Manifestasi Klinis Demam Tifoid

10 dengan keluar hasilnya membutuhkan waktu berhari-hari. Untuk kultur darah dibutuhkan waktu 5-7 hari. 10

2.6.2 Uji Serologis Widal

Uji serologis widal merupakan suatu metode serologis yang memeriksa derajat aglutinasi antibodi terhadap antigen somatik O dan antigen flagelar H. 10 Di Indonesia pengambilan angka titer O aglutinin 140 dengan menggunakan uji widal menunjukan nilai ramal l positif 96 yang artinya apabila hasil positif 96 kasus benar demam tifoid namun jika negatif tidak menyaring. 5 Biasanya antibodi O akan terdeteksi pada hari ke 6-8 sedangkan antigen H terdeteksi pada hari ke 10-12 setelah timbulnya penyakit. 11 Berdasarkan pendapat dari beberapa senter diagnosis dapat ditegakan apabila terjadi kenaikan sebesar 4 kali titer O aglutinin sekali periksa 1200 atau pada titer sepasang . 5 Aglutinin H sering dikaitkan dengan infeksi masa lampau atau pasca imunisasi sedangkan aglutinin Vi dipakai untuk mendeteksi karier infeksi Salmonella typhi. Meskipun banyak para ahli mengemukakan bahwa uji serologis widal kurang dapat dipercaya karena dapat memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu namun uji widal yang paling sering digunakan oleh para dokter untuk menegakan diagnosis demam tifoid. 5,10

2.6.3 IDL Tubex Test

Tubex test sering dijadikan pilihan untuk menegakan diagnosis demam tifoid karena mudah dilakukan serta hasilnya bisa langsung dilihat hanya dalam waktu 2 menit. Tes Tubex menunjukan hasil yang lebih spesifik karena tes ini mendeteksi antibodi tehadap antigen tunggal yang terdapat di Salmonella typhi yaitu antigen O9 yang merupakan antigen yang sangat spesifik yang tidak ditemukan di mikroorganisme lain. Hasil Tubex yang positif dapat dijadikan penunjang ditegakannya diagnosis demam tifoid. 11 11

2.6.4 IgM Dipstick Test

IgM dipstick test didisain untuk serodiagnosis dari demam tifoid dengan mendeteksi antibodi IgM spesifik Salmonella typhi yang terdapat dalam serum. Pemeriksaan dengan menggunakan IgM dipstick ini mudah dan efisien sehingga sering digunakan untuk menegakan diagnosis demam tifoid ketika kultur darah tidak tersedia. 11

2.7 Terapi Demam Tifoid

Tata laksana untuk pasien demam tifoid terbagi menjadi dua bagian besar yaitu tata laksana umum dan tata laksana antibiotik. Tata laksana umum demam tifoid yang bersifat suportif terdiri dari tirah baring, pemberian rehidrasi oral maupun parenteral, penggunaan antipiretik, pemberian nutrisi yang adekuat, serta transfusi darah jika diindikasikan. 5,13 Komponen-komponen tersebut ikut memberikan kontribusi untuk perbaikan kondisi kesehatan pasien. Berdasarkan dengan etiopatogenesis dari demam tifoid yaitu infeksi Salmonella typhi maka pengobatan utama untuk penyakit ini adalah pemberian antibiotika. Berikut adalah tabel rekomendasi pemberian antibiotika pada demam tifoid dengan dan tanpa komplikasi menurut WHO : 2.3 Pengobatan demam tifoid tanpa kompllikasi. Terapi Optimal Obat Alternatif Kepekaan Antibiotik Dosis harian mgkg BB Lama pemberian hari Antibiotik Dosis harian mgkgBB Lama pemberian hari Sensitif Flourokuinolon 15 5-7 Kloramfenikol Amoksisilin TMP-SMX 50-75 75-100 8-40 14-21 14 14 MDR Flourokuinolon Atau Sefiksim 15 15-20 5-7 7-4 Azitromisin Sefiksim 8-10 15-20 7 7-14 Resisten kuinolon Azitromisin atau Seftriakson 8-10 75 7 10-14 sefiksim 20 7-14 Sumber : WHO, 2003.

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Sri Pamela PTPN 3 Tebing Tinggi Tahun 2004-2008

1 34 92

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008

0 41 110

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD dr. Sayidiman Magetan Tahun 2014.

1 28 17

KAJIAN DOSIS PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI Kajian Dosis Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Di Surakarta Tahun 2011.

0 1 10

KAJIAN DOSIS PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD “X” TAHUN 2011 Kajian Dosis Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap Rsud Dr. Moewardi Di Surakarta Tahun 2011.

0 1 15

POTENSIAL INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI Potensial Interaksi Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta Tahun 2011.

0 2 13

POTENSIAL INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD “X” Potensial Interaksi Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Di Surakarta Tahun 2011.

0 2 13

KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD dr. R. SOETRASNO REMBANG TAHUN 2010.

0 1 17

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM TIFOID RAWAT INAP Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Dr. R.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga Tahun 2010 Menggunakan Metode ATC/DDD.

0 4 15

POLA PEMBERIAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2013.

0 0 16