13
1. Bagaimana kedudukan dan akibat hukum perkawinan dan perceraian dibawah tangan ditinjau dari Hukum Islam dan ketentuan Hukum Positif yang berlaku
di Indonesia ? 2. Apa hambatan-hambatan yang dihadapi pelaku perkawinan dan perceraian
dibawah tangan menurut Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia dan apa solusi hukumnya ?
Dalam permasalahan beberapa penelitian sebagaimana disebutkan diatas ternyata judul dan permasalahannya tidak ada yang serupa atau sama dengan yang
diteliti saat ini. Oleh karena itu penelitian ini asli dan secara akademis dapat saya pertanggungjawabkan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifikasi atau proses tertentu terjadi,
13
dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
14
Teori adalah merupakan suatu prinsip atau ajaran pokok yang dianut untuk mengambil suatu tindakan atau memecahkan suatu masalah. Landasan teori
merupakan ciri penting bagi penelitian ilmiah untuk mendapatkan data. Teori merupakan alur penalaran atau logika flow of reasoninglogic, terdiri dari
13
M.Wuisman, dengan penyunting M. Hisyam, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, FE-UI, Jakarta, 1996, hal. 203.
14
Ibid , hal. 16
Universitas Sumatera Utara
14
seperangkat konsep atau variable, defenisi dan proposisi yang disusun secara sistematis.
15
Ilmu hukum dalam perkembangannya tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai bidang ilmu lainnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono
Soekanto bahwa “perkembangan ilmu hukum selain tergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori.”
16
Teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya
memberikan kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum.
17
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan
perbandingan, pegangan teoritis.
18
Teori diperlukan untuk menerangkan atau menjelaskan gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.
19
Menurut Maria Sumardjono, teori adalah “Seperangkat proposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antar
variabel sehingga
menghasilkan pandangan
sistematis dari
fenomena yang
15
J.Supranto MA, Metode Penelitian Hukum dan statistic, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hal 194
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, 1986, hal. 6
17
Otje Salman dan Anton F Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005, hal. 21
18
.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Cv. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.27
19
Wuisman,dengan penyunting M.Hisyam,Penelitian Ilmu-ilmu Sosial,jilid I, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,1996,hal.203 dalam S.Mantayborbir, Sistem Hukum Pengurusan
Piutang , Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004, hal. 13
Universitas Sumatera Utara
15
digambarkan oleh suatu variabel dengan variabel lainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antar variabel tersebut.”
20
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk mensistimasikan penemuan- penemuan penelitian, memuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan
menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang
dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dinyatakan benar.
21
Teori yang digunakan sebagai pisau analisis pada penelitian ini adalah teori keadilan yang dikemukakan oleh John Rawls melalui karyanya A Theory of Justice
22
bahwa teori keadilan merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menghasilkan keadilan. Ada prosedur-prosedur berfikir untuk menghasilkan keadilan.
Rawls merumuskan tiga prinsip keadilan, yaitu sebagai berikut:
23
a. The greatest equal principle,
bahwa setiap orang harus memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua
orang. Ini merupakan hal yang paling mendasar hak azasi yang harus dimiliki semua orang. Dengan kata lain, hanya dengan adanya jaminan kebebasan yang
sama bagi semua orang maka keadilan akan terwujud Prinsip Kesamaan Hak.
20
Maria Sumardjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Gramedia, Yogyakarta, 1989, hal. 12
21
Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.17.
22
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, hal 193.
23
Rimaru, Teori keadilan John Rawls, http:rimaru.web.idteori-keadilan-john-rawls, diakses pada tanggal 12 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
16
b. The different principle
prinsip perbedaan, yang berarti mengijinkan kesetaraan hanya selama ia dipandang menguntungkan bagi para pihak yang terugikan. Bila
tidak, maka ketaksetaraan tidak dapat dipertahankan yang distribusi sama rata diperkenankan.
24
c. The principle of fair equality of opportunity prinsip persamaan kesempatan,
Jabatan-jabatan dan posisi-posisi harus dibuka bagi semua orang dalam keadaan dimana adanya persamaan kesempatan yang adil.
Rawls menyebutkan bahwa konsep keadilan menurutnya adalah sebuah konsep yang bebas kultur, sehingga untuk mewujudkan prinsip-prinsip keadilan di
masyarakat haruslah bersifat fair. Keadilan tersebut harus menguntungkan semua orang dan juga dibuat berdasarkan kesepakatan semua orang. Dengan asumsi bahwa
semua orang hanya berfikir tentang hak-hak yang bersifat umum dan mereka mengabaikan hal-hal spesifik yang mereka ketahui. Dengan demikian semua orang
dapat berfikir seobjektif mungkin demi mencapai keuntungan bersama, yaitu berupa kebebasan dan kesamaan bagi semua orang dalam masyarakat.
Dalam prinsip egalitariannya, Rawls juga menginginkan kesamaan-kesamaan bagi individu-individu, walaupun ketidaksamaan itu juga pasti akan muncul. Untuk
menyikapinya, Rawls menggunakan strategi maksimum, yaitu ketidaksamaan yang terjadi haruslah menguntungkan pihak yang paling beruntung, akan tetapi juga tidak
merugikan oran yang kurang beruntung. Berdasarkan prinsip egalitarian yang dikemukakan oleh Rawls tersebut, untuk mengurang ketidak samaan antara individu
24
Pranoto Iskandar, Hukum HAM Internasional, IMR Pers, Cianjur, 2012, hal 57.
Universitas Sumatera Utara
17
haruslah ada sebuah mekanisme redistribusi nilai-nilai sosial, sehingga masyarakat yang semula kurang beruntung dapat juga menikmati hal yang sama dengan
masyarakat yang lebih beruntung, tanpa harus mengurangi atau merugikan masyarakat yang sudah beruntung.
25
Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah ”mewujudkan keadilan rechtsgerechtigheid,
kemanfaatan rechtsutiliteit
dan kepastian
hukum rechtszekerheid.”
26
“Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith, Guru Besar dalam bidang filosofi moral dan sebagai ahli teori hukum dari Glasgow University
pada Tahun 1750, telah melahirkan ajaran mengenai keadilan justice”.
27
Smith mengatakan bahwa: “tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian” the
end of justice is to secure from injury .
28
Menurut Satjipto Raharjo, Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan
keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang di sebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai
hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.
29
25
Dian andriyani, http:dianandriyani7.blogspot.com201104keadilan.html, di akses pada tanggal 31 januari 2013.
26
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis,Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002, hal. 85
27
Bismar Nasution, Mengkaji Ulang sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi,Pidato pada Pengukuhan sebagai Guru Besar
, USU – Medan, 17 April 2004, hal. 4-5.Sebagaimana dikutip dari Neil Mac Cormick, “Adam Smith On Law”, Valvaraiso University Law Review, Vol. 15, 1981 hal.
244
28
Ibid ., hal 244.
29
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan ke – V, Bandung,2000, hal. 53
Universitas Sumatera Utara
18
Kesemua teori yang dipaparkan di atas dijadikan sebagai pisau analisis untuk mengkaji dan memahami lebih jauh tentang hak pemeliharaan anak setelah terjadinya
perceraian dengan mengambil contoh satu putusan pengadilan. Kemudian memahami dalam objek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi
kaidah hukum seperti yang ditentukan dalam peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Terhadap permasalah itu, pengadilan yang berhubungan sebagai suatu lembaga pencari keadilan dalam memberikan keputusannya harus didasarkan
pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan selain dari adanya pertimbangan yang didasarkan kepada Undang-undang.
2. Kerangka Konsepsi