29
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Deskripsi Umum
Secara administratif pemerintahan, kebun Sidamanik terletak di desa Sarimatondang, kecamatan SidamanikHabinsaran, Kabupaten Simalungun Sumatera
Utara dan secara geografis terletak pada koordinat 2 51’ 52.2” Lintang Utara dan 98
54’ 17,9” Bujur Timur dengan ketinggian 916 m dpl dengan luas sekitar 2.224,46 Ha.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2009 di Kawasan Perkebunan Teh PTPN IV Sidamanik, Kecamatan, Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Dengan
titik-titik pengamatan sebagai berikut :
a. Lokasi I
Merupakan lokasiareal perkebunan tanaman teh dengan tahun tanam dominan adalah tahun 1926, areal ini cukup dekat dengan pemukiman penduduk. Areal ini
berada pada titik koordinat 2 51’ 39,7” LU – 98
54’ 35,2” BT dan ketinggian 908 m dpl.
b. Lokasi II
Merupakan lokasiareal perkebunan tanaman teh dengan tahun tanam dominan adalah tahun 1966, dimana lokasiareal ini tanaman teh banyak diserang hama dan
penyakit. Areal ini berada pada titik koordinat 2 51’ 34,5” LU – 98
54’ 17,7” BT dan ketinggian 910 m dpl.
Universitas Sumatera Utara
30
c. Lokasi III
Merupakan lokasiareal perkebunan tanaman teh dengan tahun tanam dominan adalah tahun 1999, dimana lokasiareal ini sangat dekat jaraknya dengan lokasi
pabrik teh. Areal ini berada pada titik koordinat 2 51’ 25,2” LU – 98
54’ 17,9” BT dan ketinggian 915 m dpl.
d. Lokasi IV
Merupakan lokasiareal perkebunan tanaman teh dengan tahun tanam dominan adalah tahun 2004, dimana lokasiareal ini cukup jauh dari pemukiman penduduk,
tetapi dekat dengan jalan raya. Areal ini berada pada titik koordinat adalah2 51’
46,8” LU – 98 54’ 52,4” BT dan ketinggian 865 m dpl.
3.3. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah perangkap Light Trap, meteran, tali rafia, insecting net, kertas label, pinset, botol film, selotip, dan plastik
transparan. Alat yang digunakan dalam mengukur faktor fisk adalah higrometer, termometer, dan luxmeter. Bahan yang digunakan untuk pengawetan sampel adalah
alkohol 70 dan formalin 4.
3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Di Lapangan
Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan dengan metode ”Purposive Sampling”, yaitu penentuan lokasi dengan cara memilih. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang dapat
mewakili atau mendekati kebenaran dan keadaan secara keseluruhan. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan metode ”Kibas”, ”Hand Sorting” dan metode
”Light Trap”.
Universitas Sumatera Utara
31
Serangga diambil dengan menggunakan metode ”Hand Sorting”, yaitu mengambil sampel secara langsung dengan tangan untuk serangga yang masih berupa
larva. Sedangkan untuk serangga dewasa, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Light Trap untuk serangga nokturnal dan metode Kibas, yaitu
dengan menggunakan insecting net untuk serangga diurnal. Sampel yang didapat dimasukkan ke dalam botol film yang telah diberi alkohol 70. Kemudian lokasi
pengamatan diukur faktor fisik lingkungannya, yaitu suhu dengan menggunakan termometer, kelembaban dengan higrometer dan intensitas cahaya dengan luxmeter
yang merupakan faktor pendukung dari keberadaan serangga hama tersebut.
3.4.2. Di Laboratorium
Sampel yang diperoleh dari lapangan dibawa ke laboratorium Sistematika Hewan Depatemen Biologi FMIPA USU untuk diidentifikasi. Dalam mengidentifikasi
digunakan Lup, Mikroskop stereo dan berbagai buku acuan sebagai berikut: 1
Introduction to the Study of Insect Borror, 1996 2
Kunci Determinasi Serangga Siwi, 1991 3
Insect Evans, 1984 4
Entomology Gillot, 1982
Universitas Sumatera Utara
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jenis-jenis Serangga
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kawasan Perkebunan teh
Cammelia sinensis L PT. Perkebunan Nusantara PTPN IV Sidamanik, Kecamatan
Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara didapatkan 16 genus serangga yang termasuk ke dalam 16 famili dan 9 ordo. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1. Jenis-Jenis Serangga yang Didapatkan pada Kawasan Perkebunan Teh Cammelia Sinensis.
L PTPN. IV Sidamanik, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
No. Ordo
Famili Genus
Nama Daerah
1. Coleoptera
Meloidae Cantaris
Kumbang Cicindelidae
Cicindela Kumbang harimau
Coccinellidae Harmonia
Kumbang helm 2.
Diptera Cecidomyiidae
Orseolia Agas-agas
3. Hemiptera
Coreidae Leptocorixa
Walang sangit Pentatomidae
Andrallus kepik
Miridae Helopeltis
Helopeltis 4.
Homoptera Delphacidae
Nilaparvata Wereng
5. Hymoneptera
Formicidae Formica
Semut Vespidae
Vespula Tabuhan kertas
6. Lepidoptera
Geomatridae Hyposidra
Ulat jengkal Arctiidae
Nyctemera Ngengat
7. Mantodea
Mantidae
Hierodula
Belalang sembah 8.
Odonata Aeshnidae
Aeshna Capung
9. Orthoptera
Tettigonidae Sexava
Belalang pedang Acrididae
Valanga Belalang kayu
Keterangan : Predator,
Hama, Penyerbuk
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa serangga yang didapatkan termasuk kedalam 9
ordo yaitu Coleoptera, Diptera, Hemiptera, Homoptera Hymenoptera, Lepidoptera, Mantodea, Odonata, dan Orthoptera, 16 Famili yaitu Meloidae, Cincindelidae,
Coccinellidae, Cecidomyiidae, Coreidae, Pentatomidae, Miridae, Delphacidae,
Universitas Sumatera Utara
33
Formicidae, Vespidae, Geomatridae, Arctiidae, Mantidae, Aeshnidae, Tettigonidae, Acrididae. dan 16 genus yaitu
Cantaris, Cicindela, Harmonia, Orseolia, Leptocorixa,
Andrallus, Helopeltis, Nilaparvata, Formica, Vespula, Hyposidra, Nyctemera,
Hierodula,
Aeshna, Sexava dan Valanga.
Dari Jenis serangga yang diperoleh. Masing-masing mempunyai peranan yang
berbeda-beda seperti terlihat pada tabel 4.2. berikut ini:
Tabel 4.2. Jenis serangga Yang diperoleh Berdasarkan Peranaannya di Lokasi Penelitian
No. Genus
Hama Pada Tanaman Teh
Hama pada Tanaman Lain
Predator Penyerbuk
1.
Cantaris
- +
- -
2.
Cicindela
- -
+ -
3.
Harmonia
- -
+ -
4.
Orseolia
- +
- -
5.
Leptocorixa
- +
- -
6.
Andrallus
- -
+ -
7.
Helopeltis
+ -
- -
8.
Nilaparvata
- +
- -
9.
Formica
- -
+ -
10.
Vespula
- -
- +
11.
Hyposidra
+ -
- -
12.
Nyctemera
- -
- +
13. Hierodula -
- +
- 14.
Aeshna
- -
+ -
15.
Sexava
- +
- -
16.
Valanga
- +
- -
Dari 8 genus serangga hama yang ditemukan terdapat 2 genus sebagai hama pada tanaman teh, yaitu Hyposidra dan Helopeltis, sedangkan 6 genus lainnya
merupakan hama pada tanaman lain Zea mays, Musa paradisiaca, Cocos nucifera,
dan tanaman pangan lainnya, yaitu Cantaris, Orseolia, Leptocorixa, Nilaparvata, sexava dan valanga. Ditemukannya serangga lain yang bukan serangga hama pada
tanaman teh di lokasi perkebunan teh disebabkan karena pada lokasi perkebunan teh ini juga terdapat lokasi pertanian milik penduduk setempat yang menanam tanaman
selain tanaman teh, seperti Oryza sativa, Zea mays, Musa paradisiaca, Cocos nucifera dan lain-lain, sehingga diperkirakan serangga-serangga tersebut berasal dari tanaman
tersebut. Menurut Pracaya 1999, serangga dari genus Nilaparvata adalah wereng
Universitas Sumatera Utara
34
yang banyak menyerang tanaman Oryza sativa yang dapat mengakibatkan kerusakan
yang hebat pada tanaman Oryza sativa. Serangga hama ini ditemukan di Asia selatan, Asia Timur, Australia Timur dan Asia Tenggara. Selanjutnya Kartasapoetra 1993
mengatakan bahwa serangga hama dari genus Sexava merupakan satu jenis belalang perusak tanaman kelapa yang termasuk kedalam famili Tettigonidae, jenis serangga
ini selain merusak tanaman Cocos nucifera juga merusak tanaman lain seperti Triricum vulgare , Musa paradisiaca, Zalacca sp, Pandanus sp dan lain-lain.
Serangga juga mempunyai alat gerak berupa tungkai dan sayap untuk dapat berpindah tempat. Hal ini juga memungkinkan mengapa serangga tersebut terdapat
pada tanaman teh . Menurut Idham 1994, serangga dapat berpindah tempat secara aktif maupun pasif. Perpindahan tempat secara aktif dilakukan oleh imago dengan
cara terbang atau berjalan, sedangkan secara pasif dilakukan oleh faktor lain seperti tertiup angin untuk serangga-serangga kecil atau terbawa pada tanaman yang
dipindahkan oleh manusia.
Selain itu faktor ketersediaan makanan dan faktor fisik lingkungan juga sangat menentukan keberadaan suatu jenis dari keberadaan serangga dalam mendukung
kehidupannnya. Dari penelitian diperoleh suhu udara rata-rata 22 C, Kelembaban
udara rata-rata 85,8 dan intensitas cahaya sebesar 93,5. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan faktor fisik lingkungan tersebut mendukung kehidupan serangga di lokasi
tersebut. Menurut Jumar 2000, faktor fisik banyak berpengaruh terhadap serangga. Faktor tersebut seperti suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya, angin dan tofografi.
Selanjutnya Gillot 1980, mengatakan bahwa keberadaan serangga di lingkungan diperngaruhi oleh keadaan sekitarnya termasuk suhu lingkungan. Kondisi iklim di
daerah tropis sangat cocok untuk perkembangbiakan dan reproduksi serangga.
Universitas Sumatera Utara
35
4.2. Deskripsi Jenis-Jenis Serangga 4.2.1 Serangga Hama pada Tanaman Teh