Upaya Pihak Istri Untuk Dipenuhinya Keputusan Dari Pihak Suami 1.

107 gugatan penggugat dan jawaban tergugat dikutip secara lengkap, padahal dalam Pasal 184 HIRPasal 195 RBg menentukan bahwa setiap putusan pengadilan dalam perkara perdata harus memuat ringkasan gugatan dan jawaban dengan jelas. Pertimbangan tentang hukumnya rechtsgronden, adalah pertimbangan atau alasan dalam arti yang sebenarnya, pertimbangan hukum inilah yang menentukan nilai dari suatu putusan pengadilan, yang penting diketahui oleh pihak-pihak yang berperkara dan hakim yang meninjau putusan tersebut dalam pemeriksaan tingkat banding dan tingkat kasasi. Amar Putusan, dalam gugatan penggugat ada yang namanya petitum, yakni apa yang dituntut atau diminta supaya diputuskan oleh hakim. Jadi Amar putusan diktum itu adalah putusan pengadilan merupakan jawaban terhadap petitum dalam gugatan penggugat.

B. Upaya Pihak Istri Untuk Dipenuhinya Keputusan Dari Pihak Suami 1.

Timbulnya Upaya Hukum Istri Terhadap Suami Yang Tidak Menjalankan Keputusan Hakim Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri dan menyelesaikan suatu perkara sengketa antar pihak. Putusan yang dibuat oleh hakim haruslah mengikuti tata cara yang disyahkan oleh perundang - undangan yang ada, melalui yurisprudensi, kebiasaan –kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis. Universitas Sumatera Utara 108 Sistematika atau susunan putusan harus mengacu pada ketentuan yang ada, untuk itu dalam edaran S.E.M.A telah diberikan semacam guidance atau petunjuk agar sebelum hakim membacakan putusan agar terlebih dahulu membuat konsep putusan tersebut, hal ini dimaksuudkan agar pada saat pembacaan putusan tidak terjadi kesalahan yang fatal yang dapat berakibat cacat sebuah putusan. Pelanggaran, kelalaian atau kealpaan hakim terhadap ketentuan yang telah digariskan oleh perundangan dapat mengakibatkan keputusan yang dibuat menjadi cacat invalid. Bila terjadi hal yang demikian tentunya proses persidangan yang telah berlangsung yang telah banyak menyita waktu akan sangat merugikan bagi para pihak yang bersengketa, disamping itu biaya yang harus dikeluarkan oleh para pihak akan bertambah besar, yang mana hal ini sangat bertentangan dengan prinsip peradilan yang cepat dan biaya murah. Pengadilan dapat mengeluarkan beberapa ketetapan atau mengambil tindakan- tindakan sementara selama masih dalam proses. Ketetapan-ketetapan sementara adalah sama atau mirip dengan semua ketetapan sementara yang dapat diberikan oleh Ketua Pengadilan Negeri dengan surat ketetapan pemberian izin untuk mengajukan gugat cerai. Ketetapan tersebut, adalah sebagai berikut : 120 a. Pengadilan dapat memberi izin kepada isteri, baik selaku penggugat maupun selaku penggugat untuk meninggalkan rumah suaminya selama perkara masih dalam proses. Pengadilan akan menunjuk rumah tempat isteri diwajibkan bertempat tinggal. Pasal 212 KUHPer menentukan bahwa dengan izin pengadilan isteri dapat meninggalkan rumah suaminya. Menurut kata-kata 120 Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Wahidin, SH,M.Hum, 20 Pebruari 2013. Universitas Sumatera Utara 109 dalam pasal tersebut, maka pengadilan tidak boleh menetapkan bahwa isteri dapat terus tinggal dirumah bersama suami ataupun suami harus meninggalkan rumah istri. Tentang penunjukkan rumah isteri oleh Ketua Pengadilan, kalimat dalam Pasal 835 KUHPer tidak begitu tegas, namun demikian telah jelas bahwa undang-undang tidak bermaksud agar Ketua Pengadilan dapat mewajibkan suami meninggalkan rumah bersama sehingga isteri dapat terus bertempat tinggal di rumah itu. b. Pengadilan Negeri dapat menetapkan bahwa selama perkara dalam proses suami harus membayar tunjangan hidup bagi isteri dan anak-anaknya yang mengikuti isteri. Pasal 213 ayat 1 KUHPer. c. Pasal 214 ayat 1 KUHPer menyatakan bahwa selama perkara dalam proses pengadilan untuk sementara dapat menghentikan pelaksanaan kekuasaan orang tua untuk seluruhnya atas bagian serta memberikan hak-hak yang dianggap perlu atas diri dan barang-barang anak-anaknya kepada orang tua yang lain atau kepada pihak ketiga atau kepada Dewan Perwalian. Pasal 24 ayat 2 PP No 9 Tahun 1975 menyatakan bahwa selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan pengugat atau tergugat, pengadilan dapat : a. Menentukan nafkah yang harus ditanggung oleh suami b. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak c. Menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang barang yang menjadi hak bersama suami isteri atau barang-barang yang menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak isteri. Masalah suami yang tidak mau memberikan nafkah pada keluarga banyak terjadi di sebagian masyarakat kita. Bagi istri atau ibu yang tidak mempunyai penghasilan, hal ini tentu sangat memberatkan karena harus menanggung biaya perawatan dan pendidikan anak-anaknya. Secara normatif, hukum di Indonesia, khususnya mengenai hak nafkah bagi istri dan anak, baik dalam masa perkawinan maupun setelah perceraian—, dapat Universitas Sumatera Utara 110 dikatakan sudah cukup melindungi kepentingan perempuan. Pasal 34 ayat 1 UU Nomor 11974 tentang Perkawinan, menyatakan bahwa: Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala keperluan hidup berumahtangga sesuai dengan kemampuannya. Ini berarti bahwa suami berkewajiban penuh memberikan nafkah bagi keluarganya anak dan istri. Ketentuan ini merupakan konsekwensi dari ketentuan yang menetapkan suami sebagai kepala keluarga dan istri sebagai ibu rumahtangga serta pengurus rumahtangga sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 31 ayat 3. Sebenarnya, bila kita tilik lebih jauh, pembagian peran seperti ini akan menimbulkan ketergantungan secara ekonomi bagi pihak perempuan istri. Akibat lebih jauhnya, perempuan istri tidak memiliki akses ekonomi yang sama dengan suami dimana istri tidak memiliki kekuatan untuk memaksa suami memberikan nafkah yang cukup untuk keluarganya. Sehingga seringkali suami memberi nafkah sesuka hatinya saja. Menurut ketentuan pasal 34 ayat 1 UU Perkawinan, baik nafkah istri maupun anak, adalah menjadi tanggung jawab suami atau ayah anak-anak. Tetapi dari beberapa kasus yang terjadi, istri yang diberi tanggungjawab mengatur semua kebutuhan keluarga terkadang sangat sulit mendapatkan hak nafkah dari suaminya, baik karena kemiskinan mereka maupun karena sikap suami yang menjadikan nafkah sebagai alat untuk menegaskan kekuasaannya sebagai suami. Akibatnya, banyak kaum isteri terpaksa dihadapkan pada suatu situasi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya khususnya bagi mereka yang tidak pernah bekerja. Pada situasi dimana suami meninggalkan keluarga begitu saja tanpa ada kabar berita, situasinya semakin Universitas Sumatera Utara 111 sulit karena disamping tidak ada kejelasan tentang status perkawinannya, suami tidak dapat lagi ditemui atau dilacak tempat tinggalnya. Sayangnya tidak ada sebuah institusi sosialpun yang dapat menolong keadaan ini. Biasanya para istri minta bantuan keluarga baik keluarga suami maupun keluarga istri sendiri namun tentu saja hal ini tidak dapat diandalkan sebagai sebuah penyelesaian yang tuntas atas masalah ini. Namun demikian dapat menempuh cara- cara berikut ini: a. Meminta bantuan Badan Penasihat Perselisihan Perkawinan Meski seringkali tidak memuaskan karena cenderung memberikan nasihat yang bias gender dan tidak memiliki daya implementasi dan pemberian sanksi apa-apa kecuali memberi nasihat, namun badan inilah yang secara resmi bertanggungjawab untuk masalah-masalah yang terjadi dalam perkawinan. 121 b. Meminta bantuan kepada instansi tempat suami bekerja Cara ini bisa Anda lakukan dengan membuat surat permohonan yang ditujukan kepada pimpinan perusahaaninstansi tempat suami Anda bekerja. Sebutkan juga, sudah berapa lama suami Anda tidak memberikan nafkah kepada keluarga, sementara Anda sendiri tidak bekerja atau anda bekerja tapi tidak dapat mencukupi kebutuhan pendidikan dan penghidupan anak-anak termasuk perawatan kesehatannya. c. Melakukan Upaya Hukum 121 Berdasarkan hasil wawancara dengan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan Helvetia, Drs. HM Muhyidin, S.Ag, 5 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara 112 Jika jalan musyawarah seperti diatas tidak membawa hasil, Anda dapat melakukan upaya hukum baik ke Pengadilan Negeri bagi yang non muslim maupun ke Pengadilan Agama bagi yang muslim. Pasal 34 ayat 3 UU Perkawinan menyatakan bahwa jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan. 122 Selain itu Anda juga dapat mengadukan secara pidana berdasarkan ketentuan pasal 304 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Pasal ini mengancam hukuman maksimal dua tahun delapan bulan bagi pihak yang sengaja menempatkan atau membiarkan seseorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu. Untuk mengurus proses ini Anda bisa meminta bantuan Lembaga Bantuan Hukum atau pengacara terdekat. Pasal 41 UU Perkawinan menentukan bahwa akibat putusnya perkawinan suami tetap memiliki kewajiban memberikan nafkah kepada anak-anaknya. Ketentuan ini juga dipertegas oleh pasal 105 c Kompilasi Hukum Islam. Namun demikian pasal 41 b UU Perkawinan juga menyatakan bahwa bila Bapak dalam kenyataanya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. Prinsip ini diperkuat oleh Keputusan Presiden nomor 36 tahun 1990 tentang ratifikasi Konvensi Hak 122 Berdasarkan hasil wawancara dengan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan Helvetia, Drs. HM Muhyidin, S.Ag, 5 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara 113 Anak pasal 18 ayat 1 serta UU nomor 7 tahun 1984 tentang ratifikasi Konvensi Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan pasal 16 d yang pada pokoknya menyatakan dalam urusan-urusan yang berhubungan dengan anak-anak menjadi tanggungjawab bersama kedua orang tua. Pasal 149 b KHI hanya memberikan batas waktu tiga bulan masa iddah bagi suami memberikan nafkah untuk istri setelah perceraian. Lalu bagaimana untuk bulan-bulan berikutnya, sementara istri tidak memiliki penghasilan ? Untuk kondisi demikian sangat dimungkinkan untuk menggunakan pasal 41 c yang menyatakan bahwa Pengadilan dapat mewajibkan bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan danatau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri. Meski pasal ini tidak menentukan sampai kapan suami berkewajiban memberikan nafkah bagi mantan istrinya, tetapi bila kita mengacu pada Bab IV pasal 27 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, maka sesungguhnya hakim dapat menggali atau mengapresiasi pasal dari UU Perkawinan tersebut dengan mempertimbangkan bahwa nafkah bagi istri dapat diberikan selama istri tidak memiliki penghasilan lain atau belum menikah lagi. Masalahnya, meski telah ada keputusan Pengadilan sesuai dengan ketentuan- ketentuan tersebut diatas, dalam praktek tidak ada sanksi yang dapat dijatuhkan kepada para suami yang tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan keputusan Pengadilan tersebut. Bila ini terjadi maka langkah yang dapat dilakukan adalah: d. Mengirim Surat Permohonan kepada Pengadilan Universitas Sumatera Utara 114 Surat dapat dikirim yang ditujukan kepada Pengadilan Negeri yang memutuskan proses perceraian, yang isinya mendesak Pengadilan agar mengeluarkan surat perintah eksekusi pelaksanaan putusan. Apabila surat tersebut telah diterima oleh Pengadilan Negeri, maka pihak Pengadilan akan mengirimkan surat peringatan Anmaanning kepada mantan suami untuk melaksanakan isi putusan Pengadilan. Bila surat peringatan pertama tidak dilaksanakan, Pengadilan akan mengeluarkan surat tersebut sampai tiga kali. Bila sampai ketiga kali mantan suami belum juga melaksanakan isi putusan, maka Pengadilan akan melakukan upaya paksa. Akhir dari proses persidangan adalah, lahirnya keputusan oleh Majelis Hakim. Putusan hakim dapat dilaksanakan baik secara sukarela, atau secara paksa dengan menggunakan alat negara, apabila pihak terhukum tidak mau melaksanakan dengan sukarela. Pengadilan Negeri memiliki kekuasaan untuk melaksanakan sendiri segala putusan yang dikeluarkannya. 123 Ada beberapa jenis pelaksanaan putusan, yaitu sebagai berikut : a. Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk membayar sejumlah uang. b. Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk melakukan suatu perbuatan. c. Putusan yang menghukum salah satu pihak untuk mengosongkan suatu benda tetap. 123 Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim Pengadilan Negeri Medan, Wahidin, SH,M.Hum, 20 Pebruari 2013. Universitas Sumatera Utara 115 d. Eksekusi riil dalam bentuk penjualan lelang. 124 Putusan yang dapat dieksekusi selayaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap; a. Pelaksanaan putusan serta-merta, putusan yang dapat dilaksanakan lebih. b. Pelaksanaan putusan provisi. c. Pelaksanaan Akta Perdamaian. d. Pelaksanaan eksekusi grose akta 2. Putusan tidak dijalankan oleh pihak terhukum secara sukarela, meskipun telah diberi peringatan aan maning oleh Ketua Pengadilan. 3. Putusan hakim bersifat komendatoir, artinya tidak memerlukan eksekusi. 4. Eksekusi dilakukan atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan yang memiliki kewenangan. Untuk melakukan eksekusi, yang berwenang hanyalah pengadilan pada tingkat pertama, Pengadilan Tinggi tingkat tidak memiliki kewenangan untuk melakukan eksekusi atau putusan. 125 Apabila putusan perceraian telah memiliki kekuatan hukum tetap, maka panitera pengadilan selambat-lambatnya dalam waktu 7 tujuh hari setelah putusan tersebut diberitahukan, harus mengeluarkan Akta Cerai sebagi bukti adanya perceraian. Selain itu, dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari, panitera atau pejabat yang ditunjuk, berkewajiban untuk mengirimkan salinan putusan penetapan cerai 124 Budi Susilo, Prosedur Gugatan Cerai, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2008, hal.106-107 125 Ibid, hal. 107-108 Universitas Sumatera Utara 116 kepada Pejabat Pencatat Nikah PPN, atau KUA kecamatan tempat para pihak dahulu melakukan perkawinan. Untuk salah satu atau para pihak yang memiliki status sebagai anggota TNIPOLRI atau PNS juga akan mendapat salinan putusan cerai tersebut. 126 Dalam putusan mengenai perebutan hak asuh anak dan persengketaan harta bersama, pelaksanaan nafkah iddah, mut’ah serta nafkah untuk anak, eksekusi riil dilaksanakan oleh para pihak secara sukarela, atau oleh pengadilan melalui juru sita pengadilan setelah ada permohonan apabila salah satu pihak tidak bersedia melaksanakan putusan tersebut secara sukarela. Pengadilan tidak akan melaksanakan eksekusi apabila tidak ada permohonan eksekusi dari yang dirugikan. Untuk itu apabila permohonan eksekusi dilakukan maka terlebih dahulu mantan suami akan diberikan teguran agar memenuhi kewajibannya atas putusan pengadilan yang berkaitan dengan pemberian nafkah. 127 Apabila pada saat melakukan gugatan cerai tidak disertai dengan gugatan nafkah maka harus diajukan gugatan baru yang menyangkut pemberian nafkah terhadap istri dan anak. Mantan suami yang tidak menjalankan kewajiban nafkah terhadap anak dan mantan istri yang telah dicerai, pengadilan agama memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan perkara perdata khusus pada tingkat pertama bagi orang-orang yang beragama Islam, implikasinya 126 Berdasarkan hasil wawancara dengan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Medan Helvetia, Drs. HM Muhyidin, S.Ag, 5 Maret 2013. 127 Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama Kelas I A Medan, M. Noor Hudirien, 6 Maret 2013. Universitas Sumatera Utara 117 setiap orang yang beragama islam dapat mengajukan atau menuntut semua perkara perdata khusus ke pengadilan agama sesuai dengan daerah yuridis dan kompetensi absolut. Salah satu tugas dan wewenang Pengadilan Agama adalah menetapkan nafkah bagi anak dan si istri yang dicerai oleh suaminya dimana perkara tersebut merupakan suatu rangkaian perkara perdata dari akibat terjadinya suatu perceraian. 128 Pasal 225 1 HIR menyebutkan jika seseorang dihukum melakukan perbuatan tertentu, dan ia tidak melakukan perbuatan itu dalam waktu yang ditentukan oleh hakim, maka pihak yang mendapat keuntungan dari putusan itu, dapat mohon kepada pengadilan negeri lewat ketuanya dengan lisan atau tertulis, supaya kepentingan yang ia peroleh itu kalau putusan itu dilaksanakan, dinilai dengan uang tunai, jumlah uang mana harus ia diterangkan dengan tegas; jika permohonan ini diajukan dengan lisan maka harus dicatat. Menurut Mochammad Dja’is dan RMJ Koosmargono ada kemungkinan, bahwa bunyi putusan hakim ialah yang kalau harus melakukan perbuatan tertentu Kalau tergugat tidak mau melakukan perbuatan maka satu-satunya jalan bagi penggugat untuk dapat menikmati kemenangannya adalah minta ganti rugi. Ia rugi, karena yang kalau enggan melakukan perbuatan yang menjadi kewajibannya itu. 129 Karena melakukan perbuatan tertentu tidak dapat dipaksakan, maka untuk dapat menuntut ganti rugi perbuatan yang merupakan suatu kepentingan bagi yang menang, harus dinilai dengan uang. Maka dalam mengajukan tuntutan kalau 128 Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Ketua Pengadilan Agama Kelas I A Medan, M. Noor Hudirien, 6 Maret 2013. 129 Mochammad Dja’is dan RMJ Koosmargono, Op. Cit., hal. 271 Universitas Sumatera Utara 118 penggugat merasa dirugikan kerugian ini harus bernilai uang, meskipun rugi dalam nama baiknya, untuk ini dalam gugatantuntutan Penggugat harus menyebutkan kerugian itu dengan sejumlah uang tunai. Dalam hal tergugat enggan dengan sukarela menjalankan putusan, maka penggugat dengan tertulis atau lisan dapat mohon kepada pengadilan negeri supaya apa yang harus dilakukan oleh tergugat itu, diberi bentuk uang tunai; dan jumlah uang ini, penggugat sendirilah yang harus menafsirkan, dan diajukan kepada ketua pengadilan negeri. Seperti halnya dengan gugatan lisan, maka permohonan tersebut diajukan oleh penggugat dengan lisan, ketua akan mencatat atau menyuruh mencatat permohonan penggugat itu. 130

2. Permintaan Eksekusi dari Pihak Mantan Istri ke Mantan Suami