Gambar Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula

4.5 Gambar Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula

Kualitas tebu yang jelek dapat terlihat dari bentuk fisik tebu seperti mie dan tidak dalam bentuk utuh, sedangkan tebu dengan kualitas baik tidak ada kotoran, daun, sogolan dan tanah yang terikut. Kualitas tebu yang jelek juga nampak dari bagian dalam tebu yang nampak kisut dan terdapat sel kabus. Tebu PG Watoetoelis yang jelek ini mengakibatkan banyak nira yang terikut pada ampas tebu, karena tebu pabrik gula ini masih terdapat banyak pucukan maupun sogolan. Gambar 4.8 dibawah merupakan gambar kualitas tebu yang digiling oleh PG Watoetoelis dan dari gambar terlihat bahwa kualitas tebu PG Watoetoelis dapat dikatakan memiliki kualitas yang jelek. Gambar 4.8 Proses Pengangkutan dan Penggilingan Tebu Gambar 4.8 juga memperlihatkan bahwa dari hasil pemotongan tebu terlihat bahwa tebu yang digiling tidak lembut. Tebu yang kurang lembut saat proses penggilingan ini menyebabkan nira yang ada tidak dapat digiling secara maksimal karena nira tidak dapat keluar dari tebu. Akhirnya banyak nira yang akan terikut oleh ampas tebu dan nira yang selanjutnya akan diproses menjadi gula akan semakin sedikit. Mesin produksi gula yang telah berusia tua menyebabkan sering terjadinya kerusakan tiba-tiba pada saat proses produksi sedang berlangsung. Kerusakan ini mengakibatkan produksi gula dari hasil panen tebu terhenti untuk sementara waktu. Pemberhentian produksi gula ini menyebabkan antrian panjang tebu yang akan digiling ke pabrik gula. Antrian ini tidak hanya terjadi di pabrik gula saja, tetapi juga di sawah tebu karena petani telah melakukan proses penebangan dan telah banyak tebu yang menunggu untuk segera diangkut dan dilakukan proses penggilingan di pabrik gula. Hal ini mengakibatkan pabrik gula harus mengeluarkan biaya lebih untuk melakukan perbaikan terhadap mesin tersebut, sehingga biaya yang dikeluarkan akan semakin banyak dan menjadi tidak efisien. Ditambah lagi proses produksi akan semakin lama, karena proses produksi harus berhenti untuk sementara waktu. Trelihat dari gambar 4.9 yang merupakan salah satu alat milik PG Watoetoelis yang seharusnya telah mengalami pembaharuan alat, supaya kinerja PG Watoetoelis dapat lebih maksimal. Gambar 4.9 Mesin dan Nira Setelah Penggilingan Gambar 4.9 menunjukkan bahwa banyak tanah yang terikut saat proses penebangan yang mengakibatkan warna nira mentah yang dihasilkan dari proses penggilingan ini menjadi coklat kehitaman. Warna ini disebabkan karena, nira mentah bercampur dengan tanah sehingga warna nira menjadi coklat kehitaman. Warna tersebut nantinya akan mempengaruhi warna gula gula yang dihasilkan, nantinya gula yang dihasilkan menjadi berwana putih kecoklatan putih mangkak. Gambar 4.10 merupakan gambar percobaan atau sampel yang dilakukan pada stasiun pemurnian untuk melakukan pemisahan nira mentah dan blotong sampah, hal ini dilakukan untuk mengukur seberapa banyak belerang yang harus diberikan pada proses pemurnian tersebut. Stasiun pemurnian nira mentah akan diberi susu kapur, susu kapur ini berfungsi untuk membentuk inti endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan gula yang terdapat dalam nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Endapan tersebut kemudian akan menjadi nira tapis dan blotong, sedangkan nira jernih akan dialirkan untuk diproses pada stasiun pemurnian. Gambar 4.10 Pemberian Belerang Pada Proses Pemurnian Gambar 4.10 terlihat bahwa endapan yang terbentuk banyak, sehingga blotong yang dihasilkan banyak dan nira yang akan diproses menjadi gula lebih sedikit. hal ini menunjukkan bahwa kualitas tebu yang digiling oleh PG Watoetoelis rendah, sehingga menghasilkan blotong yang banyak. Blotong merupakan sampah dihasilkan pabrik gula pada saat proses pemurnian. Oleh karena itu, semua pabrik gula termasuk PG Watoetoelis berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi blotong yang dihasilkan, karena blotong tidak memiliki nilai ekonomis, sehingga dapat merugikan pabrik gula tersebut. Gambar 4.11 dibawah merupakan proses pengolahan gula pada stasiun masakan di PG Watoetoelis. Stasiun masakan beroperasi untuk memperoleh gula dengan cara kristalisasi. Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan nira kental. Pembentukan kristalisasi gula ini tidak dapat dilihat menggunakan mata telanjang, oleh sebab itu pembentukan Kristal gula hanya dapat dilihat menggunakan miskroskop saja. Gambar 4.11 Proses Pengolahan Pada Stasiun Masakan Stasiun masakan bertujuan untuk mengambil kristal gula dari nira kental sebanyak-banyaknya agar diperoleh tetes dengan kadar gula rendah dan untuk menguapkan sisa air yang menguap di penguapan. Terdapat mesin yang perlu untuk dilakukan pembaharuan, mesin tersebut adalah mesin HGF High Grade Fugal. Mesin ini berfungsi untuk memisahkan gula dari tetes, sehingga tetes memiliki kadar gula yang rendah. Mesin yang berusia tua ini menyebabkan PG Watoetoelis tidak efisien secara teknis, hal ini disebabkan karena PG Watoetoelis banyak mengalami kehilangan nira kental yang seharusnya dapat dikristalkan menjadi gula. Apabila mesin tersebut diganti, maka PG Watoetoelis dapat lebih menghemat dalam sisi sumber daya manusia, tenaga yang dibutuhkan lebih kecil, kehilangan gula meningkat dan kualitas gula juga ikut meningkat, ditambah lagi PG Watoetoelis nantinya pasti lebih efisien dalam biaya yang dikeluarkan. 70

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN