Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain tanpa
membedakan apakah zat itu secara alami terdapat dalam bahan makanan atau tercampur secara sengaja atau tidak sengaja kedalam bahan makanan atau makanan
jadi yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Pangan yang aman serta bermutu dan bergizi tinggi sangat penting peranannya bagi
pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat Khomsan, 2003.
2.4. Bahan Tambahan Pangan BTP
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722MenkesPerIX1988 menyatakan bahwa bahan tambahan pangan adalah bahan
yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan
sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas pangan tersebut.
2.4.1. Jenis Bahan Tambahan Pangan BTP
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722MenkesPerIX1988, BTP digolongkan ke dalam 11 sebelas jenis antara lain
sebagai berikut:
1. Antioksidan dan antioksidan sinergis Digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh: asam
askorbat dan garamnya untuk produk daging, ikan, dan buah-buahan kaleng. 2. Antikempal
Untuk mencegah atau mengurangi kecepatan pengempalan atau menggumpalnya makanan yang mempunyai sifat higroskopis, yang biasa
ditambah antikempal misalnya susu, krim, dan kaldu bubuk. 3. Pengatur keasaman
Dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: Asam laktat dan malat yang digunakan pada jeli.
4. Pemanis buatan Menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak
mempunyai nilai gizi. Contoh: Aspartam, Siklamat, dan Sakarin. 5. Pemutih dan pematang tepung
Mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan tepung hingga dapat memperbaiki mutu penanganan.
6. Pengemulsi, pemantap dan pengental Membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen
pada makanan yang biasanya mengandung air atau minyak. Contoh: gelatin pemantap dan pengental untuk sediaan keju.
7. Pengawet Mencegah fermentasi dan pengasaman penguraian oleh mikroorganisme.
Contoh: asam benzoat dan garamnya untuk produk buah, kecap, dan keju.
8. Pengeras Memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na
sulfat untuk pengeras acar ketimun dalam botol. 9. Pewarna
Memperbaiki atau memberi warna. Contoh: green S warna hijau, kurkumin warna kuning, dan karamel warna coklat.
10. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa Dapat memberikan, mempertegas rasa dan aroma. Contoh: Asam guanilat,
Asam inosinat, dan monosodium glutamate MSG pada produk daging. 11. Sekuestran
Mencegah terjadinya oksidasi penyebab perubahan warna dan aroma, biasa ditambahkan pada daging dan ikan. Contoh: asam folat dan garamnya.
Produsen makanan dianggap melanggar peraturan jika menggunakan BTP yang dilarang atau melebihi takaran maksimum yang diizinkan. BTP yang dilarang
tetapi sering digunakan oleh produsen makanan, antara lain Permata, 2010: 1. Boraks: sebagai pengenyal pada bakso dan lontong.
2. Formalin: sebagai pengawet pada tahu dan mi basah. 3. Rhodamin B: sebagai pewarna merah.
4. Methanil Yellow: sebagai pewarna kuning. 5. Pemanis buatan Siklamat dan Sakarin: sering digunakan pada minuman
ringan dan makanan jajanan yang ditujukan bukan untuk pangan khusus bagi penderita diabetes melainkan dengan maksud dijual murah tapi rasanya manis.
2.4.2. Tujuan Penambahan Bahan Tambahan Pangan BTP