Kondisi alam
Sumatera Utara dianggap cocok untuk menjadi perkebunan jenis teh, tembakau, tebu, sawit dan karet, hal ini terbukti sejak zaman kolonial
Belanda sudah berdiri usaha perkebunan milik Belanda yang kelak menjadi dasar perkebunan nusantara PTPN.
Perkembangan usaha perkebunan di Sumatera Utara dapat dikatakan dirintis
oleh Jacobus
Nienhuys yang pada masa itu memiliki perkebunan diwilayah Marelan sekarang berada dibawah administratif Kotamadya Medan,
setelah mencoba berkebun diwilayah tersebut dan untuk melebarkan usaha perkebunannya, maka Nienhuys membuat kerjasama dengan Kesultanan Deli
untuk membuka lahan perkebunan lainnya di wilayah Deli Kota Medan, hal ini kemudian disetujui oleh pihak Kesultanan Deli dan mulai saat itu Nienhuys
memindahkan kegiatan perkebunannya ke wilayah Medan Putri. Usaha perkebunan yang dirintis oleh Nienhuys dianggap berhasil maka hal
ini berdampak pada pengembangan usaha perkebunan lebih luas dari pihak kolonial Belanda, hal tersebut diwujudkan dengan terbentuknya beberapa unit
usaha perkebunan yang tersebar diberbagai wilayah, seperti Percut, Deli Serdang, Saentis, Kwala Bingei dan daerah lainnya.
3.1.1 Jenis Perkebunan
Usaha perkebunan memiliki jenis perkebunan tertentu yang bergantung pada kondisi alam sekitarnya, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
perkebunan terbaik, dari segi mutu dan pengolahan. Adapun jenis perkebunan yang dimaksudkan adalah perkebunana tembakau, karena:
Perkebunan Tembakau, mendapat tempat pertama dalam pemanfaatan lahan perkebunan di Sumatera Utara, hal ini disebabkan iklim sangat mendukung
kegiatan perkebunan tembakau serta menghasilkan tembakau dengan kualitas
Universitas Sumatera Utara
terbaik. Pihak kolonial Belanda telah menghasilkan produksi tembakau dengan kualitas terbaik di dunia yang dihasilkan dari perkebunan-perkebunan tembakau
di Sumatera Utara, sampai saat ini tembakau terbaik masih berasal dari Sumatera Utara.
3.1.2 Proses Tanam
Penanaman Tembakau pada tahap pertama proses penanaman tembakau, benih direndam selama 72-80 jam, setelah direndam dan benih sudah pecah dan
mirip seperti kecambah lalu dimasukkan kedalam bedengan dan dibiarkan selama 14 hari didalam bedengan setelah itu dimasukkan ke dalam plat satu persatu benih
yg sudah berubah menjadi kecambah setelah itu dibiarkan selama 40 hari hingga benih tembakau berubah menjadi tumbuhan tembakau kecil yang mempunyai
daun setinggi 10-15 sentimeter dan siap dipindahkan ke ladang. Tanaman kemudian ditumbuhkan di ladang selama 40-45 hari lalu sudah bisa atau boleh
dipetik daunnya. Selama proses penanaman, tanaman dirawat untuk memaksimalkan hasil dan kualitasnya. Tanah dirawat secara teratur dan tanaman
juga dilindungi secara cermat dari hama dan penyakit. Tahap selanjutnya adalah panen. Panen dapat dilakukan dengan memetik
daun satu persatu untuk tembakau Virgina dan Oriental, atau dengan mencabut seluruh tanaman seperti pada jenis Burley. Proses panen harus dilakukan saat
daun telah matang dan dalam kondisi prima untuk melalui tahap berikutnya, yaitu proses pengeringan.
Setelah dipanen, tembakau Rajangan dibiarkan kering lagi selama 2 hari di tempat teduh, kemudian dirajang dengan tangan menjadi irisan tembakau yang
rata-rata terdiri dari 40 potongan per inci. Irisan yang disebut tembakau rajangan
Universitas Sumatera Utara
atau cut-rag ini kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1 hingga 2 hari.
Pengeringan memainkan peranan penting dalam menentukan kualitas daun tembakau. Berbagai metode pengeringan digunakan untuk berbagai jenis
tembakau: pengeringan dengan dianginkan untuk Burley, pengeringan dengan omprong untuk Virginia, serta pengeringan di bawah sinar matahari untuk jenis
oriental. Setelah dikeringkan, petani memilah tembakau berdasarkan kualitas dan
posisi tangkai. Daun tembakau kemudian dikemas dalam bal dan siap untuk dikirim. Bal-bal tembakau dipindahkan ke pelelangan atau pusat pembelian di
mana tembakau tersebut diberikan peringkat atau grading dan dibeli.
3.1.3 Hasil Produksi