PENDAHULUAN Konsep Pendidikan Menurut Murtadha Muthahhari

5 Untuk mengetahui lebih jauh pemikiran Murtadha Muthahhari tentang pendidikan, penulis akan meneliti lebih dalam lagi mengenai “Konsep Pendidikan Menurut Murtadha Muthahhari”. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa mencari ilmu wajib hukumnya. Tidak membeda-bedakan baik laki-laki atau perempuan dan tidak memiliki batasan waktu atau masa tertentu. Maka penulis mencoba mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain: 1. Kurangnya semangat dalam belajar mengajar 2. Murtadha Muthahhari menyatakan banyak pendidikan yang belum dapat mendidik akhlak atau moral seseorang. 3. Pendidikan modern mendominasi pembelajaran. C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan agar kajian menjadi jelas dan terarah, sehingga tujuan kajian tercapai. Dalam kajian ini permasalahan dibatasi pada: pemikiran Murtadha Muthahhari tentang pendidikan. Berdasarkan pembatasan masalah, masalah kajian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari? D. Tujuan Penelitian Dengan melihat dan memperhatikan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat dijelaskan manfaat dari kajian ini adalah sebagai berikut: 6 1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan, terutama bagi kemajuan ilmu pendidikan, khususnya menyangkut konsep pendidikan Muthahhari yang belum begitu dikenal akrab oleh pakar-pakar di bidang pendidikan. 2. Menambah sumber referensi bagi jurusan ilmu pendidikan tarbiyyah, yang akan meneliti lebih lanjut mengenai konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari. 3. Memberikan masukan bagi para pakar di bidang pendidikan mengenai keunggulan dan originalitas konsep pendidikan Muthahhari, yang nantinya diharapkan dapat ditransfer ke dalam dunia pendidikan Islam Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, setiap manusia belajar seluruh hal yang belum diketahui. Bahkan dengan pendidikan, seorang manusia dapat menguasai dunia dan tidak terikat lagi oleh batas-batas yang membatasi dirinya. Pendidikan melahirkan seorang yang berilmu, yang dapat menjadi khalifah Allah di bumi ini. Seperti diungkapkan Muhammad „Abduh, seorang tokoh pembaharu Muslim terkenal, bahwa pendidikan adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia dan dapat mengubah segala sesuatu. 1 Al-Quran merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup oleh umat Islam dan tidak ada lagi keraguan didalamnya. Ia mengandung ajaran-ajaran pokok prinsip dasar menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang selanjutnya dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing- masing dan secara fungsional dapat memecahkan problem kemanusiaan. Salah satu permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan. Al-Quran telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting, Jika al-Quran dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Ada beberapa indikasi dalam al-Quran yang berkaitan dengan pendidikan antara lain: menghormati akal manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia, penggunaan cerita kisah untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial masyarakat. Manusia menurut al- Qur’an, memiliki potensi untuk meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu bertebaran ayat yang 1 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, h. 38. 2 memerintahkan manusia menempuh berbagai cara untuk mewujudkan hal tersebut. Allah juga menegaskan bahwa pengetahuan manusia amatlah terbatas. Allah berfirman: 2        Artinya: “kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit”. QS. Al- Isra’: 85 Iman dan ilmu adalah karakteristik kemanusiaan, maka pemisahan keduanya akan menurunkan martabat manusia. Iman tanpa ilmu akan mengakibatkan fanatisme dan kemunduran, takhayul dan kebodohan. Ilmu tanpa iman akan digunakan untuk memuaskan kerakusan, kepongahan, ambisi, penindasan, perbudakan, penipuan dan kecurangan. Muthahhari menegaskan bahwa Islamlah satu-satunya agama yang memadukan iman dan ilmu sains. 3 Keterkaitan antara iman dan ilmu serta pertalian keduanya yang tidak dapat dipisahkan selalu mewarnai pemikiran dan dasar pemikiran pendidikan Muthahhari. Lazimnya para ulama yang lain, Muthahhari menegaskan bahwa kewajiban menuntut ilmu tidak bisa tergantikan.                            Artinya: “Katakanlah, „Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang- orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. QS. Az Zumar:9. Sebagaimana ayat al- Qur’an di atas, banyak sekali hadis-hadis yang mewajibkan menuntut ilmu. “Mencari ilmu wajib hukumnya bagi setiap muslim”. Arti dari hadis ini adalah bahwa salah satu kewajiban Islam, yang 2 Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur’an, Bandung: Mizan,2000, Cet ke-XI, h.435-436 3 Murtadha Muthahhari, “Tafsir” Holistik Kajian Seputar Relasi Tuhan, Manusia, dan Alam, Terj. dari Man and Universe oleh Ilyas Hasan, Jakarta: Citra, 2012, h. 11. 3 sejajar dengan semua kewajiban lainnya adalah mencari ilmu. Mencari ilmu adalah wajib hukumnya bagi setiap orang muslim; tidak hanya dikhususkan bagi satu kelompok dan tidak bagi kelompok yang lain. 4 Di dalam sejarah disebutkan bahwa pada masa sebelum datangnya Islam, sebagian masyarakat berperadaban pada waktu itu memandang bahwa mencari ilmu adalah hak sebagian kelompok, dan tidak mengakui bahwa mencari ilmu adalah hak seluruh lapisan masyarakat. Di dalam Islam, ilmu bukan hanya dianggap sebagai hak setiap orang, melainkan Islam menganggapnya sebagai tugas dan kewajiban bagi semua orang. Mencari ilmu adalah sebuah kewajiban sebagaimana kewajiban-kewajiban yang lain seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Islam pada abad keemasan bagaikan harta karun kekayaan peradaban intelektual yang tidak ternilai harganya. Ia menyebar hampir ke seluruh dunia. Kehebatan imperium Islam dalam abad keemasan tersebut melampaui kehebatan imperium Romawi, 7 abad sebelumnya. Di antara nilai peradaban intelektualnya yaitu: Pertama, semangat mencari ilmu yang luar biasa dari orang-orang Islam. Hal ini bisa terjadi karena dipicu oleh doktrin Islam, bahwa mencari ilmu, mengembangkan dan kemudian mengamalkannya untuk membangun kehidupan, adalah wajib hukumnya. Semangat pencarian ilmu tersebut menjadi kunci penjelajahan intelektual Islam pada puncaknya abad ke-9, 10, dan 11M. Kedua, semangat pencarian ilmu menemukan momentumnya dalam imperium Islam di bawah bimbingan para khalifah. Pada masa itu dana serta fasilitas dari istana untuk mempercepat perkembangan peradaban baru yang berbasis pengetahuan knowledge based merupakan kebijakan prioritas. 5 Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap orang baik laki-laki ataupun perempuan. Menuntut ilmu juga tidak memiliki batasan waktu atau masa 4 Murtadha Muthahhari, Ceramah-ceramah Seputar Persoalan Penting Agama dan Kehidupan, Jakarta: Lentera, 1999, Cet. Ke-1, h. 157. 5 Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Jakarta: Lentera Hati, 2007, Cet. Ke- 1, h. 71-72. 4 tertentu, sebagaimana hadis Nabi saw, “Carilah Ilmu dari buaian sampai ke liang kubur” Bukhari Muslim. Pada setiap zaman manusia haruslah menggunakan kesempatan yang ada untuk mencari ilmu. Keluasan kewajiban menuntut ilmu juga digambarkan dalam hadis, “Carilah ilmu walaupun di negeri Cina”. Artinya bahwa mencari ilmu tidak memiliki batasan tempat tertentu. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Islam telah memerintahkan menuntut ilmu dengan tiada batasan golongan tertentu, waktu, tempat dan pengajarnya tetapi mengapa Islam begitu mundur dan generasi muda saat ini selalu berteman dengan kebodohan? Hal inilah yang sangat menyedihkan karena sesungguhnya perintah-perintah yang mulia ini telah ditinggalkan begitu saja oleh generasi muda saat ini. Masih dalam konsep kewajiban mencari ilmu, Muthahhari menukil salah satu hadis Rasulullah SAW , “Seandainya engkau mengetahui apa yang terkandung di dalam mencari ilmu, maka niscaya mencarinya meskipun sampai harus mengalirkan darah dan menyelami lautan”. Dalam mengambil ilmu sebagai hikmah Muthahhari juga tidak membatasi pada satu golongan tertentu. Hal ini berdasarkan hadis Rasul SAW , “Hikmah adalah barang orang mukmin yang hilang, yang akan diambil di mana saja mereka menemukannya”. Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali KW juga menyatakan, “Hikmah adalah barang orang mukmin yang hilang, maka ambillah hikmah itu meskipun dari orang munafik”. 6 Dilihat dari perspektif pendidikan dan pengajaran, ketentuan-ketentuan akhlak Islam ditujukan untuk mendidik manusia agar sesuai dan selaras dengan apa yang diinginkan oleh Islam. Sasaran utama pendidikan dipandang dari sisi sebuah kerangka pengantar terbentuknya masyarakat yang baik, maka pembentukan kepribadian seseorang sangatlah penting. Islam sangat menjaga dan menghormati kejejatian individu dan masyarakat. 7 6 Murtadha Muthahhari, op. cit., h.158. 7 Murtadha Muthahhari, Dasar-Dasar Epistimologi Pendidikan Islam, Jakarta: Sadra International Institute, 2011, Cet ke-1, h.2. 5 Untuk mengetahui lebih jauh pemikiran Murtadha Muthahhari tentang pendidikan, penulis akan meneliti lebih dalam lagi mengenai “Konsep Pendidikan Menurut Murtadha Muthahhari”. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa mencari ilmu wajib hukumnya. Tidak membeda-bedakan baik laki-laki atau perempuan dan tidak memiliki batasan waktu atau masa tertentu. Maka penulis mencoba mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain: 1. Kurangnya semangat dalam belajar mengajar 2. Murtadha Muthahhari menyatakan banyak pendidikan yang belum dapat mendidik akhlak atau moral seseorang. 3. Pendidikan modern mendominasi pembelajaran. C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah Pembatasan masalah dimaksudkan agar kajian menjadi jelas dan terarah, sehingga tujuan kajian tercapai. Dalam kajian ini permasalahan dibatasi pada: pemikiran Murtadha Muthahhari tentang pendidikan. Berdasarkan pembatasan masalah, masalah kajian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari? D. Tujuan Penelitian Dengan melihat dan memperhatikan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan konsep pendidikan menurut Murtadha Muthahhari. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat dijelaskan manfaat dari kajian ini adalah sebagai berikut: