N a
s i
2.
un Bank Central Asia
BCA 15
,8 2
tri li
1 8
, 6
4 Soedon
o Salim
3. ,8
tri li
un 6
, 2
7 man
Admadj aja
Bank Danamon 13
1 Us
4. Bank Umum Nasional BUN
5,09 triliun
6,00 Bob
Hasan
5. Bank
a Raya BIR 3,66
triliun ,31
Indonesi A
4 Atang
Latief
B. Proses penyelesaian k sus BLBI yang sudah ditempuh
Dalam perjalanan proses penyelesaian kasus BLBI ini, pemerintah era Habibie memb
Ba atan P
kan Nasion ntuk
menyelesaikan kasus BLBI. BPPN menempuh beberapa mekanisme yang bertujuan untuk m
h para obligor BLBI
a
entuk BPPN dan Penyeh
erban al u
engembalikan asset Negara yang telah di bawa kabur ole
Universitas Sumatera Utara
dima a deng erapa po perjanjian se ai dengan
dan kemampuan dari para pemegang saham bank penerima BLBI skema PKPS.
Perjanjian terse 1. Mengalihkan kewajiban bank menjadi kewajiban pemegang saham pe
Pemerintah, bersama pemegang saham bank beku operasi BBO dan bank beku kegiatan usaha BBKU, menandatangani master settlement and
acquisition agreement MSAA, pola ini dan master refinancing agreement and note issuance agreement MRNIA. Tujuannya untuk mengembalikan BLBI, baik
melalui penyerahan aset maupun pembayaran tunai kepada BPPN. 2. Pengkonversian BLBI pada bank-bank take over BTO menjadi penyertaan
modal sementara PMS. 3. Mengalihkan utang bank ke pemegang saham pengendali, melalui pola
penyelesaian kewajiban pemegang saham pengendali PKPS. Caranya dengan menandatangani akta pengakuan utang APU.
Kebijakan pemerintah pada masa megawati dalam penyelesaian kasus BLBI adalah mengeluarkan Inpres No. 8 Tahun 2002 tentang Release and Dischage
Pemberian Jaminan Kepastian Hukum Kepada Debitur yang Telah Menyelesaikan Kewajibannya Atau Tindakan Hukum Kepada debitur Yang Tidak Menyelesaikan
Kewajibannya Berdasarkan Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham. Inpres yang dikeluarkan tanggal 30 Desember 2002 menginstruksikan kepada Menko Bidang
n an membuat beb
la su
kondisi
but berupa :
115
ngendali.
115
Kwik Kian Gie, Interpelasi BLBI Kepada SBY Salah Alamat, Minggu, 13 Januari 2008, diakses dari situs : www.hukumonline.com.
Universitas Sumatera Utara
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan KKSK, Menteri akiman dan HAM, Para M
Keh enteri anggota KKSK, Menteri Negara BUMN, Jaksa
lan dal
ya kepada BPPN berdasarkan perjanj
saham lainnya, terdiri dari delapan pemegang saham
Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian RI dan Ketua BPPN untuk mengambil gkah-langkah yang diperlukan bagi Penyelesaian Kewajiban Pemegang saham
am rangka penyelesaian seluruh kewajibann ian MSAA, MRNIA, APU.
Para obligor BLBI dianggap sudah menyelesaikan utangnya dan mendapatkan Surat Keterangan Lunas - walaupun hanya 30 persen dari jumlah kewajiban
pemegang saham JKPS dalam bentuk tunai dan 70 persen dibayar dengan sertifikat bukti hak kepada BPPN. Atas dasar bukti ini, para obligor yang diperiksa dalam
proses penyidikan maka akan dikeluarkan SP 3 dan apabila perkaranya dalam proses di pengadilan maka akan dijadikan novum atau bukti baru yang akan membebaskan
mereka. Hingga berakhirnya BPPN tahun 2004, dari 39 pemegang saham penandatangan Perjanjian Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham PKPS, 23
pemegang saham telah memenuhi kewajibannya sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan pemerintah.
Sementara itu 16 pemegang tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan batas waktu yang telah
ditetapkan pemerintah dan delapan pemegang saham lainnya dinyatakan tidak kooperatif dan penanganannya akan dilakukan oleh aparat penegak hukum.
Akibatnya Inpres No. 8 Tahun 2002 tentang Release and Discharge, Kejaksaan
Universitas Sumatera Utara
menghentikan proses penyidikan SP3 terhadap sedikitnya 10 tersangka korupsi BLBI pada tahun 2004.
116
Alasan kejaksaan menghentikan penyidikan karena para tersangka telah mendapat Surat Keterangan Lunas SKL dari BPPN. Penghentian penyidikan dalam
kasus korupsi BLBI ini pada akhirnya memperpanjang jumlah SP3 yang telah diberik
tur dalam MSAA Master of Acquisition and Agreement dan me
1. UU
an pihak kejaksaan dan secara eksplisit membebasakan tuntutan hukum secara pidana kepada para obligor BLBI sehingga bebas dari ancaman hukuman penjara.
Mencermati peraturan yang menjadi dasar berlakunya R D, maka Release and Discharge RD yang arti harafiahnya adalah bebaskan dan bayar utang
merupakan kebijakan yang diberikan oleh pemerintah sebelumnya kepada para debitur bermasalah untuk mengembalikan cicilan kerugian negara dengan potongan
dari 16-36 persen, yang dia rupakan perjanjian penyelesaian utang di luar pengadilan settlement out of
court. Namanya saja sudah perjanjian yang bersifat perdata, sehingga tidak dapat menghilangkan tuntutan pidana. Dalam konteks tersebut, maka terdapat tiga
ketentuan hukum yang diabaikan bila tidak melakukan tindakan litigasi atau tindak lanjut terhadap kasus BLBI, yaitu :
117
No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, Pasal 4 yang
menegaskan, Pengembalian kerugian negara atau perekonomian negara tidak
116
Soehandjono, “Bank Indonesia Dalam Kasus BLBI”, Jakarta 2002.
117
Martin Basiang - pengamat hukum, mantan Jam Datun, “BLBI dan Release and Discharge, diakses dari situs : http:www.suarapembaruan.comNews20080313Editoredit03.htm,
13 Maret 2009.
Universitas Sumatera Utara
menghapuskan dipidananya pelaku pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dan Pasal 3. Adapun Pasal 2 dan Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 menyebutkan :
Pasal 2 1 Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar
m hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
Pas Set
atau yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keu seu
p atau pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 lima puluh
juta keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 dua
ratus juta rupiah.
2 Dala dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
al 3 iap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
angan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara mur hidu
rupiah dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu milyar rupiah.
Universitas Sumatera Utara
2. men
pelaku yang secara hukum terlibat dalam penyimpangan BLBI.
3. dang
ekurang-kurangnya 7 tujuh tahun dan paling lama 15 lima belas tahun
h tersebut sebenarnya
ora per
sara den
pid dal
TAP MPR-RI No.X2001 huruf C tentang Ekonomi dan Keuangan yang
ugaskan Pemerintah melakukan tindakan tegas terhadap para
terbukti Pasal 50 A UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Un
Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang menyatakan bahwa : “Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh dewan komisaris, direksi, atau pegawai
bank untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang mengakibatkan bank tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan
bank terhadap ketentuan dalam Undang-undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana
penjara s serta denda sekurang-kurangnya Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah
dan paling banyak Rp200.000.000.000,00 dua ratus miliar rupiah”. Perbuatan yang dilakukan oleh para debitur bermasala
sudah dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang memperkaya diri sendiri atau ng lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
ekonomian negara, dengan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau na yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. Sehingga seharusnya
gan pengembalian kerugian negara dimaksud tidak menghilangkan proses ananya settlement of court. Selain itu Pemerintah sendiri tidak bertindak tegas
am penegakan hukumnya.
Universitas Sumatera Utara
Pemerintah menerbitkan instruksi presiden inpres yang berkaitan dengan D, yang berisi tiga hal, yaitu: tentang pedoman dalam mengamb
R il kebijakan
terhada
n debitur yang tidak atau tidak bersedia menyelesaikan sam
aspek
disc balian asset ketimbang penegakan
den p debitur yang telah, yang sedang, dan yang tidak melakukan penyelesaian
perjanjian penyelesaian kewajiban pemegang saham yang sudah ditandatangani. Lebih jauh sebenarnya dalam Inpres No. 8 Tahun 2002 menegaskan bahwa :
118
1. debitur yang telah melakukan penyelesaian akan diberikan bukti penyelesaian berupa pelepasan dan pembebasan atau RD dalam rangka jaminan kepastian
hukum sebagaimana diatur dalam perjanjian. 2. debitur yang sedang melakukan penyelesaian diberi kesempatan untuk secepatnya
menyelesaikannya. Adapu pai dengan berakhirnya batas waktu yang telah ditentukan akan diambil
tindakan hukum yang tegas dan konkret. 3. Dalam rangka memberikan kepastian hukum dari aspek pidana, maka pada kasus
yang masih dalam tahap penyelidikan, penyidikan, dan atau penuntutan oleh instansi penegak hukum, sekaligus juga dilakukan proses penghentian
pidananya. Di era SBY mekanisme penyelesaian masih menggunakan prinsip release and
harge dimana lebih memprioritaskan pengem hukum. Ironisnya lagi, pemerintah SBY memberikan perlakuan yang berlebihan
gan “menggelar karpet merah” kepada 3 obligor BLBI yaitu Atang Latief, James
118
Elwi Danil, “Analisis Hukum Kasus BLBI”, diakses dari situs : http:elwidanil.multiply.comjournalitem1, 5 Juni 2009.
Universitas Sumatera Utara
Jan penyelesaian hutangnya. Perlakuan yang seharusnya tidak layak di berikan oleh
Neg pen
Hen pandji menggantikan Abdurrahman Saleh, Kejaksaan Agung
menun
gi banyak terdakwa melarik
uardy, dan Ulung Bursa datang ke Istana Negara untuk merundingkan pola
seorang kepala Negara kepada para koruptor kelas kakap yang telah merugikan ara miliaran rupiah. Meskipun demikian, ada sedikit kemajuan dalam proses
anganan kasus BLBI di era SBY ini dimana sejak di lantiknya Jaksa Agung baru darman Su
jukkan keseriusannya dimana dengan membentuk tim pemburu koruptor dan upaya menjalin kerjasama ekstradisi dengan Australia serta terus melakukan proses
penyidikan salah satunya dengan memanggil kwik Kian Gie dan beberapa mantan penjabat lainnya yang in charge semasa pengucuran dana BLBI.
Memang pemerintah nampaknya sudah berusaha keras untuk menyeret para pelaku korupsi dana BLBI, tapi selalu kandas. Dalam catatan ICW, hingga akhir
tahun 2005, sudah 60 orang diperiksa. Tapi baru 16 orang yang diproses ke pengadilan, enam tersangka masih dalam proses penyidikan, dan 26 orang lainnya
masih dalam proses penyelidikan. Meskipun 16 orang sudah dibawa ke pengadilan, namun hasil yang dicapai secara keseluruhan sangat mengecewakan. Tiga tersangka
dibebaskan oleh pengadilan. Dari 13 tersangka yang telah divonis penjara oleh hakim di tingkat pertama, banding, atau kasasi, hanya Hendrawan Haryono, terpidana kasus
korupsi BLBI Aspac yang berhasil dijebloskan ke penjara. Dua terdakwa lainnya tidak langsung masuk ke bui. Dan yang paling menyedihkan la
an diri ke luar negeri setelah dinyatakan bersalah dan divonis penjara oleh hakim pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
Titik terang penyelesaian kasus BLBI ini tampaknya muncul di tahun 2007 ini terutama dengan naiknya Hendarman Supandji sebagai Jaksa Agung, di mana ia
menegaskan bahwa kasus BLBI telah menyakitkan hati rakyat Indonesia. Tim yang terdiri dari 35 jaksa yang secara khusus menangani kasus BLBI pun dibentuk pada 22
Juli 2007. Tim ini akan mengusut 3 kasus yang nilai kerugiannya mencapai puluhan triliun. pertama, kasus dugaan penyimpangan dalam penyerahan nilai asset pemegang
saham Pengendali PSP kepada BPPN sebesar Rp. 52,7 triliun yang ternyata berdasarkan audit PwC hanya sebesar Rp. 23 triliun. Pada 11 Maret 2004 keluar Surat
Keterangan Lunas SKL yang bertentangan dengan hasil audit BPK yang melaporkan bahwa asset yang diterima BPPN dari hasil penjualan asset saham hanya
Rp.19tr iliun. Kedua, kasus total penerimaan dana BLBI sebesar Rp. 37,039 triliun
yang dari perhitungan setelah dikembalikan total nilai asset hanya Rp. 3,459 triliun. Ketiga, terkait dengan Peninjauan Kembali PK atas vonis terdakwa kasus Bank
Bali.
119
Berdasarkan data yang beredar dua obligor yang menjadi prioritas yang akan diusut adalah Anthony Salim BCA dan Sjamsul Nursalim BDNI. Recovery rate
nilai penjualan dari aset Salim Group yang diserahkan ke BPPN hanya 36,77 persen atau hanya Rp 19,38 triliun dari Rp 52,72 triliun yang seharusnya dibayarkan ke
negara. Anthony Salim telah mendapat SKL dari pemerintah. Sementara terhadap Sjamsul Nursalim, berdasar audit BPK itu, dana BLBI yang harus dibayar Rp 28,488
119
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
triliun. Namun setelah dilakukan perhitungan oleh auditor dari Price Waterhouse Cooper pada 2000, nilai aset Sjamsul Nursalim hanya Rp 1,441 triliun.
120
LBI DPR RI pa
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa setidaknya terdapat 65 obligor kasus BLBI yang belum secara tuntas diselesaikan. Adanya prioritas yang hanya
menitikberatkan pada dua kasus di atas, mengindikasikan bahwa praktek tebang pilih masih mewarnai upaya penegakan hukum di Indonesia. Sementara itu, yang terlibat
di dalam kasus BLBI tersebut tidak hanya para obligor yang mendapatkan kucuran dana, tetapi juga para pengambil kebijakan baik di tubuh pemerintah ataupun Bank
Indonesia, bahkan jaksa yang pernah menangani kasus yang merugikan negara triliun rupiah tersebut juga harus diusut. Berdasarkan rekomendasi Panitia Kerja B
da Maret 2000 telah menyebutkan setidaknya 47 nama yang diduga mendapatkan bagian BLBI selain dari 48 bank yang terkait kasus tersebut.
121
Terlebih lagi, tarik-menarik kepentingan di sekitar kasus BLBI ini tidak hanya berputar pada aspek hukum dan ekonomi semata, tetapi juga telah menjadi sebuah
magnet yang memiliki daya tarik yang kuat terhadap kepentingan politik, tidak hanya pada tataran nasional tetapi juga internasional. Bahkan kuat sekali indikasi bahwa
kasus BLBI ini justru dijadikan komoditas politik para elit sebagai alat pencapaian kepentingan.
C. Pengambilalihan kasus BLBI oleh KPK