15
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Teh
Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya
sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatik an teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk
dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda
yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha
pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang http:www.sosro.comIndonesiasejarah
_teh.htm.
Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan
sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda,
sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu
tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa Culture Stetsel.
Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh
pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalu-
ngun, Sumatera Utara http:www.sosro.comIndonesiasejarah_teh.htm.
2.2 Taksonomi dan Biologi Tanaman Teh a. Taksonomi Tanaman teh
Secara taksonomi tanaman teh termasuk dalam Divisi Spermatophyta dengan hierarki sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
16
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Trantomiaceae
Famili : Theaceae
Genus : Cammelia
Spesies : Cammelia sinensis
Tanaman teh merupakan tanaman perdu subtropis yang selalu berdaun hijau yang dapat tumbuh antara 15 sampai 30 kaki Spillane, 1992. Secara umum,
lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap petumbuhan teh adalah keadaan iklim dan tanah. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh
adalah curah hujan, suhu udara tinggi tempat, sinar matahari dan angin. Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah yang cukup subur dengan
bahan kandungan bahan organik cukup, tidak bercadas, serta tanaman teh menghendaki tanah yang asam dengan pH antara 4,5-6,0 Setyamidjaja, 2000.
Penanaman teh dapat dilaksanakan sebagai penanaman baru new planting, penanaman ulang replanting, konversi ataupun rehabilitasi. Tanaman teh dapat
ditanam dengan berbagai jarak tanam. Jarak tanam yang optimal dipengaruhi beberapa faktor, jarak tanam antar barisan tanaman 120 cm dan jarak tanam dalam barisan
antara 60 cm - 90 cm. Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik dengan 7-14 hari, tergantung dari keadaan tanaman dimasing-masing daerah.
Tanaman teh dapat tumbuh sampai sekitar 6-9 m tingginya. Di perkebunan- perkebunan, tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1m tingginya dengan
pemangkasan secara berkala. Tanaman teh umumnya dapat dipetik secara terus- menerus setelah umur 5 tahun dan dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar
selam 40 tahun, kemudian diadakan peremajaan Spillane, 1992.
Universitas Sumatera Utara
17
b. Biologi Tanaman Teh
Menurut Spillane 1992, secara botanis terdapat 2 jenis teh yaitu Thea sinensis dan Thea assamica. Thea sinensis ini disebut juga teh jawa yang ditandai dengan ciri-ciri
tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan tanah sangat dekat, daunnya kecil, pendek, ujungnya agak tumpul dan berwarna hijau tua. Poduksi tidak banyak namun
kualitasnya baik. Morfologi teh sinensis dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Morfologi teh sinensis
Thea assmica mempunyai ciri-ciri tumbuh cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya lebar, panjang dan ujungnya runcing serta berwarna hijau
mengkilat. Produksinya tinggi dan mempunyai kualitas baik. Batangnya agak tegak, keras dan bila dibiarkan tanpa dipangkas bisa mencapai 3-9 m Spillane, 1992.
2.3 Biologi Serangga