Potensi Wisata Perkebunan Tembakau (Studi Antropologi Pariwisata Pada Perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang).
POTENSI WISATA PERKEBUNAN TEMBAKAU
(
Studi Antropologi Pariwisata Pada Perkebunan PTPN II
Kebun Klumpang, Deli Serdang
)SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Dalam Bidang Antropologi
OLEH FAUZI AKBAR
050905042
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan : Nama : Fauzi Akbar
NIM : 050905042 Departemen : Antropologi
Judul : Potensi Wisata Perkebunan Tembakau (Studi Antropologi Pariwisata Pada Perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang)
Medan, Juli 2011
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Drs. Irfan Simatupang, M.Si Dr. Fikarwin Zuska
NIP. 19570105 1987032 001 NIP. 19621220 198903 005
Dekan
(3)
PERNYATAAN ORISINALITAS
POTENSI WISATA PERKEBUNAN TEMBAKAU
(Studi Antropologi Pariwisata Pada Perkebunan PTPN II
Kebun Klumpang, Deli Serdang)
S K R I P S I
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.
Medan, September 2011
(4)
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul atas nama Fauzi Akbar, Nomor Induk Mahasiswa 050905042, Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjumlah 83 halaman, dengan 7 foto, 3 gambar dan 7 tabel/matriks.
Perkembangan dunia pariwisata menciptakan kemungkinan baru terhadap kegiatan maupun daerah tujuan wisata, berangkat dari fenomena tersebut dan ketersediaan sumber daya alam serta manusia yang mendukung maka selayaknya perkembangan dunia pariwisata mencakup seluruh lini kehidupan, salah satunya adalah perkebunan. Perkebunan yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Utara pada khususnya memiliki potensi pariwisata perkebunan dengan nilai utama pada perkebunan tembakau (tembakau Deli).
Penulisan ini berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan selama 6 bulan di lokasi penelitian, PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang serta informan penelitian. Kepala Dusun sebagai informan pangkal dalam penelitian ini dikarenakan beliau termasuk sebagai salahsatu karyawan PTPN II dan juga sebagai Kepala Dusun serta tokoh masyarakat setempat. Informan kunci adalah masyarakat yang tinggal di lokasi perkebunan tembakau PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang sedangkan informan biasa adalah pihak-pihak yang terkait secara tidak langsung dengan kegiatan pengembangan pariwisata di daerah tersebut, seperti : agen perjalanan wisata, unsur pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, manajemen PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi (partisipasi maupun non-partisipasi) tergantung pada kondisi dan situasi di lapangan penelitian, metode wawancara juga dipergunakan untuk memperkuat keterangan informan atas penulisan ini.
Hasil penelitian dalam penulisan ini memberi suatu gambaran mengenai potensi pariwisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut, seperti faktor sejarah perkebunan tembakau di Sumatera Utara dan Deli Serdang, faktor sosial kehidupan masyarakat setempat, faktor budaya yang berlaku dalam kelompok masyarakat, faktor aksesbilitas yang mendukung. Pengembangan potensi pariwisata tersebut memerlukan kerjasama antar lini, yaitu masyarakat – pemerintah – pihak perkebunan – agen wisata, kerjasama ini membuka peluang pengembangan potensi lebih lanjut. Penguatan kerjasama merupakan hal mendasar dalam pengembangan pariwisata berbasiskan perkebunan selain penguatan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola potensi pariwisata.
(5)
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis ucapkan ke-Hadirat Illahi Allah S.W.T dan Junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi yang berjudul
“Potensi Wisata Perkebunan Tembakau; Studi Antropologi Pariwisata pada Perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang”,
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menggali kemampuan penulis terhadap penguasaan teori dan metode antropologi yang selama ini penulis dapatkan di bangku perkuliahan, selain itu juga sebagai pemenuhan tugas akhir mahasiswa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.
Selama dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, kritikan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, disampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Terutama kepada orang tua penulis , ayahanda H. Setiadi dan ibunda Hj. Sitara Begum, atas doa, nasehat dan kepercayaan yang tiada henti-hentinya kalian berikan kepada penulis. Terima kasih kepada abangda penulis, Alm. Muhammad Iqbal, M.Mus.Comp., dan kepada kakanda penulis, Miranda, S.E., atas dukungan dan mimpi yang kalian berikan.
Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Depatemen Antropologi dan Drs. Agustrisno, MSP, selaku Sekretaris Departemen
(6)
Antropologi Universitas Sumatera Utara. Bapak Nurman Achmad, M.Soc.Sc. selaku dosen wali selama menjalani pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Terima kasih banyak untuk waktu, saran, dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.
Bapak Drs. Irfan Simatupang, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah memberikan banyak waktu, bimbingan, saran, pengarahan dan motivasi yang bermanfaat selama penyelesaian skripsi ini saya ucapkan terima kasih. Kepada dosen penguji skripsi penulis Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc. Sc, terima kasih atas ide dan gagasannya untuk penulis. Kepada seluruh staf pengajar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara dan kepada seluruh staf dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Kepada sahabat penulis, M. Dimas Wicaksono Siregar, S.H., Fani Budi Kartika, S.H, atas motivasi yang diberikan. Teman-teman seperjuangan Siwa Kumar, S.Sos., Azvanescy Urlin, S.Sos., Darwin H. Tambunan, S.Sos., Ferry Stefanus Laia, Tasvin Mirdasy, Andry Nugraha, S.Sos., Dani Syahpani, S.Sos., Wendy Febrianti, S.Sos., Safiya Chairisa, Remaja Putra Barus, S.Sos., Herry Sianturi, S.Sos., Kartika Ruth Y. Panjaitan, S.Sos., Hardiman Musdiko Prasetyo, S.H., Luna Adisty, S.Sos., Rebecca Hanatri Swastika, S.Sos., dan kepada pembawa pesan kehidupan Muhammad Fiqry Munzir, S.Sos., Ibnu Avena Matondang, S.Sos, M.Si (Cand).,
(7)
Kepada seluruh informan penelitian di PTPN II Kebun Klumpang Deli Serdang, khususnya kepada pak Ismanto, pak Yusdianto dan ibu Sri yang membantu penulis untuk mendapatkan data-data penelitian. Kepada Merdi Sihombing, selaku pionir pengembangan pariwisata berbasiskan kebudayaan masyarakat di Sumatera Utara.
Sekali lagi semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan pada kesempatan ini, yang telah banyak membantu penulisan dan proses studi saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada saya. Menyadari atas keterbatasan saya, maka skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat saya harapkan.
Penulis,
(8)
RIWAYAT HIDUP
Fauzi Akbar, kelahiran 11 Oktober 1987 di Medan, menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 16 Pagi – Jakarta Timur pada tahun 1999, melanjutkan pada pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 148 – Jakarta Timur dan SLTPN Negeri 7 Medan pada tahun 2002. Menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Dharma Pancasila, Medan pada tahun 2005, dan melanjutkan kejenjang pendidikan strata satu di Departemen Antropologi FISIP USU, Medan pada tahun 2005.
Pernah menjabat sebagai Ketua Remaja Mesjid “Al-Muttaqien” Jakarta Timur, periode 1998-1999, Ketua OSIS SLTPN 148 – Jakarta Timur periode 2000-2001, Ketua Cabang Khusus Pemuda Pancasila Kelurahan Silalas – Medan periode 2005-2008, Wakil Ketua II Gerakan Anti Narkoba Remaja – Kelurahan Silalas, Medan periode 2006- 2007, Wakil Ketua Paskibra SMA Dharma Pancasila – Medan periode 2006-2007, Ketua panitia “workshop visual ethnography’ – Medan, tahun 2008, Anggota Insan periode 2005-2011, Ketua PPUI tahun 2008 dan Penghargaan dari Kepala Dinas Pertamanan Kotamadya Medan sebagai masyarakat peduli lingkungan 2011 di Medan.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. Penulisan dan penyusunan skripsi ini dilakukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial dalam bidang Antropologi dari Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Potensi Wisata Perkebunan
Tembakau; Studi Antropologi Pariwisata pada Perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang”
Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang dihadapi, hal ini karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalam menulis, kepustakaan dan materi penulisan. Namun, berkat pertolongan Allah SWT yang memberikan ketabahan, kesabaran dan kekuatan sehingga kesulitan tersebut dapat dihadapi.
Dalam skripsi ini dilakukan pembahasan secara holistik mengenai potensi wisata perkebunan tembakau pada perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang. Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V. Adapun penguraian yang dilakukan oleh penulis pada skripsi ini adalah :
Penelitian yang dilakukan ini merupakan deskripsi mengenai potensi wisata perkebunan tembakau pada perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang, adapun potensi-potensi wisata yang terdapat di perkebunan tembakau sangat berkaitan dengan sumber daya alam, manusia dan infrastruktur yang terdapat pada lokasi penelitian.
(10)
Uraian secara khusus mengenai proyeksi potensi pariwisata perkebunan seperti ; sejarah, sosial masyarakat, budaya, wisata air, aerowisata, kuliner dan jalan yang dilakukan oleh masyarakat setempat, pemerintah dan penggiat pariwisata (biro travel).
Kerjasama yang baik antar para pihak yang terkait pada potensi pariwisata perkebunan memberikan dampak yang cukup bagus untuk perkembangan dunia pariwisata di Sumatera Utara dan daerah perkebunan sebagai lokasi penelitian yang selama ini hanya dilihat sebagai perkebunan semata.
Rencana wisata perkebunan ini setidaknya menjadi blueprint bagi pengembangan wisata yang berbasiskan kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat dapat berperan aktif sebagai pelaku pariwisata, selain turut menjaga kelestarian budaya juga memberi finansial yang mencukupi bagi masyarakat.
Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan termasuk juga sumber-sumber lainnya.
Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, serta juga waktu dalam penyelesaian skripsi ini. Namun penulis menyadari masih banyak kekurangannya. Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca. Harapan dari penulis, agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya.
(11)
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...i
PERNYATAAN ORIGINALITAS ...ii
ABSTRAK ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
RIWAYAT HIDUP ...vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ...xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR FOTO... xiv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
1.3.1 Tujuan Penelitian……….. .. 6
1.3.2 Manfaat Penelitian………7
1.4. Lokasi Penelitian... 7
1.5. Tinjauan Pustaka... 8
1.6. Metode Penelitian ... 15
1.6.1. Teknik Pengumpulan Data………... 16
1.7. Analisis Data ... 19
BAB II. LETAK DAN LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Umum Kabupaten Deli Serdang ... 20
2.2. Perkembangan dan Sejarah PTPN II Kebun Klumpang ... 24
2.2.1.Komoditi Utama...30
2.2.2. Visi Perusahaan... 31
2.2.3. Misi Perusahaan………... 31
2.2.4. Sasaran perussahaan………. 32
2.2.5. Unit-unit Kegiatan/Usaha……… 33
2.3. Geografis Lokasi Penelitian ... 34
2.4. Visi dan Misi Kabupaten Deli Serdang ... 34
(12)
BAB III. PENGEMBANGAN PARIWISATA PERKEBUNAN KEBUN KLUMPANG
3.1. Perkebunan ... 39
3.1.1. Jenis Perkebunan……….. 40
3.1.2. Proses Tanam………... 41
3.1.3. Hasil Produksi……….. 42
3.2. Struktur Organisasi PTPN II Kebun Klumpang ... 43
3.3. Sejarah Sosial Budaya Masyarakat Perkebunan ... 46
3.4. Proyeksi Pariwisata Perkebunan ... 50
3.5. Tanggapan Masyarakat ... 61
3.6. Pandangan Biro Perjalanan Pariwisata ... 63
3.7. Beberapa Rencana Wisata Perkebunan……….. 65
3.8. Fasilitas Pendukung………... 67
BAB IV. WISATA PERKEBUNAN DALAM ANTROPOLOGI 4.1. Pariwisata dan Antropologi ... 72
4.2. Wisata Perkebunan dalam Antropologi Pariwisata ... 74
4.3. Dampak Wisata ... 75
BAB V. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 79
5.2. Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN : 1. Interview Guide
2. Izin Surat Penelitian
(13)
Daftar Table
Tabel 1. Data statistik luas desa Klumpang Kebun
Tabel 2. Penduduk desa Klumpang Kebun berdasarkan suku Tabel 3. Dewan Komisaris PTPN II
Tabel 4. Dewan Direksi PTPN II Kebun Klumpang Tabel 5. Potensi Pariwisata
(14)
Daftar Gambar
Gambar 1. Peta kabupaten Deli Serdang
Gambar 2 Peta Lokasi Kebun di Sumatera Utara Gambar 3 Peta Desa Klumpang Kebun
(15)
Daftar Foto
Foto 1. Kebun Tembakau di PTPN II Kebun Klumpang Foto 2. Pemeraman Tembakau (Bangsal)
Foto 3. Perkebunan Tembakau
Foto 4. Seorang Pekerja Kebun Membawa Bibit Tembakau untuk Ditanam
Foto 5. Proses Penanaman Bibit Tembakau Foto 6. Jalan disekitar Kebun Tembakau Foto 7. Tembakau
(16)
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul atas nama Fauzi Akbar, Nomor Induk Mahasiswa 050905042, Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjumlah 83 halaman, dengan 7 foto, 3 gambar dan 7 tabel/matriks.
Perkembangan dunia pariwisata menciptakan kemungkinan baru terhadap kegiatan maupun daerah tujuan wisata, berangkat dari fenomena tersebut dan ketersediaan sumber daya alam serta manusia yang mendukung maka selayaknya perkembangan dunia pariwisata mencakup seluruh lini kehidupan, salah satunya adalah perkebunan. Perkebunan yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Utara pada khususnya memiliki potensi pariwisata perkebunan dengan nilai utama pada perkebunan tembakau (tembakau Deli).
Penulisan ini berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan selama 6 bulan di lokasi penelitian, PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang serta informan penelitian. Kepala Dusun sebagai informan pangkal dalam penelitian ini dikarenakan beliau termasuk sebagai salahsatu karyawan PTPN II dan juga sebagai Kepala Dusun serta tokoh masyarakat setempat. Informan kunci adalah masyarakat yang tinggal di lokasi perkebunan tembakau PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang sedangkan informan biasa adalah pihak-pihak yang terkait secara tidak langsung dengan kegiatan pengembangan pariwisata di daerah tersebut, seperti : agen perjalanan wisata, unsur pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, manajemen PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi (partisipasi maupun non-partisipasi) tergantung pada kondisi dan situasi di lapangan penelitian, metode wawancara juga dipergunakan untuk memperkuat keterangan informan atas penulisan ini.
Hasil penelitian dalam penulisan ini memberi suatu gambaran mengenai potensi pariwisata yang dapat dikembangkan lebih lanjut, seperti faktor sejarah perkebunan tembakau di Sumatera Utara dan Deli Serdang, faktor sosial kehidupan masyarakat setempat, faktor budaya yang berlaku dalam kelompok masyarakat, faktor aksesbilitas yang mendukung. Pengembangan potensi pariwisata tersebut memerlukan kerjasama antar lini, yaitu masyarakat – pemerintah – pihak perkebunan – agen wisata, kerjasama ini membuka peluang pengembangan potensi lebih lanjut. Penguatan kerjasama merupakan hal mendasar dalam pengembangan pariwisata berbasiskan perkebunan selain penguatan kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola potensi pariwisata.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tembakau secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk komoditas ekspor yang menjanjikan, daun tembakau atau disingkat dengan sebutan tembakau terdapat diberbagai belahan dunia, seperti kawasan Amerika Latin (Kuba, Brazil, Kosta Rika), dan kawasan Asia (Indonesia) hal ini dikarenakan produksi tembakau hanya dihasilkan oleh daerah-daerah selintasan khatulistiwa. Persebaran produksi tembakau di dunia didominasi oleh dua perkebunan tembakau, di daerah Amerika Latin dan Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu negara agraris memiliki lahan dan usaha perkebunan yang cukup potensial, hal ini terlihat dari banyaknya unit usaha perkebunan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta. Perkebunan di Indonesia telah mencapai tingkat yang memuaskan, hal ini terlihat pada beberapa swasembada yang terjadi terhadap hasil-hasil perkebunan, seperti tembakau, gula, karet dan lain sebagainya.
Hasil-hasil perkebunan Indonesia seperti tembakau bahkan telah menembus pasaran internasional dan diakui sebagai tembakau dengan kualitas terbaik. Pada saat sekarang ini lokasi perkebunan tembakau di Indonesia terdapat salah satunya di Kebun Klumpang, Deli Serdang.
(18)
Pasaran dunia tembakau dikuasai oleh Kuba dan Deli (Sumatera Utara – Indonesia) hal ini telah dibuktikan dengan adanya pengakuan dari dunia internasional atas keduanya, dengan istilah Cerutu Kuba dan Tembakau Deli.
Produksi tembakau di Indonesia dihasilkan oleh perkebunan tembakau Deli yang terdapat di daerah Kesultanan Deli (Sumatera Utara), pada masa penjajahan Belanda di Nusantara, komoditas perkebunan tembakau menjadi primadona dikalangan penjajah Belanda.
Pasca kolonialisme, perkebunan di Indonesia dibawah wewenang Perusahaan Nasional Perkebunan yang kemudian berkembang menjadi PTPN (Perusahaan Terbuka Perkebunan Negara) yang terbagi atas 12 bagian produksi, dimana produksi perkebunan menghasilkan tembakau, tebu, sawit, karet dan lain sebagainya.
Produksi perkebunan tembakau di Indonesia dihasilkan dari unit usaha perkebunan milik negara yang terdapat di Sumatera Utara, tepatnya di wilayah PTPN II Sumatera Utara, seperti Kebun Klambir, Kebun Klumpang, Kebun Tandem, Kebun Saentis, Kebun Buluh Cina, Kebun Helvetia, Kebun Bandar Klipa, Kebun Sampali dan Kebun Batang Kwis.
Keberhasilan perkebunan tembakau di Kebun Klumpang, Deli Serdang menjadikan tembakau menjadi komoditas primadona dalam ekspor-impor selain itu hal tersebut menjadikan lokasi perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang memiliki potensi menjadi salah satu objek wisata di Sumatera Utara dalam konteks wisata perkebunan.
(19)
Riwayat masa lampau merupakan obyek studi sejarah, berkenaan dengan peristiwa-peristiwa pada kehidupan manusia yang menyangkut segala aspeknya. Dalam penuturan sejarah, peristiwa-peristiwa tadi diurutkan kurun-kurun waktu secara kronologis. Dari analisis sejarah tentang suatu peristiwa atau suatu masalah, kita dapat mengadakan prediksi terhadap hal-hal tersebut pada masa yang akan datang. Penelaahan suatu gejala atau suatu masalah dengan menggunakan pendekatan sejarah, ini termasuk penelaahan yang dinamis, karena memperhatikan urutan prosesnya dari waktu ke waktu.
Sejarah, dalam terminologi bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sejarah juga sebagai riwayat tentang masa lampau yang menyelidiki dan menuturkan riwayat masa lampau tersebut sesuai dengan apa yang terjadi tanpa dapat melepaskan diri dari kejadian dan serta kenyataan masa sekarang yang sedang kita alami bersama, dan tidak pula kita lepaskan dari perspektif masa depan.
Sebagai sebuah kisah, sejarah menyajikan sesuatu yang benar-benar terjadi. Cerita sejarah disusun berdasarkan sumber-sumber, fakta-fakta dan bukti-bukti berupa peninggalan-peninggalan sejarah. Setiap individu, masyarakat maupun setiap bangsa memiliki sejarah sendiri-sendiri. Proses sejarah dapat memberikan pengalaman, pelajaran dan pemantapan kepribadian bagi seorang individu, masyarakat dan bangsa.
(20)
Perkembangan dunia wisata tidak dapat dipisahkan dari keberadaan objek wisata beserta infrastruktur pendukungnya, objek wisata dapat tumbuh dan berkembang didasarkan atas potensi pendukung yang terdapat didalamnya, seperti wisata sejarah, wisata religi, wisata perkebunan dan lain sebagainya, dalam konteks tulisan ini pariwisata yang akan diangkat merupakan wisata perkebunan, yang berbasiskan pada wisata yang meliputi lokasi perkebunan, proses pekerjaan perkebunan, hasil perkebunan, infrastruktur dan masyarakat perkebunan.
Wisata perkebunan memiliki unsur pendidikan selain dari unsur kenikmatan yang menjadi pokok dari kegiatan wisata, hal ini terlihat adanya proses panjang dalam perkembangan usaha perkebunan dilokasi penelitian yang meliputi aspek sejarah, aspek hiburan dan aspek budaya.
Sebagai penghubung agar dapat mengerti tentang masa lalu atau cerita asal usul juga awal mula suatu daerah atau bangunan, sejarah memiliki andil yang cukup penting. Hal ini menjadikan sejarah tidak jarang bahkan selau dijadikan bahan yang dapat dijual. Maksud dari kata dijual di sini adalah bahwa sejarah dapat dikemas menjadi lebih menarik. Memperkenalkan sejarah kepada tiap generasi itu sangat penting. Oleh karenanya, haruslah kita memberi suatu terobosan khusus agar hikmah sejarah atau pengetahuan sejarah bisa dipahami oleh semua orang.
Salah satu upaya untuk menyajikan suatu sejarah agar lebih menarik adalah dengan mengemasnya sebagai salah satu unsur dari perilaku pariwisata. Pariwisata di sini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
(21)
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tari wisata (Pendit, 2003: 14).
Potensi pariwisata yang dimiliki oleh perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang pada saat ini belum terangkat secara optimal, hal ini dapat dilihat dari infrastruktur jalan yang belum baik serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan potensi wisata perkebunan yang dapat dikembangkan pada beberapa unit usaha perkebunan di berbagai tempat di Indonesia.
Penelitian yang akan dilakukan ini berusaha untuk mengoptimalkan potensi wisata dan mengembangkan potensi tersebut menjadi suatu objek wisata dengan kekhususan pada wisata perkebunan namun hal ini perlu dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkannya.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian penting untuk diketahui agar penelitian yang nantinya akan dilakukan memiliki hasil akhir yang sesuai dengan tujuan penelitian. Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah, diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus yaitu wisata perkebunan. Pembahasan dilakukan dengan cara memasukkan suatu informasi
(22)
maupun data yang didapat di lapangan maupun studi kepustakaan yang memiliki keterkaitan dengan masalah ini.
Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki pertanyaan penelitian : Bagaimana potensi wisata di PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian merupakan aspek penting dalam suatu penelitian, tujuan penelitian merupakan dasar untuk mencapai hasil akhir penelitian sedangkan manfaat penelitian merupakan hasil yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung dari penelitian yang nantinya akan dilakukan.
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hasil akhir yang akan dicapai dalam penelitian ini, tujuan penelitian penting untuk diketahui agar penelitian yang nantinya akan dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan awal sehingga pemahaman terhadap tujuan perlu ditekankan agar penelitian sesuai dengan maksud awal penelitian, adapun tujuan penelitian adalah :
Menggambarkan potensi wisata perkebunan di PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang
Mengembangkan pemahaman terhadap wisata perkebunan kepada masyarakat dan pengelola perkebunan
(23)
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bahagian besar, yaitu manfaat penelitian bagi penulis serta manfaat penelitian bagi subjek penelitian, adapun manfaat penelitian bagi subjek penelitian adalah mengembangkan lokasi penelitian menjadi suatu objek wisata yang berbasiskan perkebunan serta secara tidak langsung mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia di lokasi tersebut sebagai pendukung dari wisata perkebunan tersebut.
Penelitian ini juga bermanfaat bagi penulis sebagai salah satu usaha untuk mengapresisasi ilmu antropologi dalam konteks pariwisata khususnya wisata perkebunan.
1.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah faktor penting dalam suatu proses penelitian, adapun lokasi penelitian ini adalah perkebunan PTPN (Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara), yang terdapat di Kebun Klumpang, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Secara singkat lokasi penelitian akan disebut dengan PTPN II Kebun Klumpang.
Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas aspek aksesbilitas, yaitu jarak yang dekat, rapport yang baik antara peneliti dengan informan yang telah terjalin sebelumnya.
(24)
1.5 Tinjauan Pustaka
Pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Menurut Koentjaraningrat (1996:181) kebudayaan memiliki kata dasar budaya berasal dari bahasa sansekerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”, sehingga Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa dimana keseluruhan dari sistem gagasan, sistem tindakan dan hasil karya manusia berupa benda dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
7 (tujuh) unsur kebudayaan sebagaimana diungkapkan oleh Koentjaraningrat (1996) mengatakan bahwa kebudayaan terdiri atas 7 (tujuh) aspek penting yang saling berkaitan satu sama lain, adapun unsur-unsur tersebut adalah : bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi, religi, kesenian, sistem organisasi sosial, mata pencaharian.
(25)
Penelitian ini menggunakan beberapa bagian dari 7 (tujuh) unsur kebudayaan yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun beberapa bagian tersebut adalah sistem pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan sosial-budaya masyarakat perkebunan, sistem teknologi proses pengolahan hasil perkebunan yang pada akhirnya berhubungan dengan sistem mata pencaharian masyarakat setempat sebagai tenaga kerja pada perkebunan tersebut.
Koenjtaraningrat (1996: 75) juga mengistilahkan tiga wujud kebudayaan, yaitu :
Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks bersumber dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan, perilaku yang berpola dari manusia dalam masyarakat Wujud kebudayaan berupa benda-benda hasil karya manusia. Pemahaman 3 wujud kebudayaan diterapkan dalam penelitian ini berupa ide atau gagasan mengenai konsepsi wisata perkebunan yang dimiliki di PTPN II Kebun Klumpang serta pendayagunaan potensi wisata di daerah tersebut, selanjutnya pada wujud perilaku, dimanifestasikan pada bentuk kegiatan-kegiatan yang mendukung wisata perkebunan serta dalam bentuk hasil karya manusia hal ini diperoleh dari berbagai hasil perkebunan yang dapat meningkatkan potensi wisata perkebunan itu sendiri, baik bagi masyarakat dan pengelola (PTPN II Kebun Klumpang serta pihak swasta).
(26)
Hubungan antara antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk membahas aspek-aspek budaya masyarakat sebagai aset dalam dunia pariwisata. Kajian teori dan konsep-konsep antropologi terutama dalam melestarikan aspek budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek tersebut sebagai aset pariwisata dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak makna dan nilai dari aspek budayanya.
Antropologi pariwisata memiliki fokus intens pada masalah pariwisata dari segi sosial budaya. Adapun sosial budaya dalam hal ini adalah sistem sosial, dan sistem budaya yang berkembang dalam konteks pariwisata. Pariwisata merupakan pertemuan antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang saling mempengaruhi.
Pariwisata sendiri secara harfiah adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan wisatawan. Hal ini membuktikan bahwa ini erat hubungannya dengan antropologi, dimana kita dituntut untuk belajar mengetahui apa yang diinginkan orang-orang sebagai calon wisatawan sebagai dasar atau awal usaha pemenuhan kebutuhan yang benar-benar mereka inginkan. Hal ini diciptakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau wisatawan karena mereka berhasil “dipuaskan” kebutuhannya (Sukadijo, 1996: 2).
Ada berbagai pendapat dalam mendefinisikan kata pariwisata tersebut, namun hal yang paling penting adalah kita harus memandang pariwisata secara menyeluruh berdasarkan scope (cakupan) atau komponen yang terlibat dan mempengaruhi pariwisata antara lain:
(27)
- Wisatawan
Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman fisik dan psikologis yang berbeda – beda antara satu wisatawan dengan wisatawan lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi.
- Industri Penyedia Barang dan Jasa
Orang – orang bisnis atau investor melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan keuntungan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan.
- Pemerintah Lokal
Pihak yang memiliki wewenang secara struktural dalam konteks pemerintahan maupun swasta (perusahaan) yang berkaitan terhadap pengelolaan kawasan objek wisata hingga pada aspek pelayanan terhadap wisatawan yang berkunjung.
- Masyarakat setempat
Masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari faktor budaya dan pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang merugikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata merupakan gabungan dari sejumlah fenomena yang muncul dari interaksi antara wisatawan, industri penyedia barang & jasa, pemerintah lokal, dan masyarakat setempat dalam sebuah proses untuk menarik dan melayani wisatawan (Mc Intosh &
(28)
Shashikant Gupta, dalam http://madebayu.blogspot.com/search/label/definisi pariwisata dan wisatawan)
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek wisata dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sementara wisatawan sendiri adalah orang-orang yang melakukan perjalanan wisata (Pendit, 2003: 14)
Adapun jenis-jenis pariwisata secara sederhana dapat dikategorikan, sebagai berikut :
1. Wisata Budaya
Ini adalah perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain dengan tujuan mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adat istiadat, cara hidup, budaya, dan seni.
2. Wisata Kesehatan
Perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk meninggalkan keadaan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal, demi kepentingan beristirahat dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas yang mengandung mineral yang dapat menyembuhkan.
3. Wisata Olahraga
Wisatawan-wisatwan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolah raga atau menghadiri pesta olahraga di suatu tempat atau suatu negara.
(29)
4. Wisata Komersial
Wisata komersial ini adalah mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang, dan sebagainya.
5. Wisata Industri
Wisata industri ini erat hubungannya dengan perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiwa atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan tujuan untuk mengadakan penelitian atau peninjauan.
6. Wisata Politik
Jenis wisata ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian dalam peristiwa kegiatan politik.
7. Wisata konvensi
Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.
8. Wisata sosial
Wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan yang murah dan mudah untuk memberi kesempatan kepada masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan.
(30)
9. Wisata Pertanian
Seperti halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan, dan sebagainya.
10.Wisata Maritim (bahari)
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan dengan kegiatan oleh raga di air, danau, pantai, teluk, dan laut.
11. Wisata Cagar Alam
Untuk jenis wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan, dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.
12. Wisata Buru
Jenis wisata ini banyak dilakukan di negara-negara yang banyak memiliki daerah atau hutan berburu yang diperbolehkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro perjalanan.
13. Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat.
14. Wisata Sejarah
Informasi dan makna sejarah. Dua hal itu merupakan aspek penting yang dicari orang ketika mereka mengunjungi situs wisata sejarah.
(31)
Antara pariwisata dengan kebudayaan memiliki hubungan yang dapat dijelaskan berdasarkan dari cerita. (Pendit, 2003: 195) menjelaskan bahwa hubungan antara pariwisata dan kebudayaan berawal dari rasa ingin tahu seseorang dimana perasaan ini menjadi faktor yang mendorong orang untuk melakukan perjalanan (berwisata). Lebih lanjut dilakukan penyimpulan bahwa makin banyak orang melakukan perjalanan, makin bertambah pula pengetahuan serta pengalamannya, kemudian berlanjut pada bertambahnya ‘kekayaan’ intelegensi dan jiwanya hal inilah yang dinamakan emansipasi seseorang.
Pariwisata yang berhubungan dengan penelitian etnografi, sebagai antropolog tidak boleh mengabaikan wisatawan selama penelitian lapangan dan tidak juga boleh mengabaikan keseriusan pariwisata sebagai suatu akademisi penelitian yang berhubungan untuk mengambil peran aktif dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata sebagai disiplin ilmu penelitian antropologi. Pendekatan interpretif merupakan aspek penting dalam mempelajari pariwisata sebagai suatu karya etnografi.
1.6 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian dengan pendekatan kualitatif sehingga data yang diperoleh dilapangan akan dideskripsikan secara kualitatif, dalam pendekatan tersebut pengetahuan tentang wisata perkebunan ataupun ungkapan yang ada pada pihak-pihak terkait yang diteliti mengenai segala suatu yang berkaitan dengan upaya dan peran serta
(32)
perkembangan wisata perkebunan akan digunakan sebagai data dalam penelitian ini.
1.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data yang akan dilakukan merupakan pengumpulan data yang didasarkan atas metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, adapun teknik pengumpulan data adalah maka dilakukan penelitian lapangan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer, selain itu diperlukan juga penelitian dari berbagai sumber kepustakaan sebagai upaya untuk memperoleh data sekunder. Data primer diperoleh melalui serangkaian metode observasi atau pengamatan dan wawancara.
Data Primer
Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan dengan metode observasi dan dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian. Menurut penulis, data yang diperoleh dari hasil wawancara saja tidaklah cukup untuk menjelaskan fenomena yang terjadi oleh karena itu diperlukan suatu aktivitas dengan langsung mendatangi tempat penelitian dan melakukan pengamatan. Pengamatan akan dilakukan pada setiap kegiatan atau peristiwa yang dianggap perlu atau berhubungan dengan tujuan penelitian.
Metode yang dipakai adalah observasi (partisipasi maupun non-partisipasi), observasi partisipasi membantu untuk memahami lingkungan dan menilai keadaan yang terlihat ataupun keadaan yang tersirat (tidak terlihat, hanya
(33)
mana dalam observasi jenis ini peneliti tidak hanya sebatas melakukan pengamatan, tetapi juga ikut serta dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dimana penelitian ini akan dilakukan, hal ini tidak tidak terlalu sulit bagi peneliti dikarenakan peneliti merupakan penduduk Deli Serdang sendiri.
Observasi diharapkan dapat berjalan dengan baik oleh karena sebelumnya telah dilakukan pra-penelitian. Walaupun demikian peneliti akan berusaha berfikir secara objektif sehingga data yang diperoleh dilapangan adalah benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan.
Perlengkapan pada saat melakukan kegiatan penelitian yang bersifat observasi non-partisipasi digunakan kamera untuk mempublikasikan hal-hal penting yang dianggap mendukung penelitian, dengan adanya kamera dapat memudahkan peneliti untuk menggambarkan keadaan dari masyarakat tempat penelitian berlangsung.
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Informan disini adalah pihak-pihat terkait yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan wisata perkebunan, dimana yang berpotensi menjadi informan pangkal adalah orang yang pertama kali peneliti temui dalam melakukan penelitian awal, informan kunci adalah orang yang dianggap memiliki keterkaitan langsung dan memiliki pengetahuan yang dalam tentang hal yang diteliti, dalam hal ini masyarakat perkebunan PTPN II Kebun Klumpang. Satu lagi yang dijadikan informan adalah informan biasa, yaitu yang berpengalaman
(34)
dan juga memiliki pengetahuan yang cukup tentang wisata perkebunan (masyarakat, pengelola perkebunan, praktisi pariwisata).
Wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi orang-orang dianggap mempunyai dan memiliki pengetahuan yang luas dan lengkap tentang sejarah dan asal-usul serta perkembangan PTPN II Kebun Klumpang. Hal ini perlu dilakukan karena pengetahuan akan sejarah dan asal-usul PTPN II Kebun Klumpang tersebut memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami makna dan merupakan bagian penting dalam penelitian yang akan dilakukan.
Teknik wawancara juga dilakukan dengan cara komunikasi verbal atau langsung dengan para informan dengan berpedoman pada interview guide yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data konkrit yang lebih rinci dan mendalam. Perlengkapan yang digunakan pada saat wawancara adalah catatan tertulis untuk mencatat bagian-bagian yang penting dari hasil wawancara dan tape recoder, yang digunakan untuk merekam proses wawancara dalam rangka antisipasi terhadap keabsahan data yang diperoleh ketika melakukan .
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi dengan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, data sekunder dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan sebagai teknik pengumpul data selanjutnya, yang dimaksudkan sebagai suatu sarana pendukung untuk mencari dan mengumpulkan
(35)
dengan masalah penelitian guna lebih menambah pengertian dan wawasan peneliti demi kesempurnaan akhir penelitian ini.
1.7 Analisis Data
Pada penelitian ini penulis berusaha untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data ini diperlakukan sebagaimana adanya, tanpa dikurangi, ditambahi ataupun diubah, sehingga tidak akan mempengaruhi keaslian data-data tersebut. Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan hasil wawancara.
Langkah selanjutnya, data-data yang telah tersedia dan telah diteliti kembali ini akan dianalisis secara kualitatif. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman-pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori yang sesuai dengan tujuan penulis.
(36)
BAB II
LETAK DAN LOKASI PENELITIAN
2.1 Sejarah Umum Kabupaten Deli Serdang
Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Sumatera utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang dikenal sebagai salah satu daerah dari 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan.
Bandara baru untuk kota Medan yang direncanakan akan menggantikan Bandara Polonia, Bandara Kuala Namu, sebenarnya terletak di kabupaten ini. Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan yang berbentuk Kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 38 km dari Kota Medan menuju Kota Tebing Tinggi).
Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat secara spontan menuntut agar NST (Negara Sumatera Timur) yang dianggap sebagai prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali masuk Negara Republik Indonesia.
(37)
Para pendukung Negara Sumatera Timur (NST) mengadakan Permusyawaratan Rakyat Se-Sumatera Timur untuk menentang Kongres Rakyat Sumatera Timur yang dibentuk oleh Front Nasional. Negara-negara bagian dan daerah-daerah istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan Negara Republik Indonesia (NRI), sedangkan Negara Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tidak bersedia.
Akhirnya Pemerintah Negara Republik Indonesia (NRI) meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari Negara Sumatera Timur (NST) dan Negara Indonesia Timur (NIT) untuk bermusyawarah dengan Negara Republik Indonesia (NRI) tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS diubah sehingga sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Atas dasar tersebut terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera Timur dibagi atas 5 (lima) Afdeling, salah satu diantaranya Deli en Serdang, Afdeling ini dipimpin seorang Asisten Residen beribukota Medan serta terbagi atas 4 (empat) Onder Afdeling yaitu Beneden Deli beribukota Medan, Bovan Deli beribukota Pancur Batu, Serdang beribukota Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribukota Tebing Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh Kontelir.
Selanjutnya dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur tanggal 19 April 1946. Keresidenan Sumatera Timur dibagi menjadi 6 (enam). Kabupaten ini terdiri atas 6 (enam) Kewedanaan yaitu Deli Hulu, Deli Hilir, Serdang Hulu, Serdang Hilir, Bedagei / Kota Tebing Tinggi pada waktu itu
(38)
ibukota berkedudukan di Perbaungan. Kemudian dengan Besluit Wali Negara tanggal 21 Desember 1949 wilayah tersebut adalah Deli Serdang dengan ibukota Medan meliputi Lubuk Pakam, Deli Hilir, Deli Hulu, Serdang, Padang dan Bedagei.
Pada tanggal 14 November 1956 Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-Undang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk merealisasikannya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Dewan Pertimbangan Daerah (DPD).
Tahun demi tahun berlalu setelah melalui berbagai usaha penelitian dan seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang), akhirnya disepakati dan ditetapkanlah bahwa Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang adalah tanggal 1 juli 1946.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986. Demikian pula pergantian pimpinan di daerah inipun telah terjadi beberapa kali.
Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah kota madya” yaitu kota Medan yang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Binjai dan Kota Tebing
(39)
dan Simalungun dengan total luas daerah 6.400 km² terdiri dari 33 Kecamatan dan 902 Kampung. Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan, Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa waktu yang lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi 4.397,94 km².
Diawal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat pemerintahannya, karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “Tanah Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk pakam, sebuah kota kecil yang terletak di pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah ditetapkan menjadi ibukota Kabupaten Deli Serdang.
Tahun 2004 Kabupaten ini kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya Kabupaten baru Serdang Bedagai sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka luas wilayahnya sekarang menjadi 2.394,62 km² terdiri dari 22 kecamatan dan 403 desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3,34% dari luas Sumatera Utara.
(40)
Gambar. 1
Peta Kabupaten Deli Serdang
(sumber : www.wikipedia.com/peta_sumatera_utara/ diakses pada tanggal 13 November 2010)
2.2 Perkembangan dan Sejarah PTPN II Kebun Klumpang
Perkebunan pertama kali muncul akibat dari perubahan politik kolonial pada pertengahan abad ke-19, dengan munculnya Undang-Undang Pokok Agrarian (UUPA) pada tahun 1870 yang secara resmi merupakan masa berakhirnya tanam paksa di pulau Jawa yang mengakibatkan transisi liberalisme yang tak terkendali, orientasi yang menunjukkan kebijaksanaan baru atas sumber-sumber alam di Nusantara, dan kemudian menarik minat kaum kapitalis Eropa. Selanjutnya perkebunan di pulau Jawa berangsur-angsur meluas, akan tetapi karena semakin bertambahnya jumlah penduduk, sumber-sumber tanah semakin sulit diperoleh, mengakibatkan pembukaan lahan baru perkebunan dialihkan
(41)
Lahan perkebunan di pulau Sumatera yang pertama kali dibuka adalah daerah Sumatera bagian timur yaitu perkebunan tembakau yang dibuka oleh seorang pengusaha Belanda Jacobus Nienhuys, yang menuai kesuksesan di perkebunan Pulau Sumatera tersebut. Keberhasilan Jacobus mengundang kehadiran pengusaha swasta asing lainnya yang disertai dengan mengalirnya modal besar ke Sumatera Timur. Tidak ada daerah lain di Indonesia, yang perkebunannya berkembang begitu luas, begitu subur dan begitu menguntungkan. Pertumbuhan perkebunan yang sangat pesat ini terus merambat ke daerah-daerah lain yang berada di pulau Sumatera salah satunya Sumatera Utara yang merupakan areal perkebunan yang dapat memberi investasi bagi orang Belanda atau para kapitalis Eropa.
Perkebunan yang berada di Sumatera terus bertambah dan beraneka ragam salah satunya adalah PTPN II yang memiliki kantor di jalan Tembakau Deli. Perkebunan ini pada awalnya dikelola dan didirikan oleh orang Belanda dengan jenis tanaman tembakau. Setelah diambil alih oleh pemerintah nama perkebunan ini adalah PPN (1960). Seiring dengan waktu yang terus berputar serta semakin berkurangnya penghasilan tanaman tembakau, pihak-pihak perkebunan mengganti jenis tanaman menjadi coklat pada tahun 1977, dan pada tahun 1985-1989 nama perkebunan berubah menjadi PPN BARU. Tahun 1990 nama perkebunan ini menjadi PTP IX, dan akhirnya pada tahun 2000 areal perkebunan Mariendal I berubah menjadi PTP N II sampai sekarang nama tersebut masih di pakai oleh pihak perkebunan.
(42)
Areal lahan PTPN II sangat luas dan terbagi menjadi beberapa dareah seperti: Marindal, Selambo, Cemara Asri, di Langkat, Batang Kuis, Seintis dan bahkan masih banyak lagi areal HGU PTPN II di Sumatera Utara. Areal lahan perkebunan PTPN II khususnya Marendal I memiliki luas 1710 hektar, sehingga memerlukan banyak tenaga kerja, dimana para pekerja banyak didatangkan dari pulau Jawa dan lain sebagainnya. Para pekerja difasilitasi rumah pondok dan gaji yang bisa dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Berawal pada tahun 1863 seorang turunan Arab bernama Said Abdullah bin Umar Bilsagih telah mengajak rekan-rekan dagang bangsa Belanda untuk menanam tembakau di Tanah Deli. Pedagang tembakau yang pertama sekali tertarik untuk menanam tembakau di Deli adalah Firma J.F van Leeuwen, dan mengirim pegawainya antara lain Tuan Jacobus Nienhuys untuk datang ke Deli dengan kapal “Josephine” milik Firma van Leeuwen Mains & Co. Tujuan utama pada waktu itu adalah untuk menyelidiki kemungkinan serta prospektif lainnya mengenai penanaman tembakau di Deli, sebagai tindak lanjut informasi yang disampaikan oleh Tuan Abdullah.
Usaha penanaman tembakau ini pada awalnya gagal dan mengalami kerugian cukup besar. Kemudian tim expedisi membuat laporan awal yang menyatakan bahwa “Deli adalah dataran rendah yang berawa-rawa yang sebagian ditutupi hutan-hutan primer yang tidak dapat dijelajahi oleh manusia dan orang-orang pribumi yang tinggal di tepi-tepi sungai membiarkan hutan-hutannya didiami oleh monyet, badak, harimau, buaya dan binatang buas lainnya serta
(43)
menarik diri dari usaha penanaman tembakau di Deli. Hampir semua anggota expedisi pulang kembali ke Jawa, tetapi J. Nienhuys merasa yakin usahanya akan berhasil, ia meneruskan usahanya dan meminta bantuan biaya dari Tuan P van Den Arend.
Setelah nasionalisasi semua perusahaan perkebunan Belanda di Indonesia pada tahun 1957, maka perkebunan – perkebunan tembakau yang ada di Sumatera Utara (eks Keresidenan Sumatera Timur) dilebur ke dalam PTPN-IX (Perseroan Terbatas Perkebunan Negara IX). Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Agraria RI No. 24/HGU/1965 tanggal 10 Juni 1965, PTPN-IX mempunyai areal Hak Guna Usaha (HGU) seluas 59.000 ha yang membentang dari Sei Wampu di Kabupaten Langkat sampai Sei Ular di Kabupaten Deli Serdang.
Pada saat perkebunan tembakau dinasionalisasi tahun 1957, tinggal dua perusahaan perkebunan tembakau yang masih bertahan, yakni Deli Maatschappij dengan 16 kebun (estate) dan Senembah Maatschappij dengan 6 kebun tembakau, laporan resmi mengindikasikan bahwa 170 perkebunan besar dan kecil yang ada di tahun 1889 menjadi hanya tinggal 22 di tahun 1959.
Hingga tahun 1971, semua kebun yang disebutkan di atas masih menanam tembakau. Hanya saja untuk memperkecil risiko pengelolaan monokultur dan lebih memeratakan pendapatan sepanjang tahun, mulailah dilakukan diversifikasi tanaman. Maka, sejak tahun 1982 di bekas lahan tembakau yang sengaja dihutankan 5-6 tahun, mulai ditanami tebu secara bergantian. Di sejumlah tempat, tembakau sudah digantikan coklat dan kelapa sawit secara permanen.
(44)
Diversifikasi ini kemudian mendapat legitimasi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1996, yang menetapkan PTPN II Tanjung Morawa mengelola budidaya tembakau, kelapa sawit, kakao, karet dan tebu. Peraturan Pemerintah tersebut juga sekaligus menetapkan PTPN-IX dilebur menjadi PTPN-II. Pada masa penanaman tahun berikutnya, hanya ada 12 kebun yang masih melakukan penanaman tembakau
Perusahaan Perseroan PT Perkebunan II bergerak dibidang usaha Pertanian dan Perkebunan didirikan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing, SH No. 12 tanggal 5 April 1976 yang diperbaiki dengan Akte Notaris No. 54 tanggal 21 Desember 1976 dan pengesahan Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. Y.A. 5/43/8 tanggal 28 Januari 1977 dan telah diumumkan dalam Lembaran Negara No. 52 tahun 1978 yang telah didaftarkan kepada Pengadilan Negeri Tingkat I Medan tanggal 19 Pebruari 1977 No. 10/1977/PT. Perseroan Terbatas ini bernama Perusahaan Perseroan (Perseroan) PT Perkebunan II disingkat “PT Perkebunan II" merupakan perubahan bentuk dan gabungan dari PN Perkebunan II dengan PN Perkebunan Sawit Seberang.
Pendirian perusahaan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1969, Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan dan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1975.
(45)
Pada tahun 1984 menurut Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham, Akte Pendirian tersebut diatas telah dirubah dan diterangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 94 tanggal 13 Agustus 1984 yang kemudian diperbaiki dengan Akte Nomor 26 tanggal 8 Maret 1985 dengan persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-5013-HT.0104 tahun 1985 tanggal 14 Agustus 1985. Sesuai dengan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham tanggal 20 Desember 1990 Akte tersebut mengalami perubahan kembali dengan Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 2 tanggal 1 April 1991 dengan persetujuan Menteri Kehakiman Nomor C2-4939-HT.01.04TH-91 tanggal 20 September 1991.
Pada tanggal 11 Maret 1996 kembali diadakan reorganisasi berdasarkan nilai kerja dimana PT Perkebunan II dan PT Perkebunan IX yang didirikan dengan Akte Notaris GHS. Loemban Tobing, SH Nomor 6 tanggal 1 April 1974 dan sesuai dengan Akte Notaris Ahmad Bajumi, SH Nomor 100 tanggal 18 September 1983 dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama PT Perkebunan Nusantara II yang dibentuk dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH Nomor 35 tertanggal 11 Maret 1996. Akte pendirian ini kemudian disyahkan oleh Menteri Kehakiman RI.
(46)
Gambar. 2
Peta Lokasi Kebun di Sumatera Utara
(sumber : www.ptpn2.com/ diakses pada 13 November 2010)
PT Perkebunan Nusantara II (Persero), disingkat PTPN II, dibentuk berdasarkan PP No. 7 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di Wilayah Sumatera Utara dari eks PTP II dan PTP IX. Selain itu dikembangkan juga tanaman kelapa sawit di wilayah Irian Jaya yaitu di Kabupaten Manokwari dan Jayapura.
2.2.1 Komoditi Utama
PTPN II mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, gula dan tembakau dengan areal konsesi seluas 103.860 hektar. Budidaya kelapa sawit
(47)
PTPN II juga mengelola areal Plasma milik petani seluas 25.250 ha untuk tanaman kelapa sawit. Disamping itu PTPN II juga mengelola tanaman musiman yaitu tanaman tebu dan tembakau. Tanaman tebu lahan kering ditanam pada areal seluas 16.046 ha, terdiri dari tebu sendiri (TS) 14.474 ha dan tebu rakyat (TR) 1.572 ha, sedangkan tanaman tembakau ditanam pada areal seluas 2.443 ha.
2.2.2 Visi Perusahaan
Turut melaksanakan dan menopang kebijaksanaan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional umumnya. Khusus di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
2.2.3 Misi Perusahaan
Profitisasi melalui pendayagunaan, pengelolaan perusahaan di bidang perkebunan, dengan mengusahakan lima budidaya komoditi unggulan yakni kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu secara efisien, ekonomis sehingga dapat mencapai produk yang memenuhi standard kualitas yang dibutuhkan oleh konsumen, serta melakukan diversifikasi usaha yang dapat mendukung kinerja perusahaan.
Pengelolaan produksi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang berwawasan lingkungan, memiliki daya saing yang kuat, serta meningkatkan kemitraan dengan petani untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri guna kelangsungan usaha dalam mendukung pertanian perkebunan.
(48)
2.2.4 Sasaran Perusahaan
Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan di bidang perkebunan melalui upaya peningkatan produksi sekaligus mendukung upaya peningkatan ekspor non migas. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Memelihara sumber daya alam lingkungan, air dan menjaga kesuburan tanah.
Strategi Perusahaan dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan serta mengantisipasi era globalisasi tahun 2000 dan ketidak-pastian perekonomian pada tahun-tahun mendatang, perusahaan telah menetapkan berbagai strategi yakni sebagai berikut ;
Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan mengembangkan 5 budidaya unggulan yakni kelapa sawit, karet, kakao, tebu dan tembakau dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Peningkatan kualitas produksi yang mempunyai potensi pasar, serta pengawasan harga pokok produksi yang dapat memberikan profit margin yang lebih baik.
Meningkatkan keperdulian terhadap kesejahteraan karyawan dalam rangka untuk meningkatkan kegairahan kerja serta produktivitas kerja.
Berupaya ke arah industri hilir yang dalam pelaksanaannya bekerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan) atau berdiri sendiri. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan terhadap sumber daya
(49)
PTPN II memiliki 21 unit usaha kebun, sebagai berikut:
Tg. Garbus Melati Kwala Bingel Klambir Lima Pd. Brahrang – Beklun Bandar Klippa Sawit Seberang
Mariendal Gohor Lama/Tj.Beringin Klumpang
Tanjung Jati Saentis Sawit Hulu
Limau Mungkur Basilam Bulu Cina
Maryke/ B. Lawang Sampali PrafiTandem
Pagar Merbau Kwala Sawit ArsoTandem Hilir
Sumber : data penelitian diolah penulis
2.2.5 Unit-unit Kegiatan/Usaha
Selain unit usaha kebun PTPN II juga memiliki sejumlah 8 unit pabrik pengolahan, adalah :
Fresh Fruit Branches (FFB) Pabrik CPO
Pabrik RSS Pabrik SIR
Pabrik Centrifuge Lateks Pabrik Kakao
Pabrik Gula
(50)
2.3 Geografis Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada pada titik kordinat 2°57’-3°16’LU 98°33’-99°27’ BT, dengan luas wilayah 2.394,62 km² serta jumlah penduduk 1.572.768 jiwa.
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Deli Serdang berada pada 2057’’ Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’ – 99027’’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan laut. Kabupaten Deli Serdang secara administratif menempati area seluas 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 Kecamatan, 2 perwakilan dengan 379 Desa dan 15 Kelurahan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan berjumlah 1.463.031 Jiwa.
Wilayah Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.
2.4 Visi dan Misi Kabupaten Deli Serdang
Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kabupaten Deli Serdang 2001 – 2005, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Program Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang meliputi empat arah pembangunan, yaitu:
(51)
2) arah kebijakan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
3) membangun kesejahteraan masyarakat dan ketahanan budaya daerah Kabupaten Deli Serdang; dan
4) meningkatkan kapasitas daerah dan memberdayakan masyarakat.
Keempat bagian dari program pembangunan tersebut merupakan penjabaran dari visi dan misi daerah Kabupaten Deli Serdang, yang visinya berbunyi: "terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, kesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin”.
2.5 Sekilas Desa Klumpang Kebun
Desa Klumpang Kebun yang menjadi fokus lokasi penelitian mengenai pariwisata perkebunan merupakan wilayah yang termasuk dalam administratif Kabupaten Deli Serdang, desa ini juga merupakan desa perbatasan antara perkebunan PTPN II Kebun Helvetia dan perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, sehingga dalam batas areal perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, Desa Klumpang Kebun merupakan desa yang pertama dijumpai dalam areal PTPN II Kebun Klumpang.
(52)
Desa Klumpang Kebun terdiri dari 20 dusun yang secara hierarki berada dibawah Pemerintahan Desa Klumpang Kebun, namun dari jumlah 20 dusun tersebut hanya terdapat 6 dusun yang berada didalam areal perkebunan PTPN II Kebun Klumpang, seperti Dusun XV Sidorejo, Dusun XVI Sidomulyo, Dusun XVII Karang Sari, Dusun XVIII Harjo Sari, Dusun XIX Banjar Sari dan Dusun XX Tanjung Sari.
Dari 6 dusun tersebut yang berada langsung dalam areal perkebunan tembakau PTPN II Kebun Klumpang, hanya Dusun XVII Karang Sari yang memiliki penduduk dengan mata pencaharian sebagai pekerja perkebunan, sedangkan pada dusun lain, mayoritas penduduk memiliki beragam mata pencaharian.
Tabel. 1
Data statistik luas Desa Klumpang Kebun
No Keterangan Luas
1 Perumahan 163,18 Ha
2 Tanaman Komoditi PTPN II 1.648,06 Ha
3 Parit/Saluran Air/Jalan 5,71 Ha
4 Lapangan Olahraga 4,03 Ha
5 Rumah Ibadah 4,71 Ha
6 Sekolah 4,24 Ha
7 Tanaman Jati 3,12 Ha
8 Tanaman Sawit baru 243,30 Ha
9 Tanah Wakaf 2,43 Ha
10 Ladang/Kebun Sayur 24,85 Ha
(53)
Berdasarkan penghitungan jumlah penduduk, Desa Klumpang Kebun memiliki jumlah penduduk sebanyak 11.325 jiwa, yang terbagi atas jumlah penduduk laki-laki sejumlah 7000 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4325 jiwa. Dari jumlah keseluruhan penduduk tersebut sebanyak 95% diantaranya memiliki pekerjaan sebagai pekerja di perkebunan PTPN Kebun Klumpang, baik sebagai karyawan tetap maupun pekerja perkebunan (buruh).
Sebanyak 600 Kepala Keluarga di Desa Klumpang Kebun merupakan karyawan tetap dan karyawan kontrak pada PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang. Selain bekerja sebagai pekerja perkebunan, mata pencaharian lain masyarakata adalah TNI sejumlah 45 Kepala Keluarga, Polri sebanyak 20 Kepala Keluarga, Pegawai Negeri Sipil sebanyak 194 Kepala Keluarga, buruh pabrik dan kuli bangunan sebanyak 500 Kepala Keluarga serta pembantu rumah tangga sebanyak 200 Kepala Keluarga.
Tabel. 2
Penduduk Desa Klumpang Kebun berdasarkan suku
No Suku Jumlah
1 Jawa 9525 Jiwa
2 Banjar 800 Jiwa
3 Batak 200 Jiwa
4 Tionghoa 800 Jiwa
TOTAL 11.325 Jiwa
(data diolah penulis)
Selain itu, terdapat 5 Mesjid, 12 Mushalla, 2 Gereja dan 1 Vihara sebagai sarana peribadatan di Desa Klumpang Kebun. Bangunan sekolah yang terdapat di Desa Klumpang Kebun adalah Sekolah Dasar Negeri sebanyak 3 unit, Sekolah
(54)
Dasar Swasta sebanyak 4 unit, SMP sebanyak 2 unit dibawah pengelolaan pihak swasta, Tsanawiyah sebanyak 2 unit, SMA sebanyak 1 unit, SMEA sebanyak 1 unit dan Aliyah sebanyak 1 unit. Data sarana pendidikan tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat pendidikan di Desa Klumpang Kebun sudah mencapai taraf mencukupi.
(55)
BAB III
PENGEMBANGAN PARIWISATA PERKEBUNAN KEBUN KLUMPANG
Perkebunan kebun Klumpang merupakan salah satu kawasan perkebunan tembakau yang berada dibawah naungan PTPN II, selain wilayah kebun Klumpang itu sendiri, PTPN II masih memiliki beberapa kawasan perkebunan lainnya di wilayah Sumatera Utara.
Dalam konteks ini proses-proses produksi perkebunan kebun Klumpang menjadi dasar pendeskripsian lebih lanjut, karena hal ini menjadi dasar pengembangan pariwisata berbasis perkebunan. Adapun pengembangan pariwisata tersebut meliputi : produksi tembakau sebagai komoditas ekspor, kehidupan sosial masyarakat, budaya setempat dan pengalaman lainnya yang berkaitan dengan perkebunan tembakau.
Untuk menjelaskan hal tersebut maka, produksi perkebunan akan dijelaskan lebih lanjut seperti berikut.
3.1 Perkebunan
Perkebunan secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang diusahakan dengan menanam satu jenis atau lebih tumbuhan yang menjadi konsumsi, seperti perkebunan tembakau, perkebunan sawit, perkebunan tebu.
Di Indonesia, perkebunan berada dibawah koordinasi Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara atau biasa disingkat dengan PTPN. PTPN memiliki beberapa wilayah perkebunan yang tersebar diseluruh Indonesia, hal ini disesuaikan dengan kondisi alam yang mendukung perkebunan tersebut.
(56)
Kondisi alam Sumatera Utara dianggap cocok untuk menjadi perkebunan jenis teh, tembakau, tebu, sawit dan karet, hal ini terbukti sejak zaman kolonial Belanda sudah berdiri usaha perkebunan milik Belanda yang kelak menjadi dasar perkebunan nusantara (PTPN).
Perkembangan usaha perkebunan di Sumatera Utara dapat dikatakan dirintis oleh Jacobus Nienhuys yang pada masa itu memiliki perkebunan diwilayah Marelan (sekarang berada dibawah administratif Kotamadya Medan), setelah mencoba berkebun diwilayah tersebut dan untuk melebarkan usaha perkebunannya, maka Nienhuys membuat kerjasama dengan Kesultanan Deli untuk membuka lahan perkebunan lainnya di wilayah Deli (Kota Medan), hal ini kemudian disetujui oleh pihak Kesultanan Deli dan mulai saat itu Nienhuys memindahkan kegiatan perkebunannya ke wilayah Medan Putri.
Usaha perkebunan yang dirintis oleh Nienhuys dianggap berhasil maka hal ini berdampak pada pengembangan usaha perkebunan lebih luas dari pihak kolonial Belanda, hal tersebut diwujudkan dengan terbentuknya beberapa unit usaha perkebunan yang tersebar diberbagai wilayah, seperti Percut, Deli Serdang, Saentis, Kwala Bingei dan daerah lainnya.
3.1.1 Jenis Perkebunan
Usaha perkebunan memiliki jenis perkebunan tertentu yang bergantung pada kondisi alam sekitarnya, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil perkebunan terbaik, dari segi mutu dan pengolahan. Adapun jenis perkebunan yang dimaksudkan adalah perkebunana tembakau, karena:
(57)
terbaik. Pihak kolonial Belanda telah menghasilkan produksi tembakau dengan kualitas terbaik di dunia yang dihasilkan dari perkebunan-perkebunan tembakau di Sumatera Utara, sampai saat ini tembakau terbaik masih berasal dari Sumatera Utara.
3.1.2 Proses Tanam
Penanaman Tembakau pada tahap pertama proses penanaman tembakau, benih direndam selama 72-80 jam, setelah direndam dan benih sudah pecah dan mirip seperti kecambah lalu dimasukkan kedalam bedengan dan dibiarkan selama 14 hari didalam bedengan setelah itu dimasukkan ke dalam plat satu persatu benih yg sudah berubah menjadi kecambah setelah itu dibiarkan selama 40 hari hingga benih tembakau berubah menjadi tumbuhan tembakau kecil yang mempunyai daun setinggi 10-15 sentimeter dan siap dipindahkan ke ladang. Tanaman kemudian ditumbuhkan di ladang selama 40-45 hari lalu sudah bisa atau boleh dipetik daunnya. Selama proses penanaman, tanaman dirawat untuk memaksimalkan hasil dan kualitasnya. Tanah dirawat secara teratur dan tanaman juga dilindungi secara cermat dari hama dan penyakit.
Tahap selanjutnya adalah panen. Panen dapat dilakukan dengan memetik daun satu persatu untuk tembakau Virgina dan Oriental, atau dengan mencabut seluruh tanaman seperti pada jenis Burley. Proses panen harus dilakukan saat daun telah matang dan dalam kondisi prima untuk melalui tahap berikutnya, yaitu proses pengeringan.
Setelah dipanen, tembakau Rajangan dibiarkan kering lagi selama 2 hari di tempat teduh, kemudian dirajang dengan tangan menjadi irisan tembakau yang rata-rata terdiri dari 40 potongan per inci. Irisan yang disebut tembakau rajangan
(58)
atau cut-rag ini kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1 hingga 2 hari.
Pengeringan memainkan peranan penting dalam menentukan kualitas daun tembakau. Berbagai metode pengeringan digunakan untuk berbagai jenis tembakau: pengeringan dengan dianginkan untuk Burley, pengeringan dengan omprong untuk Virginia, serta pengeringan di bawah sinar matahari untuk jenis oriental.
Setelah dikeringkan, petani memilah tembakau berdasarkan kualitas dan posisi tangkai. Daun tembakau kemudian dikemas dalam bal dan siap untuk dikirim. Bal-bal tembakau dipindahkan ke pelelangan atau pusat pembelian di mana tembakau tersebut diberikan peringkat atau grading dan dibeli.
3.1.3 Hasil Produksi
PTPN II Kebun Klumpang merupakan unit produksi PTPN yang menaungi produksi tembakau, hal ini disesuaikan dengan kondisi alam sekitar yang mendukung untuk penanaman jenis tembakau, yang kemudian dikenal dipasaran dunia sebagai tembakau Deli dengan kualitas yang baik.
Komoditi tembakau Deli tetap mejadi primadona di pasar Bremen, Jerman. Semester I 2009 saja, hasil lelang tembakau deli PTPN2 di Jerman itu mencapai 1.036 bal atau sekira 76.890 kg.
Hingga per 25 juni 2009, kita juga sudah melelang tembakau jenis daun pasir senilai 49.045 Euro, dengan rata-rata lelang mencapai 30.000 Euro. Bagi pasar tembakau dunia, tembakau Deli memang sejak dahulu dikenal memiliki citarasa khas. Karena itu, sebanyak apapun komoditas itu dilelang di
(59)
merupakan hasil produksi dari Kebun Tandem Hilir, Helvetia, Kebun Klumpang dan Kelambir Lima.
Foto. 1
Kebun Tembakau di PTPN II Kebun Klumpang (sumber foto : Fauzi Akbar)
3.2 Struktur Organisasi PTPN II Kebun Klumpang
Struktur organisasi perusahaan adalah suatu kerangka perusahaan, kerangka kegiatan-kegiatan perusahaan yang menentukan pembagian pekerjaan pada unit-unit organisasi, pembagian wewenang, adanya sistem komunikasi dan akhirnya mencakup sistem koordinasi dalam perusahaan.
Untuk mengetahui struktur organisasi suatu perusahaan kiranya dapat digambarkan pada suatu bagan dari organisasi tersebut karena dari bagan organisasi tersebut akan kita peroleh gambaran dari aktivitas-aktivitas secara keseluruhan. Bagan organisasi tersebut juga bertujuan untuk mengetahui job/pekerjaan dari tugas masing-masing dan pertanggungawaban.
(60)
menjalankan tugas-tugas kepadanya. Struktur atau bagan organisasi PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Sawit Seberang dapat dilihat pada lampiran.
1. Komisaris
Dewan Komisaris mempunyai peranan yang sangat penting dalam perusahaan, khususnya dalam pelaksanaan Good Corporate Governance karena Dewan Komisaris merupakan organ utama yang mempunyai tugas, adapun susunan kepengurusan, adalah :
Komite Komisaris Direksi
SP I
Sekretaris Perusahaan 2. Komite Komisaris
Keberadaan Komite Komisaris sesuai peraturan perundangan yang berlaku, hal ini ditunjukkan dengan telah dibentuknya Komite Audit. Keanggotaan yang mendukung pelaksanaan fungsi Komite, terlihat dari kualifikasi anggota Komite Audit yang berasal dari kalangan profesional di bidangnya. Independensi dari masing-masing anggota komite Komisaris, tercermin dari anggota Komite Audit yang berasal dari pihak luar perusahaan yang tidak memiliki keterkaitan kepentingan dengan PT Perkebunan Nusantara II (Persero).
3. Direksi
Kejelasan fungsi, pembagian tugas, tanggungjawab dan otoritas Direksi tercermin dari Struktur Organisasi Direksi yang telah sesuai dengan kondisi perusahaan. Peran Direksi dalam perencanaan perusahaan terlihat dengan telah
(61)
dengan menyampaikan informasi yang relevan kepada Pemegang Saham dan Komisaris serta stakeholders lainnya. Pelaksanaan pertemuan rutin telah memadai dan didukung dengan risalah rapat.
4. Satuan Pengawasan Intern
Satuan Pengawasan Intern (SPI) dilengkapi dengan faktor-faktor pendukung keberhasilan. Posisi SPI di perusahaan telah sesuai dengan ketentuan yaitu berada langsung di bawah Direktur Utama dan memiliki akses langsung ke Direksi, serta memiliki kewenangan yang cukup dalam mendorong tindak lanjut hasil pemeriksaaan. SPI telah melaksanakan audit dan melaporkan hasil auditnya kepada Direktur Utama dengan tembusan kepada Komisaris, memantau tindak lanjut atas rekomendasi temuan audit. Namun belum melakukan kajian secara khusus untuk mendapatkan simpulan tentang efektivitas Sistem Pengendalaian Intern perusahaan.
5.Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan dilengkapi dengan faktor-faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan tugasnya dan Sekretaris Perusahaan telah memiliki pengalaman yang cukup dan posisi yang tepat dalam struktur organisasi, serta uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk keberhasilan pelaksanaan tugasnya.
Tabel. 3 Dewan Komisaris PTPN
Nama Jabatan
Megananda Daryono Komisaris Utama
H. Miswanto Surip Komisaris
T. Yose Rizal Komisaris
(62)
Tabel. 4
Dewan Direksi PTPN II Kebun Klumpang
Nama Jabatan
Bhatara Moeda Nasution Direktur Utama Ir. Johannes Sijabat Direktur Produksi
Naif Ali Dahbul Direktur Keuangan
Berani Purba Direktur Pemasaran dan
Perencanaan Pembangunan
Tambah Karo Karo Direktur Umum
Sumber : data Dewan Direksi PTPN II Kebun Klumpang, Deli Serdang (diolah penulis).
3.3 Sejarah Sosial Budaya Masyarakat Perkebunan
Sebagaimana yang diamanatkan undang-undang nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan, bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkeadilan, maka perkebunan perlu dijamin keberlanjutannya serta ditingkatkan fungsi dan peranannya. Karenanya penyelenggaraan perkebunan perlu dilakukan secara terencana, terbuka, terpadu, profesional, dan bertanggung jawab yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan yang strategis.
Luas areal perkebunan di Sumatera utara berkisar 9,44% dari seluruh luas areal perkebunan dimiliki Indonesia (17.181.000 Ha), yang penyelenggaranya oleh perkebunan rakyat, perkebunan swasta, dan perkebunan negara. Potensi komoditi adalah karet, kelapa sawit, kakao, kopi, kelapa, dan tebu. Komoditi utamanya adalah kelapa sawit, karet, dan kopi. Pembangunan perkebunan yang dilaksanakan telah menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat Sumatera Utara, sampai saat tahun 2002 mencapai 4.405.950 KK yang bekerja pada budidaya tanaman perkebunan. Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja selama
(63)
Di masyarakat perkebunan berkumpul berbagai etnis pada satu lingkungan yang sama dan berinteraksi dalam jangka waku yang lama, menyebabkan terjadinya interfrensi budaya. Interaksi yang terus menerus dan intens antar individu dan juga antar etnis akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur, perilaku, sikap dan watak sebagai hasil dari komunikasi dan saling mempengaruhi di antara individu maupun kelompok. Artinya secara tidak langsung telah terjadi akulturasi budaya antar etnis dan adat istiadat yang bertemu pada satu pemukiman tersebut. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan ketika memasuki pemukiman masyarakat perkebunan akan ditemui suatu masyarakat yang unik. Masyarakat yang terbentuk melalui proses pembauran antar budaya yang datang. Di sana ditemui adanya penyimpangan dari stereotipe yang ditetapkan oleh masyarakat pada etnis tertentu. Dengan demikian secara tidak langsung perkebunan telah membentuk suatu masyarakat dengan budaya baru dalam kerangka budaya nasional.
Lain halnya pada sisi kesejahteraan buruh sebagai tenaga upahan yang seyogyanya meningkat seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi akibat industrialisasi, malah mengalami keterpurukan yang menjadi-jadi. Makin jauh letak perusahaan/perkebunan dari pusat-pusat kota ketika itu, makin kecil pula upah yang didapat oleh buruh. Kebebasan pengusaha dalam menentukan upah, aturan-aturan diskriminasi yang tidak berpihak pada buruh, keterbelakangan kondisi sosial masyarakat di pedesaan, membuat para pengusaha sanggup melakukan apapun untuk melipatgandakan keuntungan produksinya tanpa memperhatikan kesejahteraan buruh-buruhnya (Asep, 2002). Kondisi di masa kolonial ternyata tidak mengalami perubahan yang signifikan bagi buruh-buruh khususnya di perkebunan untuk mendapatkan kesejahteraan yang cukup.
(64)
Kondisi itu tercermin dengan “tidak berlakunya” penetapan nilai UMK/Kabupaten dengan pemberlakuan upah yang dikehendaki sepihak oleh pengusaha perkebunan dengan upah harian yang sangat jauh dari pemenuhan kebutuhan hidup layak kondisi masyarakat perkebunan. Dengan keterbatasan upah yang diperoleh orang tua, maka anak-anak hanya mampu sekolah hingga tingkat SLTP atau bahkan hanya lulusan madrasah di lingkungannya, karena jarak dan biaya yang harus dikeluarkan untuk menyekolahkan anak-anak terlampau tinggi. Sekolah yang jauh, sarana transportasi yang terbatas dan mahal, membuat para buruh mengurungkan niatnya untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Kondisi sosial masyarakat yang menjadi budaya turun-temurun itu dirancang, diciptakan pemilik kebun dari zaman kolonial Hindia Belanda, agar para buruh tidak mengalami kemajuan berpikir dengan tidak menyediakan sekolah rakyat yang dapat terjangkau, sehingga para buruh tidak dapat keluar dari lingkungan sosial di “kavling para buruh” dan dari lingkup kerjanya dari generasi ke generasi. Bertahun-tahun lamanya buruh-buruh perkebunan secara turun-temurun, disadari maupun tidak, tengah mengalami keterasingan dalam tingkat pendidikan, kultur sosial, ekonomi dan politik bahkan kesadaran akan ketertindasan yang tengah dialami. Pengusaha perkebunan tetap menggunakan kaki-tangannya untuk mengkontrol gerak dan “efektifitas kerja” para buruhnya.
Dengan mandor-mandor kebun sebagai centeng yang mengatur dan mengawasi kerja secara langsung, bahkan aparatur desa seperti Lurah yang dengan banyak kasus-kasus di perkebunan menjadi “alat kontrol gerak sosial masyarakat” yang menguatkan, meyakinkan kepada masyarakat atas kehendak
(65)
tempat tinggal mereka untuk mengebiri benih-benih revolusioner buruh perkebunan yang hendak tumbuh.
Sejarah mengenai kehidupan sosial masyarakat perkebunan tembakau di Sumatera Timur, dimulai dari kedatangan Jacobus Nienhuys ke Tanah Deli, menurut Nienhuys kala itu, di Deli segalanya harus diimpor, baik para majikan maupun para kuli-kulinya. staf datang langsung dari Eropa, kulinya dari Jawa. Hal ini dikarenakan Sultan Deli hanya dapat memberikan tanah, bukan tenaga buruh karena penduduk pribumi seperti Batak dan Melayu tidak dapat dibujuk atau dipaksa oleh para pejabat lokal atau asing agar mau bekerja untuk perkebunan. Oleh karena itu, para pengusaha perkebunan terpaksa mencari tenaga kerja dari tempat lain seperti Malaya, Singapura, dan Cina, kemudian dari desa-desa miskin di Jawa Tengah. Perekrutan buruh tersebut dilakukan melalui calo-calo (Stoler, 2005:23).
Bersamaan dengan meluasnya usaha perekrutan buruh di Jawa, maka badan- badan imigrasi liar juga banyak bermunculan. Namun, yang tampak bukan seperti usaha perekrutan buruh, melainkan pasar perdagangan besar yang ditujukan kepada penjualan buruh. Di Sumatera, paksaan tetap menjadi dasar sistem perburuhan. Diberlakukannya sanksi pidana (poenale sanctie) secara keras, membuat kuli yang melarikan diri atau menolak bekerja akan dijatuhi hukuman yang berat. Hubungan antara tuan kebun dan kuli yang diwarnai kekerasan itu adalah bentuk ekstrem dari penindasan atas tenaga kerja yang terkungkung di bawah penjajahan Belanda.
(1)
Unsur pendidikan, pelatihan dan perbaikan infra-struktur merupakan korelasi mutlak dalam proses pengembangan kegiatan wisat disuatu daerah, dalam konteks wisata perkebunan PTPN Kebun Klumpang, Deli Serdang, perlu dilakukan usaha pengembangan kemampuan berdasarkan beberapa unsur tersebut, dengan tujuan utama agar kegiatan wisata yang berjalan dapat seiring dengan aspirasi masyarakat dan memberdayakan masyarakat dalam setiap lini kegiatan.
Selain beberapa unsur penting tersebut, faktor kerjasama antar pihak yang terkait adalah bagian penting dalam pengembangan kegiatan wisata, mengingat kembali definisi atas wisata yang secara sederhana dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang bersifat kolektif dalam artian aplikasi, sehingga perlu kerjasama pihak terkait, seperti kerjasama antara masyarakat dengan pihak PTPN II Kebun Klumpang selaku pemegang kewenangan atas lahan perkebunan, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sebagai otoritas pemerintahan yang membawahi wilayah Deli Serdang, biro perjalanan, pemerhati budaya dan pariwisata. Beragam kerjasama tersebut aka mendukung kegiatan wisata perkebunan kearah yang lebih maju, baik dari segi ideologis dan praktis.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Chio, Jenny. The internal expansion of China Tourism and the production of distance, Edited by Tim Winter, Peggy Teo and T.C. Chang, Routledge, London and New York, 2009
Erawan I Nyoman. Pariwisata dan Pembangunan ekonomi (Bali sebagai Kasus), Denpasar, Upada Sastra, 1994
Ihromi T.O. Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta, PT. Gramedia, 1990 Kartawan. Dampak Pengembangan Produk Wisata Pantai Terhadap Lama Tinggal Wisatawan, dalam Jurnal Ekonomi & Bisnis, Polban, Bandung, 2000
Koentjaraningrat. Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta. UI-Press, 1980 Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi I, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1996 Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi II, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997 Maran Rafael Raga. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2007
Pendit Nyoman S. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta. PT. Pradaya Paramita, 2003
Picard, Michel. Bali Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2006
Smith V, (ed). Hosts and Guests: The Anthropology of Tourism. Philadelphia, Univ. Penn. Press. 2nd ed, 1989
Stoler, Ann Laura. Buruh Pertanian Indonesia Sumatra Sejarah, Jakarta, Perpustakaan Utan Kayu, 2005
Stronza, Annu. Rev. Anthropol. 2001. 30:261–83
Soekadijo R. G. Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata sebagai “systemic lingkage”, Jakatra. PT. Gramedia Pusaka Utama, 1996
Sugiama, Gima. A. Pengembangan Kepuasan Wisata Ber makna, Polban, Bandung, 2001
Suryahadi, Asep dkk. Upah dan Kesempatan Kerja:Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Sektor Formal Perkotaan dalam Jurnal Analisis Sosial vol.7 no.1 Februari 2002 hal 17-36, Bandung:AKATIGA, 2002
(3)
Sumber-sumber lain
Deliserdangkab.bps.go.id diakses pada 25 Februari 2011, Pukul 20.15 WIB www.deliserdang.go.id diakses pada 1 Maret 2011, Pukul 15.30 WIB www.ptpn2.com/ diakses pada 20 Februari 2011, Pukul 17.45 WIB
www.wikipedia.com/peta_sumatera_utara/ diakses pada 21 Februari 2011, Pukul 19.10 WIB
http://madebayu.blogspot.com/search/label/definisi pariwisata dan wisatawan, diakses pada 21 Februari 2011, Pukul 19.00 WIB
(4)
INTERVIEW GUIDE
Interview guide untuk masyarakat ;
- Berapa lama anda tinggal di kawasan perkebunan ini ? - Apa pekerjaan anda ?
- Berapa jumlah karyawan kebun yang menjadi penduduk desa Klumpang Kebun ?
- Apa ada perbedaan pemukiman karyawan dengan non-karyawan ? - Bagaimana sejarah perkebunan Kebun Klumpang ?
- Apa saja hasil perkebunan PTPN II kebun Klumpang ? - Bagaimana bila di daerah ini dibangun objek wisata ?
Interview guide untuk pemerintah setempat dan pihak PTPN II;
- Berapa jumlah masyarakat yang tinggal di kawasan perkebunan Kebun Klumpang ?
- Bagaimana sejarah perkebunan Kebun Klumpang ? - Apa suku mayoritas ?
- Apa agama mayoritas ?
- Apakah ada usaha lain selain perkebunan yang menjadi mata pencaharian warga ?
- Dimana saja letak pemukiman karyawan kebun ?
- Apa ada perbedaan antara karyawan kebun dan non-karyawan di desa ini ?
- Apa saja fasilitas perkebunan yang terdapat di desa Klumpang Kebun ?
- Bagaimana bila di daerah ini dibangun objek wisata ? - Berapa jumlah karyawan kebun ?
- Bagaimana sejarah perkembangan perkebunan PTPN II ? - Apa komoditas utama Kebun Klumpang ?
- Ekspor kemana hasil Kebun ?
- Untuk menjadi pegawai perkebunan dilakukan seleksi atau dari turun temurun (1 keluarga)
- Bagaimana pengembangan wisata di Klumpang Kebun ?
(5)
Interview guide untuk praktisi pariwisata (biro travel) ;
- Berapa lama anda telah berkecimpung dalam dunia pariwisata ? - Sebagai apa ? travel biro ? penggiat wisata ? atau sebagai orang yang
peduli pariwisata ?
- Kalau anda sebagai biro travel wisata, apa saja bentuk wisata yang anda tawarkan sebagai destinasi wisata ?
- Kalau anda sebagai penggiat wisata, apa saja usaha yang telah anda lakukan dalam menggiatkan kegiatan wisata (disekitar anda atau diluar) ?
- Kalau sebagai peduli wisata, apa contoh usaha yang telah anda lakukan ?
- Apa saja paket wisata yang anda tawarkan ?
- Bagaimana cara anda mendisain suatu perjalanan wisata menjadi paket wisata ?
(6)