Tujuan Pendidikan Islam DEFINISI PENDIDIKAN

14 dilakukan secara integral. Dengan demikian terciptalah makhluk dwi-dimensi dalam satu keseimbangan ilmu, amal, dan iman. 23 Tujuan dari pendidikan Islam bukanlah untuk memberi informasi tentang Islam kepada anak-anak didik saja, tetapi lebih menekankan bagaimana menjadi seorang muslim dan memberi mereka inspirasi sehingga ilmu tersebut bisa ditransformasikan dalam kehidupan mereka. 24 Menurut pandangan Islam manusia itu satu hakikat tetapi mempunyai tiga dimensi wujud, yaitu; wujud jasmani fisik, wujud hewani, dan wujud insani. 25 Dari sisi sebagai jasmani manusia mempunyai rupa dan susunan khusus yang dengannya manusia dapat tumbuh dan berketurunan. Oleh karena itu, pendidikan berpengaruh terhadap kondisi fisik anak, dan tentunya hal ini harus mendapat perhatian dari para pendidik. Para pendidik harus memperhatikan perkembangan fisik anak, dan harus berusaha mendidik mereka menjadi individu yang sehat, kuat dan seimbang. Dari sisi sebagai hewan, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang untuk memenuhinya telah diletakkan berbagai insting dalam dirinya dan untuk mencapainya telah diciptakan baginya anggota-anggota tubuh yang sesuai. Manusia memiliki perasaan, kehendak, kemampuan gerak, syahwat dan marah, yang jika ia kehilangan salah satu darinya maka kehidupan hewaninya menjadi terganggu. Oleh karena itu, dalam mendidik anak para pendidik harus mengembangkan insting dan sifat-sifat hewani si anak secara seimbang. Akan tetapi manusia tidak terbatas hanya pada dimensi-dimensi fisik, tumbuhan dan hewan saja, melainkan manusia juga mempunyai dimensi insani. Manusia memiliki kemampuan keilmuan yang tidak dimiliki hewan- hewan yang lain. Manusia diciptakan bebas, mempunyai kemampuan memilih dan mengemban kewajiban di pundaknya. Manusia mempunyai fitrah mencari dan menyembah Tuhan. Dengan perantara ilmu, iman, amal sholeh dan 23 Quraisy Syihab, Membumikan Al- Qur’an, Bandung: Mizan, 2002, h.173 24 Zainuddin, op. cit., h. 107. 25 Amini, op. cit., h.98. 15 berakhlak terpuji, diri manusia menjadi sempurna dan menjadi dekat dengan Alllah SWT; sebaliknya keyakinan yang menyimpang, amal perbuatan buruk dan akhlak tercela akan menjatuhkan dan menjerumuskannya. Untuk itu, para pendidik harus mengembangkan sisi-sisi kemanusiaan anak dan mendidiknya supaya menjadi manusia. Para pendidik harus mendidik mereka menjadi manusia yang berakal, cerdas, beriman, mengenal kewajiban, gigih, ulet, dan lain-lain. Oleh karena itu, target dan tujuan pendidikan itu luas dan harus mencakup seluruh dimensi wujud manusia terutama dimensi-dimensi insaninya. Peran seorang pendidik tentunya tidak hanya terbatas kepada pemberian informasi dan mengajarkan kepada pelajar agar mampu menguasai ilmu. Karena hal ini hanya akan menjadikan otak para pelajar membeku sehingga tidak termotivasi agar menggunakan nalar dan kreasi mereka. 26

C. Dasar-dasar Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan sebuah sistem yang mengandung aspek visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan ajar, proses belajar mengajar, guru, murid, manajemen, sarana prasarana, biaya, lingkungan dan sebagainya. Berbagai komponen pendidikan tersebut membentuk sebuah sistem yang memiliki konstruksi atau bangunan yang khas. Agar konstruksi atau bangunan pendidikan tersebut kukuh, maka ia harus memiliki dasar, fundament, atau asas yang menopang dan menyangganya, sehingga bangunan konsep pendidikan tersebut dapat berdiri kukuh dan dapat digunakan sebagai acuan dalam praktek pendidikan. Dengan demikian, dasar-dasar pendidikan yaitu segala sesuatu yang bersifat konsep, pemikiran dan gagasan yang mendasari, melandasi, dan mengasasi pendidikan. Agar bangunan pendidikan tersebut benar-benar memberikan keyakinan bagi orang yang menggunakannya, maka ia harus memiliki dasar, fundamen atau asas yang kukuh pula. 26 Muthahhari, op. cit., h. 11. 16 Kajian tentang dasar pendidikan telah banyak dibicarakan para ahli. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir misalnya berpendapat, bahwa dasar pendidikan Islam merupakan landasan operasional yang dijadikan untuk merealisasikan dasar idealsumber pendidikan Islam. Namun menurut Prof. Abudin Nata lebih cenderung mengatakan, bahwa dasar pendidikan bukanlah landasan operasional, tetapi lebih merupakan landasan konseptual. Karena dasar pendidikan tidak secara langsung memberikan dasar bagi pelaksanaan pendidikan, namun lebih memberikan dasar bagi penyusunan konsep pendidikan. 27 Dasar ilmu pendidikan Islam bersumber dari al-Qur`an, sunnah Rasulullah SAW, dan ra`yu hasil pikir manusia. Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-Qur`an harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasan tidak ditemukan di dalam al-Qur`an, maka harus dicari di dalam sunnah, apabila tidak ditemukan juga dalam sunnah, barulah digunakan ra`yu. Sunnah tidak bertentangan dengan al-Qur`an, dan ra`yu tidak boleh bertentangan dengan al-Qur`an dan sunnah. Macam-macam dasar-dasar pendidikan Islam: 1. Al-Qur`an Al-Qur`an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad SAW dalam bahasa Arab yang terang, guna menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Terjemahan al-Qur`an ke dalam bahasa lain dan tafsirannya bukanlah al-Qur`an, dan karenanya bukan nash yang qath`i dan sah dijadikan rujukan dalam menarik kesimpulan ajarannya. 28 Al-Qur`an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk. Allah swt menjelaskan hal ini di dalam firman-Nya: 27 Nata, op. cit., h. 89-90. 28 Tafsir, op. cit., h. 12. 17                  Artinya: “Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mumin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar ”. Q.S. Al-Isra:9 Petunjuk al-Qur`an sebagaimana dikemukakan Mahmud Syaltut dikelompokkan menjadi tiga pokok yang disebutnya sebagai maksud- maksud al-Qur`an, yaitu: a. Petunjuk tentang aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia dan tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan serta kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan. b. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan. c. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubugannya dengan Tuhan dan sesamanya. Pengelompokan tersebut dapat disederhanakan menjadi dua, yaitu petunjuk tentang akidah dan petunjuk tentang syari`ah. Dalam menyajikan maksud-maksud tersebut, al-Qur`an menggunakan metode-metode sebagai berikut: 1. Mengajak manusia untuk memperhatikan dan mengkaji segala ciptaan Allah SWT. 2. Menceritakan kisah umat terdahulu kepada orang-orang yang mengerjakan kebaikan maupun yang mengadakan kerusakan, sehingga dari kisah itu manusia dapat mengambil pelajaran tentang hukum sosial yang diberlakukan Allah terhadap mereka. 3. Menghidupkan kepekaan bathin manusia yang mendorongnya untuk bertanya dan berfikir tentang awal dan materi kejadiannya, 18 kehidupannya dan kesudahannya, sehingga insyaf akan Tuhan yang menciptakan segala kekuatan. 4. Memberi kabar gembira dan janji serta peringatan dan ancaman. Menurut M. Quraish Shihab hubungan al-Qur`an dan ilmu tidak dilihat dari adakah suatu teori tercantum di dalam al-Qur`an, tetapi adakah jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan ilmu atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-Qur`an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan. Kemajuan ilmu tidak hanya dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur terciptanya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu itu. 29 Dalam hal ini para ulama sering mengemukakan perintah Allah SWT langsung maupun tidak langsung kepada manusia untuk berfikir, merenung, menalar dan sebagainya, banyak sekali seruan dalam al-Qur`an kepada manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran dikaitkan dengan peringatan, gugatan,atau perintah supaya ia berfikir, merenung dan menalar. 2. Sunnah Al-Qur`an disampaikan oleh Rasulallah SAW kepada manusia dengan penuh amanat, tidak sedikitpun ditambah ataupun dikurangi. Selanjutnya, manusialah hendaknya yang berusaha memahaminya, menerimanya dan kemudian mengamalkannya. Sering kali manusia menemui kesulitan dalam memahaminya, dan ini dialami oleh para sahabat sebagai generasi pertama penerima al-Qur`an. Karenanya mereka meminta penjelasan kepada Rasulallah SAW, yang memang diberi otoritas untuk itu. Allah SWT menyatakan otoritas dimaksud dalam firman Allah SWT di bawah ini: 29 M. Qurais Shihab, Membumikan al-Qur`an : Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyaraka,, Bandung: Mizan, 1995, h. 42. 19               Artinya: “…dan Kami turunkan kepadamu al-Dzikri Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfikir ”. Q. S. al- Nahl:44 Penjelasan itu disebut al-Sunnah yang secara bahasa al-Thariqoh yang artinya jalan, adapun hubungannya dengan Rasulullah SAW berarti perkataan, perbuatan, atau ketetapannya. Para ulama meyatakan bahwa kedudukan Sunnah terhadap al-Qur`an adalah sebagai penjelas. Bahkan Umar bin al-Khaththab mengingatkan bahwa Sunnah merupakan penjelasan yang paling baik. Ia berkata “ Akan datang suatu kaum yang membantahmu dengan hal-hal yang subhat di dalam al-Qur`an. Maka hadapilah mereka dengan berpegang kepada Sunnah, karena orang-orang yang bergelut dengan sunah lebih tahu tentang kitab Allah SWT. 30 Menurut Abdurrahman al-Nahlawi mengemukakan dalam lapangan pendidikan sunnah mempunyai dua faedah: a. Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana terdapat di dalam al-Qur`an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di dalamnya. b. Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat dipraktikkan. 3. Ra`yu Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik pola-pola tingkah laku, organisasi, susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan, lapisan- lapisan dalam masyarakat, kekuasaan, wewenang dan sebagainya. 31 30 http:berbagi-makalah.blogspot.com201206dasar-dasar-pendidikan-islam.html 31 Soerjono Soekanto, Pokok - Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Pers, 198, h. 67- 88.