adanya pengakuan atau validasi dari orang lain terhadap kehilangan loss agar seseorang mengalami grief.
B. FASE GRIEF
Menurut Sanders 1992, ada 5 lima fase berbeda yang ada pada saat berduka. Fase ini tidak harus berawal dari satu titik, dan tidak harus melewati
setiap proses secara berurutan. Individu bisa saja mengalami fase pertama, kemudian langsung mengalami fase keempat tanpa harus menjalani fase kedua
dan ketiga. Individu juga bisa mengalami satu fase lebih dari satu kali. Tidak harus semua simptom dari fase tertentu dialami oleh individu, tetapi bisa saja
hanya sebagian dari simptom tersebut. Dikatakan juga bahwa simptom dan intensitas grief berbeda pada tiap orang.
1. Fase Pertama: Shock
Fase ini merupakan fase yang dialami individu ketika mengalami perubahan fungsi fisiologis dan psikologis secara tidak disadari pada saat
pertama kali menyadari terjadinya kehilangan. Shock secara umum digunakan untuk menggambarkan sejumlah
trauma yang derita. Secara natural, trauma ini bergantung pada banyak hal: bagaimana, kapan, dan dimana kematian itu terjadi. Jika kematian
digambarkan terjadi dengan sangat cepat dan tiba-tiba, shock yang dialami oleh anggota keluarga mungkin akan lebih kuat. Kondisi dimana kematian
terjadi akan mempengaruhi tingkat keparahan dan panjangnya waktu yang dibutuhkan pada fase shock.
Universitas Sumatera Utara
Fase shock memiliki beberapa karakteristik umum, yang dapat diidentifikasi sebagai:
a. State of Alarm
Ketika berada dalam keadaan shock, tubuh berada dalam keadaan tanda-tanda fisiologis yang kuat. Respon fisik ini adalah reaksi natural
ketika perasaan aman sedang terancam. Ketika mengalami kehilangan loss, reaksi yang dirasakan seperti perasaan takut dan kadang-kadang
menjadi panik. Akibatnya, tubuh membentuk sebuah posisi pertahanan untuk melindungi diri.
b. Ketidakpercayaan
Ketidakpercayaan dan penolakan terjadi ketika dalam keadaan berduka karena kedua hal ini bertindak sebagai pertahanan. Kedua hal ini
membantu untuk menjalani proses kehilangan loss yang sesungguhnya. Pada saat pertama kali mengalami grief, sangat tidak mungkin untuk
berpikir tentang hal lain kecuali tentang kehilangan loss. c.
Confusion Mulai merasa kebingungan, tidak bisa mengingat apapun, sulit
berkonsentrasi, menghilangkan benda-benda seperti kunci, kacamata, atau buku agenda, dan merasa sulit untuk mengambil keputusan. Reaksi ini
sangat normal. Dunia seakan-akan telah hancur saat orang yang dicintai diambil.
d. Restlessness
Di awal masa duka, individu akan merasa resah dan gelisah. Meningkatnya tegangan pada otot-otot menyebabkan perpindahan tanpa
Universitas Sumatera Utara
sadar dari satu tempat ke tempat lain tanpa tujuan. Individu sering terlihat berjalan mondar-mandir dari suatu ruangan ke ruangan yang lain tanpa
suatu tujuan yang jelas. e.
Feelings of Unreality Merasa bahwa keadaan yang dialami saat itu bukanlah suatu hal
yang nyata. Ini merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri dalam menghadapi situasi emosi yang sangat menyakitkan.
f. Helplessness
Individu merasa membutuhkan pertolongan, karena peristiwa kehilangan merupakan suatu kejadian dalam hidup yang dapat
menyebabkan individu sulit mengontrol diri, dan tidak ada sesuatu yang dapat dilakukan untuk mengembalikan orang yang dicintai. Individu
merasa seperti anak-anak kembali, serta membutuhkan bantuan orang lain untuk mengontrol diri sehingga dapat menjalani hidup secara wajar.
2. Fase Kedua: Awareness of Loss