Dasar-dasar Pendidikan Islam DEFINISI PENDIDIKAN

19               Artinya: “…dan Kami turunkan kepadamu al-Dzikri Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir ”. Q. S. al- Nahl:44 Penjelasan itu disebut al-Sunnah yang secara bahasa al-Thariqoh yang artinya jalan, adapun hubungannya dengan Rasulullah SAW berarti perkataan, perbuatan, atau ketetapannya. Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah terhadap al-Qur`an adalah sebagai penjelas. Bahkan Umar bin al-Khaththab mengingatkan bahwa Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata “ Akan datang suatu kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam al-Qur`an. Maka hadapilah mereka dengan berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang yang bergelut dengan sunah lebih tahu tentang kitab Allah SWT. 30 Menurut Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan dalam lapangan pendidikan sunnah mempunyai dua faedah: a. Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam al-Qur`an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di dalamnya. b. Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat dipraktikkan. 3. Ra`yu Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik pola-pola tingkah laku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan- lapisan dalam masyarakat, kekuasaan, wewenang dan sebagainya. 31 30 http:berbagi-makalah.blogspot.com201206dasar-dasar-pendidikan-islam.html 31 Soerjono Soekanto, Pokok - Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 198, h. 67- 88. 20 Pendidikan sebagai lembaga sosial akan turut mengalami perubahan sesuai dengan perubahan yang tejadi di masyarakat. Perubahan- perubahan yang ada di zaman sekarang atau mungkin sepuluh tahun yang akan datang mestinya tidak dijumpai pada masa Rasulullah SAW, tetapi memerlukan jawaban untuk kepentingan pendidikan di masa sekarang. Untuk itulah diperlukan ijtihad dari para pendidik muslim. Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh-sungguh orang muslim untuk selalu berprilaku berdasarkan ajaran Islam. Untuk itu manakala tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur`an ataupun Sunnah tentang suatu prilaku, orang muslim akan mengerahkan segenap kemampuannya untuk menemukannya dengan prinsip-prinsip al-Qur`an atau Sunnah. Ijtihad sudah dilakukan para ulama sejak zaman shahabat. Namun, tampaknya literatur-literatur yang ada menunjukkan bahwa ijtihad masih terpusat pada hukum syarak, yang menurut Ali Hasballah ialah proposisi- proposisi yang berisi sifat-sifat syariat seperti wajib, haram, sunnat yang disandarkan pada perbuatan manusia, baik lahir maupun bathin. 32 Kemudian dalam hukum tentang perbuatan manusia ini tampaknya aspek lahir lebih menonjol ketimbang aspek bathin. Dengan perkataan lain, fiqih zhahir lebih banyak digeluti dari pada fiqih bathin. Karenanya, pembahasan tentang ibadat, muamalat lebih dominan ketimbang kajian tentang ikhlas, sabar, memberi maaf, merendahkan diri, dan tidak menyakiti oang lain. Ijtihad dalam lapangan pendidikan perlu mengimbangi ijtihad dalam lapangan fiqih lahir dan bathinnya. Salah satu dasar pendidikan dan pembelajaran adalah berorientasi kepada perkembangan atau kecerdasan emosi. Kecerdasan emosional ini berbeda dalam setiap umur dan perkembangan anak, semakin dewasa seseorang maka kecerdasan emosinya pun makin berkembang. Secara umum emosi anak mulai stabil ketika berumur 17 tahun ke atas. Karena itu Islam sangat memperhatikan pendidikan sesorang mulai sejak usia 7 tahun hingga 30 tahun. Dalam banyak hadis Rasulullah saw diingatkan bahwa 32 Noer Aly, MA, Ilmu Pendidikan Islam. Kudus: Perpustakaan kudus, h. 48. 21 periode 7 sampai 30 tahun ini di anggap sebagai periode untuk pendidikan dan pembelajaran. Suatu periode yang cocok untuk mengembangkan berbagai potensi diri, baik potensi keagamaan, potensi keilmuwan, potensi akhlak, dan sebagainya. Bahkan periode ini dianggap sebagai fase umur dan keterbukaan. Pada fase ini segala aspek pembelajarannya berkembang secara aktif, melalui pertambahan informasi, perkembangan potensi berpikir, dan perkembangan perasaan dan mental secara umum. Pada fase ini, daya ingat dan daya tangkap baik sekali. Fase ini merupakan fase produktif seseorang dalam segala bidang, dan sangat menentukan unsur material dan spiritual masa depannya. Aspek yang sangat penting dalam konteks ini berkaitan dengan sejauh mana perspektif Islam dalam mendidik manusia, karena manusia terdiri dari fisik dan mental. Menurut ilmu jiwa, jiwa manusia terdiri dari potensi-potensi fisik atau jasmani dan potensi-potensi psikis atau rohani. 33

D. Kajian Terdahulu yang Relevan

Ayatullah Murtadha Muthahhari adalah salah seorang arsitek utama kesadaran baru Islam di Iran. Muthahhari juga di kenal sebagai tokoh intelektual Iran yang terkenal sangat produktif dalam menelurkan pemikiran- pemikiran baru mengenai ajaran Islam lewat karya-karyanya. Bisa dikatakan, beliau adalah kampiun bagi kebangkitan tradisi intelektual di dunia Muslim. Kajian terdahulu ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana masalah ini pernah ditulis oleh orang lain sebelum kajian ini dilakukan. Kemudian untuk menghindari penelitian yang sama akan ditinjau sejauh mana perbedaan antara tulisan sebelumnya dengan kajian ini. Dibawah ini beberapa penelitian yang telah menulis tentang Murtadha Muthahhari, yaitu: 1. Mahbubillah, dengan judul Pemikiran Murtadha Muthahhari Tentang Manusia dan Tujuan Pendidikan Islam. Dalam skripsinya, Mahbubillah menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk multi dimensi. Manusia 33 Muthahhari, op. cit., h. 42. 22 dilengkapi dengan berbagai potensi seperti akal pikiran, agar dapat menegmbangkan dirinya ke arah yang positif. Dari konsep manusia menurut Murtadha Muthahhari, maka tujuan pendidikan Islam adalah pertama, pendidikan Islam mengarahkan seluruh potensi tersebut secara maksimal dan ke arah yang jelas dan benar. Kedua, pendidikan Islam membentuk manusia secara integral dengan mengembangkan nilai-nilai insaniyah secara seimbang untuk menjadi manusia sempurna insan kamil. 34 2. Zuhriadi, dengan judul Konsep Pendidikan Akhlak Muratdha Muthahhari. Dalam skripsinya, zuhriadi menjelaskan tujuan dari pendidikan akhlak Murtadha Muthahhari adalah usaha menanamkan, membimbing keutamaan perangai, tabiat yang dimiliki anak didik. Konsep pendidikan akhlak Murtadha Muthahhari sangat relevan dengan pendidikan akhlak di Indonesia. Murtadha Muthahhari meletakkan sebuah konsep pendidikan akhlak melalui kerangka berfikir ilmiah serta pengembangan semua potensi yang ada pada anak didik. 35 Dari paparan hasil kajian tersebut diatas, penulis menawarkan sebuah tulisan yang berbeda, di karenakan banyaknya karya ilmiah yang telah ditulis atau diteliti oleh para pendahulu mengenai pemikiran-pemikiran Murtadha Muthahhari. Dengan demikian jelas bahwa perbedaannya adalah Tulisan ini lebih mengacu kepada pandangan Murtadha Muthahhari konsep pendidikan yang difokuskan bagaimana menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang. 34 Mahbubillah, Pemikiran Murtadha Muthahhari Tentang Manusia dan Tujuan Pendidikan Islam, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003. 35 Zuhriadi, Konsep Pendidikan Akhlak Murtadha Muthahhari, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat atau lokasi di mana penelitian dilakukan. Sedangkan waktu penelitian berisi penjelasan kapan penelitian dilakukan semester, tahun pelajaran dan lama penelitian dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, tempat penelitian biasa disebut latar atau setting penelitian. Latar berisi penjelasan secara rinci situasi sosial meliputi: lokasi, tempat, aktivitas, atau tokoh yang diteliti. 1 Penelitian yang berjudul “Konsep Pendidikan Menurut Murtadha Muthahhari” ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan, mulai dari bulan Juli-Maret 2013-2014

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah, termasuk penelitian dapat menggunakan salah satu dari tiga grand metode, yaitu library research, field research, dan bibliography research. Yang dimaksud dengan dengan library research adalah karya ilmiah yang didasarkan pada literature atau pustaka. Field research adalah penelitian yang didasarkan pada studi lapangan. Sedangkan bibliography research adalah penelitian yang memfokuskan pada gagasan yang terkandung dalam teori. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, yang memfokuskan penelitian pada kajian kepustakaan library research dan mencoba mengkaji seorang tokoh yakni Murtadha Muthahhari tentang pemikiran konsep pendidikan. Untuk mempertajam analisis metode deskritif kualitatif, peneliti menggunakan teknis content analisys, yaitu 1 Pedoman Penulisan Skripsi Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2013 24 suatu analisis yang menekankan pada analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi. Content analysis memanfaatkan prosedur yang dapat menarik kesimpulan benar dari sebuah buku atau dokumen. Proses content analysis adalah dimulai dari isi pesan komunikasi tersebut, dipilah-pilah, kemudian dilakukan kategorisasi pengelompokan antara data yang sejenis, dan selanjutnya dianalisis secara kritis dan obyektif. 2 Sedangkan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Pendekatan historis, yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mengungkapkan sejarah sang tokoh, yakni Murtadha Muthahhari. Oleh karena itu, studi tokoh harus menggunakan kaidah- kaidah kesejarahan yang tidak lepas dari ruang dan waktu beserta fakta-fakta sejarahnya. b. Pendekatan sosio cultural religius, maksudnya dalam melakukan studi pemikiran sang tokoh peneliti tidak bisa melepaskannya dari konteks sosio cultural religi sang tokoh, karena pada dasarnya perasaan, pikiran dan tindakan sang tokoh merupakan refleksi dari sosio cultural sang tokoh tersebut.

C. Sumber Data

Sumber data dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data utama dari berbagai referensi atau sumber- sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama. 3 Sumber utama dalam penelitian ini adalah buku-buku karya Murtadha Muthahhari yang 2 S oejono, dkk, Metode Penelitian ; Suatu Pemikiran dan Penerapan, Jakarta : Rineka Cipta,1999, h. 8-18. 3 Saefudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, h. 89 25 memuat pemikirannya mengenai konsep pendidikan Islam. Di antara buku yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah: a. Dasar-dasar Epistimologi Pendidikan Islam, Jakarta: Sadra International Institute, 2011. b. Man and Universe. Qum: Ansariyan Publication, 1401 H. c. Ceramah-ceramah Seputar Persoalan Penting Agama dan Kehidupan, terjemahan Dah Guftor oleh A. Subandi. Jakarta: Lentera, 1999. d. Manusia dan Agama. Bandung: Mizan, 1995. e. Bimbingan untuk Generasi Muda, Jakarta: Sadra International Institute, 2011.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang masih berkaitan dengan masalah penelitian dan memberi interpretasi terhadap sumber primer. 4 Adapun data skunder dalam penulisan skripsi ini adalah buku-buku pendidikan, artikel-artikel, majalah dan sebagainya yang relevan dengan pembahasan skripsi.

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam hal metode atau strategi yang dipakai dalam pengumpulan data, penulis menggunakan metode dokumentasi. Data dokumentasi ini biasanya digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara, namun karena peneliti tidak menggunakan metode wawancara maka dokumentasi ini hanya digunakan penulis untuk mencatat tulisan-tulisan tokoh lain yang berkaitan dengan sang tokoh. Dalam hal ini, peneliti menggunakan tehnik documenter yang diperoleh dari karya tulis orang terdekat Murtadha Muthahhari dan karya orang lain yang berkaitan 4 Ibid., h. 91