BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG KPK,
KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN
A. Tugas, Fungsi dan Wewenang KPK berdasarkan UU No. 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Didasari ketidakpercayaan terhadap instansi penegak hukum yang telah ada dalam pemberantasan korupsi, maka eksekutif dan legislatif membentuk Komisi
Pemberantasan Korupsi atau disingkat menjadi KPK. Keberadaan komisi ini mengacu pada The Independent Comission Against Corruption ICAC yang
didirikan oleh pemerintah Hongkong pada tahun 1974. Komisi Pemberantasan Korupsi KPK adalah salah satu lembaga negara baru
yang dibentuk dengan semangat reformasi hukum dalam penegakan tindak pidana korupsi, yang dibentuk melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi atau disingkat menjadi KPK, merupakan suatu komisi khusus yang dasar pendiriannya
diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan secara lebih dalam diatur dalam Undang-Undang Nomor
30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Tujuan dibentuknya KPK tidak lain adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK berwenang menindak siapa pun yang
Universitas Sumatera Utara
dipersangkakan melakukan tindak Pidana Korupsi. Secara tegas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK menyatakan, KPK dalam melakukan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tunduk kepada hukum acara yang berlaku. KPK dapat dikategorikan sebagai badan khusus ad hoc yang berwenang untuk
melakukan penanganan kasus-kasus korupsi tertentu seperti yang diisyaratkan oleh Pasal 11 dan 12 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang KPK, yaitu:
1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum atau penyelenggara Negara; 2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat;
3. Menyangkut kerugian Negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,- satu miliar rupiah.
Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka KPK :
1. Dapat menyusun jaringan kerja networking yang kuat dan memperlakukan konstitusi yang telah ada sebagai ”counterpartner” yang kondusif sehingga
pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. 2. Tidak memonopoli tugas dan wewenang penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan. 3. Berfugsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam
pemberantasan korupsi trigger mechanism.
Universitas Sumatera Utara
4. Berfungsi untuk melakukan supervisi dan memantau institusi yang telah ada, dan dalam keadaan tertentu dapat mengambil alih tugas dan wewenang penyelidikan,
penyidikan, dan penuntutan yang dilaksanakan oleh kepolisian danatau kejaksaan.
KPK sebagai lembaga baru yang notabene aparaturnya pun mengambil dari instansi penegak hukum yang telah ada tentu akan mengalami ketidaksempurnaan
dalam pelaksanaan tugasnya, dikarenakan kesempurnaan sebuah lembaga dapat tercipta ketika lembaga tersebut melakukan pembenahan didasari dari
pengalamannya, dengan kata lain segala kelemahan lembaga tersebut dapat diketahui setelah mengalami perjalanan di dalam pelaksanaan tugasnya. Disisi lain dengan
aparaturnya yang terbatas dan pertimbangan biaya yang sangat besar, keberadaan KPK pun tidak sampai ke daerah-daerah. Hal ini juga dapat menghambat tugas
pemberantasan korupsi secara menyeluruh oleh KPK apabila tidak dilakukan pembenahan juga terhadap instansi penegak hukum yang telah ada.
Komisi Pemberantasan Korupsi KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun Pasal 3.
42
Tujuan dibentuknnya KPK tidak lain adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi. KPK dibentuk karena institusi Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Partai Politik dan Parlemen yang seharusnya mencegah korupsi tidak berjalan bahkan larut
dan terbuai dalam korupsi. Pemberantasan tindak pidana korupsi yang terjadi sampai
42
Pasal 3 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Universitas Sumatera Utara
sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal. Oleh karena itu pemberantasan korupsi perlu ditingkatkan secara professional, intensif, dan berkesinambungan.
Karena korupsi telah merugikan keuangan negara, perekonomian negara, dan menghambat pembangunan nasional. Begitu parahnya maka korupsi di Indonesia
sudah dikategorikan sebagai tindak pidana luar biasa extra ordinary crime. Cara penanganan korupsi harus dengan cara yang luar biasa. Untuk itulah dibentuk KPK
yang mempunyai wewenang luar biasa, sehingga kalangan hukum menyebutnya sebagai suatu lembaga super super body.
Pada dasarnya pembentukan KPK ditujukan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya berasaskan pada :
43
1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan
menjalankan tugas dan wewenang KPK. 2. Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskrimnatif tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
3. Akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan KPK harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
43
Adib Bahari dan Khotibul Umam, Komisi Pemberantasan Korupsi dari A sampai Z, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hal. 30-31.
Universitas Sumatera Utara
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif.
5. Proporsionalitas, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang, tanggung jawab dan kewajiban KPK.
Dalam tahun pertama menjalankan peranannya sebagai ujung tombak memerangi korupsi, KPK menghadapi beberapa kendala yang klasik antara lain
keterlambatan pencairan dana dari pemerintah. Hal ini mengundang kritik miring dari berbagai pihak seperti Munarman, Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia YLBHI bahwa KPK hanya mencari-cari alasan apabila ditagih tentang kinerja pimpinan KPK. Dia juga menambahkan bahwa sulitnya memberantas korupsi
karena pemerintah khususnya pejabat-pejabat yang berwenang dalam memberantas korupsi sama sekali tidak memiliki kemauan politik political will. Selanjutnya Satya
Arinanto, dosen Hukum Tata Negara Universitas Indonesia mengatakan tidak ada upaya KPK dalam menjalankan peranannya memberantas korupsi bukan karena
faktor keterlambatan dana, karena KPK juga dapat dana dari luar negeri maupun bantuan asistensi dari partnership. Tidak ada kinerja KPK karena semata-mata
pemimpin KPK bukan orang yang terbaik.
44
Faktor lain yang menghambat adalah kosongnya posisi Sekretaris Jenderal KPK hampir delapan bulan setelah dibentuk,
44
Harian Kompas, edisi tanggal 24 Mei 2004, http:www.kompas.com
Universitas Sumatera Utara
sehingga mengganggu jalannya roda administrasi. Sebenarnya hal ini bisa ditanggulangi dengan mengangkat Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal.
Setelah hampir setengah setahun setelah berdirinya, KPK tidak menunjukkan kinerjanya, maka KPK menuai keritik tajam dari pakar hukum Achmad Ali, yang
juga anggota Komisi Nasional HAM dan praktisi hukum Bambang Widjayanto mengatakan bahwa KPK lebih menempatkan diri seperti akademisi, dan menjadi
institusi wacana yang terlalu mengada-ada.
45
Andi Hamzah menekankan bahwa dalam enam bulan pertama KPK baru mau mencari apa yang harus dikerjakan.
46
Sebenarnya untuk melakukan peranannya KPK diberikan kewenangan yang luar biasa seperti yang diatur dalam Pasal 6 butir b, c, d dan e UU. No. 30 tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa lembaga ini dapat bertindak mulai dari :
1. mensupervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan tindak pidana
korupsi; 2. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi; 3. melakukan tindakan pencegahan korupsi;
4. memonitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
47
Dalam menangani kasus KPK diberi kewenangan memperpendek jalur birokrasi dan proses dalam penuntutan. Jadi KPK mengambil sekaligus dua peranan
45
Harian Kompas, edisi tanggal 29 April, 2005, http:www.kompas.com
46
Harian Kompas, edisi tanggal 7 Mei. 2004, http:www.kompas.com
47
Undang-undang No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Universitas Sumatera Utara
yaitu tugas Kepolisian dan Kejaksaan yang selama ini tidak berdaya dalam memerangi korupsi. Disamping itu KPK diberi kewenangan untuk melakukan
pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenang yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi dan instansi yang
dalam melaksanakan pelayanan publik Pasal 8 Ayat 1.
48
Selanjutnya dalam rangka melaksanakan tugas supervisi, KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian atau penelaahan terhadap instansi yang menjalan
tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, dan isntansi yang melaksanakan pelayanan publik. Hal ini menunjukkan
bahwa KPK merupakan lembaga super body, terlebih karena KPK juga memiliki kewenangan untuk mengambilalih penyidikan atau penuntutan yang sedang
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan. Lebih lanjut ditegaskan bahwa kepolisian atau kejaksaan wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta alat
bukti dan dokumen lainnya yang diperlukan dalam waktu paling lama 14 empat belas hari kerja, terhitung sejak tanggal diterimanya permintaan dari KPK.
Sebagai bukti autentik peralihan wewenang penyidikan atau penuntutan, maka dilakukan dengan membuat dan menandatangani berita acara penyerahan sehingga
segala tugas dan kewenangan kepolisian atau kejaksaan pada saat penyerahan tersebut beralih kepada KPK. Sebagai sebuah tindakan hukum, pengambilalihan
48
Undang-undang No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Universitas Sumatera Utara
penyidikan dan penuntutan tidak boleh dilakukan dengan semena-mena, melainkan harus berdasarkan alasan-alasan tertentu, yaitu :
49
1. laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditinjaklanjuti; 2. proses penanganan tindak pidana korupsi tidak ada kemajuanberlarut-larut
tetunda tanpa alasan yang bisa dipertanggung jawabkan; 3. penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku korupsi
yang sesungguhnya; 4. penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi;
5. adanya hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena campur tangan dari eksekutif, yudikatif atau legislatif; atau
6. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat
dipertanggung jawabkan. KPK juga diberi kerwenangan untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan tindak pidana korupsi yang Pasal 11 :
50
1. melibatkan aparat pengak hukum, penyelengara negara dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat
pengak hukum dan penyelengara negara; 2. mendapat perhatian dan meresahkan masyarakat; danatau
3. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp1.000.000.000 satu miliar rupiah.
49
Adib Bahari dan Khotibul Umam, Op.cit, hal. 33.
50
Undang-undang No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memerangi tindak pidana korupsi yang dikategorikan sebagai tindak pidana luara biasa extra ordinary crime, maka KPK diberi tambahan kewenangan
yang tidak dimiliki instititusi lain yaitu: 1. melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
2. memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang berpergian keluar negeri;
3. meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;
4. memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa,
atau pihak lain yang terkait; 5. meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada
instansi terkait; 6. menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan
perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang
diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana korupsi yang sedang diperiksa;
7. meminta bantuan interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti diluar
negeri;
Universitas Sumatera Utara
8. meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara
tindak pidana korupsi yang sedang ditangani. Melihat kewenangan KPK, maka tidak heran kalau kalangan hukum
menyebutnya sebagai lembaga super superbody. Disamping itu, peranan KPK melebihi dari Kepolisian dan Kejaksaan dimana Kepolisian dan Kejaksaan dapat
mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan dan Penuntutan SPPP dalam perkara tindak pidana korupsi, sebaliknya berdasarkan Pasal 40 UU No 30 Tahun
2002, KPK tidak berwenang mengeluarkan SP3 untuk menghindari adanya main mata antara tersangka dan aparat KPK. Dengan kewenangan yang super tersebut
KPK diharapkan mampu mengeliminasi korupsi secara konseptual dan sistematis. Masyarakat tidak mau tahu akan keluh kesah KPK bekait dengan kurangya personil
maupun kesendirian KPK dalam menangani tindak pidana korupsi.
B. Tugas, Fungsi dan Wewenang Kejaksaan berdasarkan UU No. 16 Tahun