatang. Yang terakhir adalah 5. aspek pemerintahan yakni adanya duplikasi pelayanan pemerintahan, jarak ke pusat pemerintahan atau isu ingin bergabung ke daerah tetangga.

B. Aset Daerah dan Dana Bantuan Daerah