c. Informed consent, yaitu partisipan menyatakan persetujuannya untuk
terlibat dalam penelitian, setelah ia mendapatkan informasi yang benar tentang penelitian yang melibatkannya tersebut Kvale dan Neuman dalam
Poerwandari, 2001. d.
Meminta izin partisipan untuk merekam pembicaraan pada tape recorder dari awal sampai akhir wawancara.
e. Wawancara terlebih dahulu diawali dengan percakapan-percakapan ringan
sebelum melakukan wawancara mendalam. Hal ini bertujuan untuk membuat suasana wawancara menjadi rileks dan tidak kaku.
f. Wawancara dimulai dari pertanyaan-pertanyaan umum, yang kemudian
makin lama makin khusus berdasarkan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3. Tahap Pencatatan Data
Semua data yang diperoleh pada saat wawancara direkam dengan alat perekam dengan persetujuan subjek penelitian sebelumnya. Hasil rekaman ini
kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di
atas kertas.
H. Teknik dan Prosedur Pengolahan Data
Beberapa tahapan dalam menganalisa data kualitatif menurut Poerwandari
2007, yaitu : 1. Koding
Universitas Sumatera Utara
Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan
mensistemasi data secara lengkap dan mendatail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Semua
peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan
prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak dan bertanggungjawab memilih cara koding yang dianggap paling efektif bagi
data yang diperolehnnya Poerwandari, 2007.
2. Organisasi data
Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa
organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk :
a. Memperoleh data yang baik,
b. Mendokumentasikan analisis yang dilakukan,
c. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian peneliti.
Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses
sebagainya transkip wawancara, data yang sudah ditandaidibubuhi kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data
dan langkah analisis.
3. Analisis tematik
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan pola yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola tersebut tampil secara
acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau
indikator yang kompleks, kulifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara
minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan
interpretasi fenomena.
4. Tahapan interpretasianalisis
Kvale dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam.
Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poewandari, 2007, yaitu : pertama, konteks interpretasi pemahaman diri self understanding
terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat condensed apa yang oleh subyek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari
pernyataan-pernyataannya. Interpretasi tidak dilihat dari sudut pandah peneliti, melainkna dikembalikan pada pemahaman diri subjek penelitian, dilihat dari sudut
pandangg dan pengertian penelitian tersebut. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis critical commnsense understanding terjadi bila
peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri subjek penelitiannya. Peneliti mungkin akan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada
kerangka pemahamn subjek, bersifat krisis terhadap apa yang dikatakan subjek, baik dengan memfokuskan pada ”isi” pernyataan maupun pada subjek yang
Universitas Sumatera Utara
membuat pernyataan. Meski demikian semua itu tetap dapat ditempatkan dalam konteks penalaran umum : peneliti mencoba mengambil posisi sebagai
masyarakat umum dalam mana subyek berada. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini,
kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subyek ataupun
penalaran umum.
5. Pengujian terhadap dugaan