8. meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara
tindak pidana korupsi yang sedang ditangani. Melihat kewenangan KPK, maka tidak heran kalau kalangan hukum
menyebutnya sebagai lembaga super superbody. Disamping itu, peranan KPK melebihi dari Kepolisian dan Kejaksaan dimana Kepolisian dan Kejaksaan dapat
mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan dan Penuntutan SPPP dalam perkara tindak pidana korupsi, sebaliknya berdasarkan Pasal 40 UU No 30 Tahun
2002, KPK tidak berwenang mengeluarkan SP3 untuk menghindari adanya main mata antara tersangka dan aparat KPK. Dengan kewenangan yang super tersebut
KPK diharapkan mampu mengeliminasi korupsi secara konseptual dan sistematis. Masyarakat tidak mau tahu akan keluh kesah KPK bekait dengan kurangya personil
maupun kesendirian KPK dalam menangani tindak pidana korupsi.
B. Tugas, Fungsi dan Wewenang Kejaksaan berdasarkan UU No. 16 Tahun
2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
Sejak diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, penggantian undang-undang membawa pengaruh tersendiri terhadap
kedudukan dari kejaksaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1991 disebutkan bahwa kejaksaan RI adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan
kekuasaan negara di bidang penuntutan. Sejak itulah dapat dikatakan kedudukan kejaksaan beralih menjadi di bawah kekuasaan eksekutif.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perkembangan pengaturan tentang keberadaan kejaksaan tersebut dapat dilihat bahwa kedudukan kejaksaan pada dasarnya belum pernah diatur secara
tegas dalam UUD 1945.
51
Kedudukan kejaksaan yang sebelumnya berada pada kekuasaan kehakiman telah berubah menjadi mandiri sejak tanggal 22 Juli 1960, akan
tetapi kekuasaan tersebut berubah menjadi di bawah kekuasaan eksekutif sampai dengan sekarang. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, secara nyata dapat dilihat
bahwa kedudukan kejaksaan telah mengalami pergeseran. Dimulai dari menempatkan kedudukan kejaksaan di bawah kekuasaan legislatif, menjadi mandiri dan berubah
menjadi di bawah kekuasaan eksekutif. Kedudukan kejaksaan akan sangat berpengaruh dalam mengimplementasikan
fungsi, peran dan wewenangnya. Hal ini tentu sangat berkaitan dengan kinerja dari kejaksaan itu sendiri,
52
yang mengimplementasikan tugas dan wewenangnya diharapkan diamati pada saat ini dan prediksi tantangan ke depan antara lain harus
memperhatikan perkembangan globalisasi, opini yang berkembang di masyarakat dan
51
Sampai dengan Amandemen IV UUD 1945 kedudukan kejaksaan tidak diatur dalam UUD 1945. Sebenarnya Rancangan Perubahan UUD 1945 hasil Badan Pekerja MPR RI Tahun 1999-2000
telah mengatur masalah kekuasaan kehakiman dan melakukan perubahan terhadap Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman menjadi kekuasaan Kehakiman dan Penegakan Hukum. Adapun pasal yang
mengatur masalah kejaksaan adalah Pasal 25c, yaitu : 1 Kejaksaan merupakan lembaga negara yang mandiri dalam melaksanakan kekuasaan penuntutan
dalma perkara pidana. 2 Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dengan mempertimbangkan pendapat Dewan Perwakilan Rakyat.
3 Susunan, kedudukan dan kewenangan lain kejaksaan diatur dengan undang-undang. Namun dalam kenyataannya, rancangan perubahan tersebut tidak satu pasal pun yang
direalisir dalam UUD 1945 setelah Amandemen II tahun 2000.
52
Suhadibroto, Reprofesionalisasi Kinerja Kejaksaan, http:www.khn.or.id, terakhir diakses pada tanggal 25 Februari 2008. Suhadibroto menyatakan bahwa kinerja kejaksaan ditentukan atau
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Jaksa Agung, Jaksa Agung sebagai pejabat fungsional dan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
reformasi yang melahirkan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta terjadinya perubahan kepemimpinan yang akan melahirkan
perubahan kebijakan dalam bidang pemerintahan termasuk kebijakan dalam penegakan hukum.
53
Seperti yang dicatat seorang pengamat, sistem peradilan masih dipandang luas sebagai mafia yang dijalankan pemerintah, hukum Indonesia perlu ditinjau kembali
secara luas dan diperbaharui, mengingat fungsi hukum untuk menertibkan dan mengatur pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul.
54
Hal tersebut pada saat ini cukup memadai untuk keperluan masa peralihan bila kejaksaan dan sistem peradilan dapat diandalkan dan difungsikan sebagaimaan
seharusnya. Seperti yang tertera dalam UU No. 16 Tahun 2004 tersebut. Tentu saja kesungguhan dan rasa tanggung jawab oleh para penegak hukum secara keseluruhan
sangat diperlukan, khususnya dalam menata struktur hukum negara Indonesia. Peran jaksa selaku penuntut umum yang mewakili kepentingan umum,
bertindak untuk dan atas nama negara dalam perkara pidana, merupakan salah satu wujud penegakan ketertiban dan perlindungan terhadap semua kepentingan hukum
yang dimiliki oleh setiap orang berlaku subjek hukum seperti yang tertera pada UU
53
Notulen Presentasi Makalah Diskusi Panel berjudul : “Strategi Peningkatan Kinerja Kejaksaan dalam Rangka Mewujudkan Supremasi Hukum”, Jakarta : Kejati DKI Jakarta, Agustus
2001, hal. 2.
54
R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Jayakarta : Sinar Grafika, 1992, hal. 53. Bahwa dalam perkembangan masyarakat fungsi hukum dapat terdiri dari : 1. Sebagai alat pengatur tata tertib
hubungan masyarakat. 2. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin, 3. Sebagai sarana penggerak pembangunan. 4. Sebagai fungsi kritis.
Universitas Sumatera Utara
No. 5 Tahun 1991, UU No. 16 Tahun 2004, jo Keppres No. 55 Tahun 1991 dan peraturan perundang-undangan kejaksaan lainnya.
Tugas dan wewenang kejaksaan sangat luas menjangkau area hukum pidana, perdata maupun tata usaha negara. Tugas dan wewenang ini pelaksanaannya
dipimpin, dikendalikan dan dipertanggungjawabkan oleh Jaksa Agung. Peranan Jaksa Agung dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan menjadi sangat krusial, lebih-
lebih pada saat ini dimana negara sedang dalam proses reformasi yang salah satu agendanya adalah terwujudnya supremasi hukum.
55
Di sisi lain, Jaksa Agung adalah “a man of law”yang dalam sistem kita dapat digambarkan sebagai abdi hukum, abdi
negara dan abdi masyarakat yang tidak mengabdi pada presiden dengan kepentingan politiknya. Dalam mewujudkan agenda reformasi yaitu supremasi hukum, rasanya
kita memerlukan seorang Jaksa Agung dengan kualifikasi sebagai abdi hukum, yang memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi dan tepat disertai sifat yang jujur.
56
55
Frans E. Likadja, Daniel Bessie, Desain Instruksional Dasar Hukum Internasional, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988, hal. 9, lihat juga UU No. 15 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004, pada dasarnya telah ditetapkan berbagai kebijakan yang mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional dalam mewujudkan supremasi hukum dan
pemerintahan yang baik. Program-program tersebut adalah : 1. Program pembentukan peraturan perundang-undangna; 2. Program pemberdayaan lembaga peradilan dan penegak hukum lainnya;
3 Program penuntasan kasus korupsi, kolusi dan nepotisme serta pelanggaran hak asasi manusia; 4. Program peningkatan kesadaran hukum dan pengembangan budaya hukum.
56
Moh. Mahfud M.D, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 1998, hal. 22. Ciri menonjol hukum otonom adalah terikatnya masyarakat secara kuat pada prosedur.
Elit penguasa tidak lagi leluasa menggunakan kekuasaan karena ada komitmen masyarakat untuk menjalankan kekuasaan sesuai dengan tata cara yang diatur. Dengan mengacu pada Marryman, Abdul
Hakim Garuda Nusantara mengemukakan 3 tiga macam tradisi hukum yang kemudian dikaitkan dengan strategi pembangunan hukum. Ada 2 dua macam strategi pembangunan hukum yang
akhirnya sekaligus berimplikasi pada karakter produk hukumnya yaitu pembangunan hukum “ortodoks” dan pembangunan hukum “responsif”, lihat juga Abdul Hakim Garuda Nusantara, Politik
Hukum Indonesia, Jakarta : Yayasan LBHI, 1988, hal. 26-34.
Universitas Sumatera Utara
Dalam UU No. 16 Tahun 2004 Pasal 8 ayat 1 dinyatakan bahwa Jaksa adalah pejabat fungsional yang diangkat dan diberhentikan oleh Jaksa Agung. Sedangkan
pengertian jabatan fungsional jaksa dirumuskan dalam UU No. 16 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 4 sebagai jabatan yang bersifat keahlian teknis dalam organisasi kejaksaan
yang karena fungsinya memungkinkan kelancaran pelaksanaan tugas kejaksaan. Lembaga kejaksaan pada dasarnya merupakan suatu institusi. Pada umumnya
di dalam sebuah institusi terdapat : a. Norma, budaya dan etika, yang merupakan suatu ketentuan yang tak tertulis tetapi
dipraktekkan; b. Rules, yaitu peraturan-peraturan formal yang tertulis; dan
c. Structure, yaitu organisasi. Keberadaan kejaksaan di Indonesia, sepenuhnya didasarkan pada paradigma
atau visi tentang jati diri dan lingkungannya sebagai aparatur negara yang menempati posisi sentral, upaya dan proses penegakan hukum dalam rangka mewujudkan fungsi
hukum dan supremasi hukum dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan atas hukum rechtstaat.
57
Oleh karena itu, basis pengabdian institusi kejaksaan dan profesi jaksa adalah sebagai penyelenggara dan pengendali penuntutan
atau selaku dominus litis dalam batas jurisdiksi negara.
58
57
J.C.T. Simorangkir, Rudy T. Erwin, J.T. Prasetyo, Kamus Hukum, Cet. Keenam, Jakarta : Sinar Grafika, 2000, hal. 142. Recht secara objektif berarti undang-undang, peraturan hukum, hukum
secara subjektif berarti hak, kuasa.
58
Kejaksaan Agung Republik Indonesia Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Pokok-Pokok Rumusan Hasil Sarasehan Terbatas Plattform Upaya Optimalisasi Pengabdian Institusi Kejaksaan,
Jakarta : Kejaksaan Agung RI, 1999, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
Akuntabilitas kejaksaan RI adalah perwujudan kewajiban kejaksaan RI untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan misi
organisasi dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan secara periodik. Perlu diketahui bahwa pengertian akuntabilitas ini berbeda dengan
pengertian akuntabilitas yang dimaksud dalam Pasal 3 angka 7 UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme. Dalam undang-undang ini, akuntabilitas tidak dilakukan secara periodik tetapi hanya pada saat penyelenggara negara tersebut berakhir jabatannya.
Meskipun jangkauan pengawasannya lebih menyeluruh, termasuk kinerja institusi yang menyangkut fungsi yudisial, tetapi terbatas pada aparatur eselon
struktural atau fungsional tertentu. Perlu tidaknya proses atau tindak lanjut berkaitan dengan pengawasan tersebut sangat tergantung pada kebijaksanaan Jaksa Agung.
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat untuk mengawasi kinerja kejaksaan sebagai institusi penegak hukum sudah diwadahi dalam bentuk Komisi Kejaksaan vide Pasal
38 UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI jo Peraturan Presiden RI No. 18 Tahun 2005 tentang Komisi Kejaksaan RI yang mulai diberlakukan pada tanggal 7
Februari 2005. Tugas dan kewenangan Komisi Kejaksaan diatur dalam pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 2005.
Universitas Sumatera Utara
Kejaksaan merupakan institusi sentral dalam penegakan hukum yang dimiliki oleh semua negara yang menganut paham rule of law.
59
Penerapan ini bersifat beraneka ragam dengan memperhatikan posisi, tugas, fungsi dan kewenangan sesuai
dengan sistem hukum yang dianut suatu negara. Dari berbagai peraturan dapat diketahui bahwa peran, tugas dan wewenang lembaga kejaksaan sangat luas dan
menjangkau area hukum pidana, perdata dan tata usaha negara. Tugas dan wewenang yang sangat luas ini pelaksanaannya dipimpin dan dikendalikan serta
dipertanggungjawabkan oleh seorang yang diberi predikat Jaksa Agung. Kejaksaan adalah lembaga yang independen atau mandiri
60
dari lembaga penegak hukum lain maupun lembaga pemerintahan dan lembaga politik.
Kemandirian kejaksaan secara lembaga bukan berarti melepaskan independensi kejaksaan dengan lembaga lain, melainkan lepas dari segala bentuk intervensi. Dalam
hal ini kemandirian secara institusional adalah kemandirian secara eksternal, yang
59
Konsep dari rule of law diberikan oleh beberapa ahli. A.V. Dicey, menyatakan bahwa the rule of law harus memenuhi unsur-unsur tertentu, yaitu :
1. Supremasi dari hukum, artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi di dalam negara adalah hukum kedaulatan hukum.
2. Persamaan dalam kedaulatan hukum bagi setiap orang. 3. Konstitusi itu tidak merupakan sumber dari hak-hak asasi manusia dan jika hak-hak asasi itu
diletakkan dalam konstitusi itu hanya sebagai penegasan bahwa hak asasi itu harus dilindungi.
60
Tri Rahadian memberi asumsi bahwa independent adalah kemerdekaan. Independence, adalah kebebasan, kemerdekaan yang berarti merdeka, bebas dan tidak dipengaruhi orang lain.
Sedangkan mandiri, juga mempunyai arti yang hampir sama dengan independen tersebut, yakni mandiri, adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, sedangkan
kemandirian merupakan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2001.
Universitas Sumatera Utara
memiliki dampak kemandirian secara personal terhadap aparatur kejaksaan dalam menjalankan fungsi penuntutannya.
61
Pengaturan mengenai tugas dan wewenang kejaksaan RI secara normatif dapat dilihat bahwa dalam beberapa ketentuan undang-undang mengenai kejaksaan
seperti yang ditegaskan dalam Pasal 30 UU No. 16 Tahun 2004, yaitu : 1 Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang :
a. Melakukan penuntutan.
62
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
63
61
Integrated Prosecution Justice System, Suatu Tinjauan Terhadap Pelaksanaan Penuntutan Dalam Sistem Peradilan Pidana Indonesia, http:www.ipjs.com, terakhir diakses pada tanggal 8 April
2008. Pembaruan dalam tubuh kejaksaan tidak bisa lepas dari permasalahan visi lembaga kejaksaan yang akan dibangun di masa mendatang. Tak dapat dipungkiri bahwa visi adalah hal yang penting
dalam merumuskan bentuk kejaksaan yang sama sekali baru. Pemikiran yang liar tentang kejaksaan bukanlah hal yang harus ditakutkan, karena keliaran pemikiran akan menghasilkan suatu pemikiran
yang sama sekali baru. Dalam rangka pembaruan kejaksaan, keliaran pemikiran tentang visi kejaksaan yang baru akan membawa angin perubahan yang sifatnya idealis pragmatis.
Perumusan visi hendaknya dilatarbelakangi ole hsuatu pemikiran yang filosofis, sehingga pemaknaan dalam bentuk kata-kata dapat diterjemahkan secara luas dalam visi kejaksaan baru. Visi
kejaksaan yang independen harus dipandang sebagai suatu kebutuhan bukan keharusan. Makna independent adalah Free from the Authority, control or influence of others, self-governing, self-
supporting, not committed to an organized political party. Dengan kata lain perkataan bahwa independensitas kejaksaan bergantung pada dirinya dalam mengambil jarak terhadap berbagai institusi
yang ada di luar dirinya External Institution.
62
Dalam Penjelasan Pasal 30 ayat 1 huruf a dijelasakan bahwa dalam melakukan penuntutan, jaksa dapat melakukan prapenuntutan. Prapenuntutan adalah tindakan jaksa untuk
memantau perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari
penyidik serta memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan, apakah berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.
63
Penjelasan Pasal 30 ayat 1 huruf b menjelaskan bahwa dalam melaksanakan putusan pengadilan dan penetapan hakim, kejaksaan memperhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat dan perikemanusiaan berdasarkan Pancasila tanpa mengsampingkan ketegasan dalam bersikap dan bertindak. Melaksanakan putusan pengadilan termasuk juga melaksanakan tugas dan
wewenang mengendalikan pelaksanakan hukuman mati dan putusan pengadilan terhadap barang rampasan yang telah dan akan disita untuk selanjutnya dijual lelang.
Universitas Sumatera Utara
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat.
64
d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang.
e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik. 2 Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus dapat
bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah.
3 Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan : a. Peningkatan
kesadaran hukum masyarakat. b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum.
c. Pengamanan peredaran barang cetakan. d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara. e. Pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama.
f. Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.
64
Penjelasan Pasal 30 ayat 1 huruf c bahwa yang dimaksud dengan “keputusan lepas bersyarat” adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di
bidang pemasyarakatan.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 32 undang-undang tersebut menetapkan bahwa di samping tugas dan wewenang yang tersebut dalam undang-undang ini, kejaksaan dapat diserahi tugas
dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Selanjutnya Pasal 33 mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, kejaksaan membina kerja sama
dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya.
65
Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instansi pemerintah lainnya.
Di samping tugas dan wewenang kejaksaan RI di atas, Jaksa Agung memiliki tugas dan wewenang yang diatur dalam Pasal 35 UU No. 16 Tahun 2004, yaitu :
a. Menetapkan serta mengendalikan kebijakan penegakan hukum dan keadilan dalam ruang lingkup tugas dan wewenang kejaksaan.
b. Mengaktifkan proses penegakan hukum yang diberikan oleh undang-undang. c. Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum.
66
d. Mengajukan kasasi demi kepentingan umum kepada mahkamah agung dalam perkara pidana, perdata dan tata usaha negara.
67
e. Dapat mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada mahkamah agung dalam pemeriksaan kasasi pidana.
65
Penjelasan Pasal 33 menyatakan : adalah menjadi kewajiban bagi setiap badan negara terutama dalam bidang penegakan hukum dan keadilan untuk melaksanakan dan membina kerja sama
yang dilandasi semangat keterbukaan, kebersamaan dan keterpaduan dalam suasana keakraban guna mewujudkan sistem peradilan pidana terpadu.
66
Penjelasan Pasal 35 UU No. 16 Tahun 2004 huruf c, yang dimaksud dengan kepentingan umuum adalah kepentingan bangsa dan negara danatau kepentingan masyarakat luas.
67
Penjelasan Pasal 35 UU No. 16 Tahun 2004 huruf d yang menyatakan bahwa : pengajukan kasasi demi kepentingan hukum ini adalah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
f. Mencegah atau menangkap orang tertentu untuk masuk atau keluar wilayah kekuasaan negara RI karena keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Jadi, kejaksaan RI dengan segala tugas dan wewenangnya, seyogyanya dapat
mewujudkan hukum yang berkeadilan, karena tanpa adanya hukum yang berkeadilan, sulit diharapkan bahwa hukum dapat akan diterima dan dijadikan panutan. Tentu
harus diingat bahwa melakukan pembaruan hukum dan aparatnya tidak dapat dilakukan dengan cepat, memang diperlukan cukup waktu, namun harus diupayakan
agar pembaruan ini dapat dicapai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
C. Tugas, Fungsi dan Wewenang Kepolisian berdasarkan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia
Berdasarkan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian, tugas dan wewenang Kepolisian RI, adalah sebagai berikut :
Pasal 13 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
1. Selaku alat negara penegak hukum memelihara serta meningkatkan tertib hukum; 2.
Melaksanakan tugas kepolisian selaku pengayom dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan
peraturan perundang-undangan;
Universitas Sumatera Utara
3. Bersama-sama dengan segenap komponen kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina ketentraman masyarakat dalam wilayah negara guna
mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat; 4.
Membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang menunjang terselenggaranya usaha dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf
b, dan huruf c; 5. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 14 1. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian
Negara Republik Indonesia : a. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan Hukum Acara Pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; b.
Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, dan laboratorium forensik serta psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian; c. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
d. Memelihara keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan
perlindungan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; e.
Menyelenggarakan segala kegiatan dalam rangka membina keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
Universitas Sumatera Utara
f. Melindungi dan melayani kepentingan warga massyarakat untuk sementara, sebelum ditangani oleh instansi danatau pihak yang berwenang;
g. Membina ketaatan diri warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
h. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional dan pembinaan kesadaran hukum masyarakat;
i. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap alat-alat kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa yang memiliki kewenangan kepolisian terbatas; j.
Melakukan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi terkait sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; k.
Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi Kepolisian Internasional.
2. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf I diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 15 Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan
Pasal 14 di atas, maka : 1. Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang :
a. Menerima laporan dan pengaduan; b. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
Universitas Sumatera Utara
c. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang; d. Mencari keterangan dan barang bukti;
e. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional; f.
Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum;
g. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; h. Mengawasi aliran kepercayaan yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa; i. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat; j. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan; k. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu;
l. Mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat;
m. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian yang mengikat warga masyarakat.
2. Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang- undangan lainnya berwenang:
1. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;
2. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
Universitas Sumatera Utara
3. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;
4. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor; 5. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
6. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
7. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;
8. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian. 3. Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a dan
huruf b diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 16
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik Indonesia berwenang
untuk: a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyelidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan; d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri; e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
Universitas Sumatera Utara
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g.
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan; i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi dalam keadaan mendesak untuk melaksanakan cegah dan tangkal terhadap orang yang disangka
melakukan tindak pidana; k. Memberikan petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri
sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum;
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab. Terkait dengan pejabat kepolisian, Pasal 18 menyatakan, untuk kepentingan
umum pejabat kepolisian negara RI dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri Ayat 1. Pelaksanaan ayat ini hanya
dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian negara RI Ayat 2.
Selanjutnya dikatakan dalam Pasal 19, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat kepolisian senantiasa bertindak berdasarkan norma agama, kesopanan,
kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia Ayat 1. Demikianlah antara lain cakupan 3 macam tugas pokok dan fungsi kepolisian
RI yang dijabarkan lebih lanjut dalam 12 macam tugas dengan dibekali sebanyak 36
Universitas Sumatera Utara
wewenang untuk melaksanakan semua tugas tersebut. Wewenang sebanyak itu masih juga diberi “kewenangan lain” Pasal 15 Ayat 2 poin k yang masih dalam lingkup
tugas kepolisian. Dalam penjelasan masing-masing pasal dikatakan “Cukup jelas”. Selanjutnya dalam perkembangan lebih lanjut, Polri mengalami Reformasi
yang merujuk pada momentum dipisahkannya Polri secara kelembagaan dari TNI ABRI, pada April 1999 melalui Instruksi Presiden Inpres No 2 Tahun 1999
tentang Langkah-langkah Kebijakan dalam Rangka Pemisahan Polri dan ABRI. Kebijakan tersebut kemudian diikuti dengan dikeluarkannya kebijakan lain
berupa TAP MPR No. VI Tahun 2000 Tentang Pemisahan Polri dan TNI, dan TAP MPR No. VII Tahun 2000 Tentang Peran Polri dan TNI. Kebijakan ini mengakhiri
status Polri di bawah garis komando ABRI selama Orde Baru. Dengan pemisahan struktur organisasi ini aparat kepolisian diharapkan tidak lagi tampil dalam
performance dan watak yang militeristik, dan dapat bekerja profesional sebagai aparat kepolisian sipil secara profesional.
Kalangan pemerhati reformasi kepolisian menggarisbawahi bahwa pemisahan kemandirian Polri dari TNI bukan merupakan tujuan, tapi sebagai langkah
dimulainya reformasi Polri. Tujuan reformasi kepolisian adalah membangun kepolisian sipil yang profesional dan akuntabel dalam melayani masyarakat sesuai
dengan menjunjung tinggi norma-norma demokrasi, menghormati HAM dan hukum internasional lainnya. Reformasi Polri merupakan bagian dari reformasi sektor
keamanan yang juga memiliki jalinan interdependensi dengan reformasi di sektor lain.
Universitas Sumatera Utara
D. DisharmoniBenturan Kewenangan antara KPK, Kejaksaan dan Kepolisian