Maksud pendapat diatas menyatakan bahwa anggaran memiliki empat fungsi utama yaitu:
1. Anggaran
berfungsi sebagai
dokumen kebijakan
yang mencerminkan filosofi unsur sekolah seperti administrasi yang
dilakukan dan seluruh stakeholder. 2.
Anggaran berfungsi
sebagai rencana
keuangan yang
menggambarkan apa yang telah dilakukan di masa lalu dan apa yang diusulkan untuk masa depan. Ini menunjukkan dihabiskan di
tahun-tahun sebelumnya untuk masing-masing fungsi dan memiliki potensi untuk memperkirakan pengeluaran masa depan
juga. 3.
Anggaran berfungsi sebagai panduan operasi untuk keputusan administratif, memberikan pedoman untuk fiskal, program dan
akuntabilitas personel. 4.
Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi untuk berbagi kekuatan dan tantangan dari program instruksional dengan
masyarakat dengan menunjukkan bagaimana dana pendidikan dibelanjakan dan mengidentifikasi program prioritas.
4. Proses Manajemen Keuangan
Komponen keuangan pada tingkat satuan pendidikan merupakan komponen produksi yang mementukan terlaksananya kegiatan-kegiatan
proses belajar mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan
biaya, baik disadari maupun tidak. Komponen keuangan perlu dikelola sebaik-baiknya agar dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Pengelolaan keuangan pendidikan lebih difokuskan dalam proses merencanakan alokasi secara
teliti dan penuh perhitungan serta mengawasi pelaksanaan dana, baik
biaya operasional maupun biaya capital, disertai bukti-bukti secara administrative dan fisik material sesuai dengan dana yang dikeluarkan.
38
Manajemen keuangan meliputi perencanaan financial, pelaksanaan, evaluasi. Jones mengemukakan financial planning is called budgeting
merupakan kegiatan mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tanpa terjadi
efek samping yang merugikan. Implementation involves accounting atau pelaksanaan anggaran ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah
dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian bila diperlukan. Evaluasi merupakan proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.
39
Proses pengelolaan keuangan menurut Agustinus Hermino dalam bukunya
Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan Tinjauan Perilaku Organisasi Menuju Comprehensive Multilevel Planning
meliputi: a.
Perlengkapan administrasi keuangan, yaitu memiliki tempat khusus penyimpanan, memiliki alat hitung, dan memilki buku-buku yang
dibutuhkan. b.
RAPBS, yaitu memiliki RAPBS yang telah disahkan oleh yang berwenang, serta memilki progam penjabarannya.
c. Pengadministrasian keuangan, yaitu memilki catatan logistic uang
dan barang sesuai anggaran dan sumber dana.
40
Dalam tataran pengelolaan Vincen P Costa 2000: 175 memperlihatkan cara mengatur lalu lintas uang yang diterima dan
dibelanjakan mulai dari kegiatan perencanaan , pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sampai dengan penyampaian umpan balik.
Kegiatan perencanaan menentukan untuk apa, dimana, kapan dan berapa lama akan dilaksankan, dan bagaimana cara melaksanakannya. Kegiatan
38
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010,h.153.
39
E. Mulyasa. Loc.cit.
40
Hermino, op.cit., h. 184.
pengorganisasian menentukan bagaimana aturan dan tata kerjanya. Kegiatan pelaksanaan menentukan siapa yang terlibat, apa yang
dikerjakan, dan masing-masing bertanggungjawab dalam hal apa. Kegiatan pengawasan dan pemeriksaan mengatur kriterianya, bagaimana
cara melakukannya, dan akan dilakukan siapa. Kegiatan umpan balik merumuskan kesimpulan dan saran-saran untuk kesinambungan
terselenggarakannya Manajemen
Operasional Sekolah.
Proses pengelolaan keuangan di sekolah meliputi:
1 Perencanaan anggaran
2 Strategi mencari sumber dana sekolah
3 Penggunaan keuangan sekolah
4 Pengawasan dan evaluasi anggaran
5 Pertanggungjawaban.
41
Menurut E.Mulyasa proses manajemen keuangan sekolah terbagi atas beberapa tahap mulai dari perencanaan keuangan sekolah,
pelaksanaan keuangan sekolah, evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.
1 Perencanaan Keuangan Sekolah
Dalam bukunya E.Mulyasa yang berjudul Manajemen Berbasis Sekolah perencanaan dalam manajemen keuangan ialah kegiatan
merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Perencanaan menghimpun
sejumlah sumber daya yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan berhubungan dengan anggaran atau budget , sebagai penjabaran suatu
rencana ke dalam bentuk dana untuk setiap komponen kegiatan. Dalam pelaksanaanya, manajemen keuangan ini menganut asas
pemisahan tugas
antara fungsi
otorisator, ordonator,
dan
41
Daryanto, op.cit., h. 134.
bendaharawan. Otorisator adalah pejabat berwenang untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran.
Ordonator adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan
berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Sementara bendaharawan adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan,
dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai
dengan uang
serta membuat
perhitungan dan
pertanggungjawaban.
42
Perencanaan keuangan sekolah sedikitnya mencakup dua kegiatan, yakni penyusunan anggaran, dan pengembangan rencana anggaran
belanja sekolah RAPBS. a
Penyusunan Anggaran Keuangan Sekolah Sebelum membicarakan mengenai penyusunan anggran akan
dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian anggaran Hartman 1988,P. 2
defines a budget as “a document which specifies the planned expenditures and anticipated revenues of a school district
in a given fiscal year, along with other data and information relating the fiscal elements to the educational philosophy,
programs, and needs of the district.”
There are three major components of a budget, which can be depicted as a triangle. These elements are 1 the educational
program of the school district, 2 revenue that would support those programs, and 3 actual expenditures on those programs
that occur over the school year.
43
42
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, Cet.1, h.161.
43
Allan R.Odden Lawrence O.Picus, op.cit, p.235.
Maksud pendapat Hartman 1988, P. 2 mendefinisikan anggaran
sebagai sebuah
dokumen yang
menentukan pengeluaran yang direncanakan dan pendapatan diantisipasi dari
sebuah sekolah dalam satu tahun anggaran, bersama dengan data lain dan informasi yang berkaitan dengan elemen anggaran dengan
filosofi pendidikan, program, dan kebutuhan kabupaten. Ada tiga komponen utama anggaran, yang dapat digambarkan sebagai
segitiga. Unsur-unsur ini adalah 1 program pendidikan sekolah, 2 pendapatan yang akan mendukung program-program, dan 3
pengeluaran aktual atas program-program yang terjadi selama tahun sekolah.
Menurut Browneel dalam Yulia, 2004: 582 Anggaran partisipatif adalah suatu proses di mana individu-individu terlibat
di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan target anggaran yang akan dievaluasi
. Menurut Kennis Partisipasi Anggaran adalah sebagai tingkat keikutsertaan manajer dalam
menyusun anggaran .
Dengan menyusun anggaran secara partisipatif diharapkan kinerja para manajer akan meningkat.
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa ketika suatu tujuan atau standart yang dirancang secara partisipatif disetujui, maka
karyawan akan menginternalisasikan tujuan atau standart yang ditetapkan, dan karyawan juga memiliki rasa tanggung jawab
pribadi untuk mencapainya karena mereka ikut serta terlibat dalam penyusunannya Milani, 1975 dalam Ratnawati Kurnia, semakin
tinggi tingkat keterlibatan manajer dalam proses penyusunan anggaran, akan semakin meningkatkan kinerja Indriantoro, 2000.
Partisipasi merupakan suatu konsep di mana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu
bersama atasannya Robbins, 2002: 179. Sementara Supomo dan Indriantoro 1998 menyatakan bahwa partisipasi dalam
penyusunan anggaran merupakan proses di mana individu terlibat dalam penyusunan target anggaran, lalu individu tersebut
dievaluasi kinerjanya dan memperoleh penghargaan berdasarkan target anggaran.
Perbedaan penganggaran partisipatif dengan non partisipatif terletak pada tingkat keterlibatan bawahan dalam penyusunan
anggaran. Keunggulan partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah dapat memotivasi bawahan untuk mencapai target
anggaran, dapat memacu peningkatan moral, inisiatif untuk para lini manajer, pertukaran informasi yang efektif antar pembuat dan
pelaksana anggaran. Sedangkan kelemahan partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah terkadang menetapkan standar yang
terlalu tinggi, dapat menyebabkan kesenjangan anggaran. Dalam menciptakan suatu anggaran ada dua cara yang dapat
ditempuh, yaitu Alim dalam Sumadiyah dan Susanta, 2004: 481: 1. Anggaran partisipatif bottom-up
Pada proses anggaran partisipatif proses penyusunan anggaran mengijinkan manajer dengan level yang lebih rendah untuk
berpartisipasi secara signifikan dalam pembentukan anggaran sementara.
2. Anggaran Top-down Proses penyusunan anggaran tidak melibatkan bawahan secara
signifikan. Penyusunan anggaran merupakan langkah-langkah positif
untuk merealisasikan rencana yang telah disusun. Kegiatan ini melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya
penyusunan anggaran merupakan negoisasi atau perundingan kesepakatan
antara puncak
pimpinan dengan
pimpinan dibawahnya dalam menentukan besarnya alokasi biaya suatu
penganggaran. Hasil akhir dari suatu negoisasi merupakan suatu pernyataan tentang pengeluaran dan pendapatan yang diharapkan
dari setiap sumber dana. Adapun prinsip-prinsip dan prosedur penyusunan anggaran:
a. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas
dalam sistem manajemen dan organisasi; b.
Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran;
c. Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja oganisasi;
d. Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai
yang paling bawah.
44
Pada proses penyusunan ini ada beberapa pendekatan yang dalam mendesain anggaran yaitu sebagai berikut:
1 Anggaran butir per butir Line Item Budget
Desain ini merupakan bentuk anggaran yang paling simpel digunakan. Dalam bentuk ini, setiap pengeluaran
dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori, misalnya gaji, upah, honor menjadi satu kategori atau satu nomor
atau butir, dan perlengkapan, sarana, material dengan butir tersendiri.
2 Anggaran program Program Budget System
44
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Cet.5, h.49.
Bentuk ini dirancang untuk mengidentifikasi biaya setiap program. Pada anggaran biaya per butir dihitung
berdasarkan jenis butir item yang akan dibeli, sedangkan pada anggaran program biaya dihitung berdasarkan jenis
program. Misalnya, jika dalam anggaran butir-per butir disebut gaji guru item 01, sedangkan dalam anggaran
laporan disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA hanyalah salah satu komponen, dan komponen lain yang
termasuk program percobaan mencakup alat-alat IPA, bahan-bahan kimia, IPA dan sebagainya, menjadi satu
paket. 3
Anggaran berdasarkan hasil performance budget Bentuk anggaran ini menekankan hasil performance dan
bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran. Pekerjaan akhir dalam suatu program dipecah dalam
bentuk beban kerja dan unit hasil yang dapat diukur. Hasil pengukurannya dipergunakan untuk menghitung masukan
dana dan tenaga yang dipergunakan untuk mencapai suatu program.
4 Sistem
perencanaan penyusunan
program dan
penganggaran Planning
Programming Budgeting
SystemPPBS atau SP4 PPBS merupakan kerangka kerja dalam perencanaan
dengan mengorganisasikan informasi dan menganalisisnya secara sistematis. Dalam PPBS, tiap-tiap tujuan suatu
program dinyatakan dengan jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam proses ini data tentang
biaya, keuntungan, kelayakan suatu program disajikan secara lengkap sehingga mengambil keputusan dapat
menentukan pilihan program yang dianggap paling menguntungkan.
45
Menurut Allan R. Odden Lawrence O. Picus dalam bukunya School Finance A policy Perspective menjelaskan penyusunan
anggaran terbagi atas: 1.
School site budgets There are many methods for estimating school district
enrollment. But to develop school budgets, it’s essential to
know how many students will enroll in the individual school. More over, in using our adequacy model to estimate the
resources needed at any school, the budget maker needs a count of the students in the school by grade, the number of
students who qualify for free and reduced price lunch, the number of ELL students, and the number of children with
disabilities who receive special education services. Maksud dari teori tersebut menurut pemahaman penulis
untuk mengembangkan anggaran sekolah, sangat penting untuk mengetahui berapa banyak siswa akan mendaftar di
sekolah masing-masing. Terlebih lagi, dalam menggunakan model yang kesanggupan untuk memperkirakan sumber daya
yang dibutuhkan di sekolah manapun, pembuat anggaran membutuhkan hitungan siswa di sekolah berdasarkan kelas,
jumlah siswa yang memenuhi syarat untuk gratis dan mengurangi makan siang, jumlah siswa, dan jumlah anak-anak
cacat yang menerima layanan pendidikan khusus.
45
Fattah, Ibid., h.53.
2. The district budget process
The preceding discussion provides an example of how a school-level budget could be developed using the evidence-
based adequacy model. These data provide an estimate of the needed expenditures for the school and, when aggregated with
central-office requirements, provide an expenditure estimate for the district. This section describes the process for
developing that district budget, which would include individual school-level budget.
The heart of the budget process is estimating revenues and expenditures and ensuring that the budget is an balance-
that expenditures do not excees revenues for the year. Maksud dari teori tersebut menurut pemahaman penulis,
memperkiraan pengeluaran yang diperlukan untuk sekolah perlu digabungkan dengan pemerintah pusat dan daerah.
Dimana setiap daerah perlu memberikan anggrannya kepada sekolah yang terdapat didaerahnya. Artinya pusat dan daerah
sama-sama memberikan anggran ke unit sekolah untuk menambah pendapat sekolah dan pemenuhan kebutuhan tiap
siswa dapat dipenuhi. 3.
Estimating expenditures In addition to revenues for the fiscal year, the district must
estimate total expenditure needs. Earlier in this chapter, we provided an provided an approach to estimating the
expenditures needed to fund the recources identified in our adequacy model. This approach will, we argue, lead to
spending strategies that improve student learning, and so it is this approach that we suggest districts and school use.
a. Identify the specific programs and or functions around
which the budgets is to be constructed b.
Ascertain what recources are needed to operationalize the tasks essential to each of the programs or functions
identified in the previous step. c.
Estimate the costs of the recources needed to implement each program or function.
Maksud dari teori tersebut menurut pemahaman penulis untuk menyusun
anggran perlu
dipertimbangkan perkiraan
pengeluaran dan jumlah kebutuhan untuk mendanai proses kegiatan di sekolah. Membuat strategi yang dapat
meningkatkan belajar siswa melalui penggunaan anggaran. Dengan cara:
a. Identifikasi program dan atau fungsi tertentu sekitar yang
anggaran akan dibangun b.
Memastikan sumber daya yang diperlukan untuk mengoperasionalkan tugas penting untuk setiap program
atau fungsi
yang diidentifikasi
dalam langkah
sebelumnya. c.
Memperkirakan biaya diperlukan untuk melaksanakan setiap program atau fungsi.
4. Accounting for expenditures and revenues
After the budget is developed, districts need mechanisms for tracking expenditures. They do this trough fiscal accounting
systems that have various elements, including funds, objects, and functions.
Maksud dari teori tersebut menurut pemahaman penulis Setelah anggaran dikembangkan, pemerintah pusat dan daerah
perlu melacak pengeluaran sekolah dengan mekanismenya. Pengeluaran dilakukan dengan sistem akuntansi.
5. Budget Preparation Summary
Clearly, many step are required to prepare a school and school district’s budget. To recap, typically, a budget presents
information on the expected revenues and expenditures of the school district, along with information on the number of
students served and the number of FTE employees who will be employed in the provision of educational services for those
students. This information can be displayed by object of expenditure, function, or programs, and can be provided at an
aggregate district level or disaggregated to specific locations such as school sites and other logical locations, including the
central office, the transportation department, and others either as determined by the district or as mandated by state policy.
Maksud dari teori tersebut menurut pemahaman penulis Jelas, banyak langkah yang diperlukan untuk mempersiapkan
sekolah dan anggaran sekolah. Untuk rekap, biasanya, anggaran menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran dari sekolah, bersama dengan informasi mengenai jumlah siswa dilayani dan jumlah karyawan FTE yang akan
bekerja dalam penyediaan layanan pendidikan bagi siswa. Informasi ini dapat ditampilkan oleh obyek pengeluaran,
fungsi, atau program, dan dapat disediakan pada tingkat kabupaten agregat atau terpilah ke lokasi tertentu seperti situs
sekolah dan lokasi logis lainnya, termasuk kantor pusat, departemen transportasi, dan lain-lain baik sebagaimana
ditentukan oleh kabupaten atau sebagaimana diamanatkan oleh kebijakan negara.
6. Budget Modification
If expenditure estimates exceed revenue projections, the district’s administrators must make adjustments on one or
both sides of the equation. Typically, it is easier to reduce expenditures than it is to increase revenue. Most state and
federal programs have fixed revenue levels, and a school district is unlikely to be able to seek additional funding from
these sources over the short term. Local property taxes offer somewhat more hope, depending on the tax statutes in the
particular state. In many states, it is possible to seek voter approval for higher property taxes. However, tax limitations in
many states have curtailed this option. Additionally, there are often state restrictions on how much property taxes can be
raised to maintain the equity of the system. Maksud dari teori tersebut menurut pemahaman penulis
Jika perkiraan pengeluaran melebihi proyeksi pendapatan, administrator distrik harus melakukan penyesuaian pada satu
atau kedua sisi persamaan. Biasanya, lebih mudah untuk mengurangi pengeluaran daripada untuk meningkatkan
pendapatan. Kebanyakan program negara bagian dan federal telah tetap tingkat pendapatan, dan distrik sekolah tidak
mungkin dapat mencari dana tambahan dari sumber-sumber ini dalam jangka pendek. Pajak properti lokal menawarkan
agak lebih harapan, tergantung pada undang-undang pajak di negara tertentu. Di banyak negara, adalah mungkin untuk
meminta persetujuan pemilih untuk pajak properti yang lebih tinggi. Namun, keterbatasan pajak di banyak negara telah
membatasi pilihan ini. Selain itu, sering ada pembatasan
negara pada seberapa banyak pajak properti dapat ditingkatkan untuk mempertahankan ekuitas sistem.
7. Budget Approval
Once of balanced budget has been developed, the district’s school board must approve it. The timing of this process,
along with the required documents that must be submitted and the time in which the general public may comment on the
budget, is generally prescribed by state law. In general however, the superintendent submits the budget to the school
board, makes copies available to the public, and helps the board schedule public hearings on the document. At this time,
the board may further modify the budget to reflect its policies and goals Although superintendents typically work closely
with either the board or a budget committee of the board to develop the budget, so generally there are few board-directed
changes at this point. Maksud dari teori tersebut menurut pemahaman penulis
setelah dari anggaran berimbang telah dikembangkan, dewan sekolah distrik harus menyetujuinya. Waktu proses ini,
bersama dengan dokumen-dokumen yang diperlukan yang harus disampaikan dan waktu di mana masyarakat umum
dapat mengomentari anggaran, umumnya ditentukan oleh hukum negara.
Namun secara umum, pengawas mengajukan anggaran untuk dewan sekolah, membuat salinan tersedia untuk umum,
dan membantu dengar pendapat publik jadwal papan atas dokumen. Pada saat ini, dewan lebih lanjut dapat
memodifikasi anggaran untuk mencerminkan kebijakan dan tujuannya Meskipun pengawas biasanya bekerja sama dengan
panitia anggaran dewan untuk mengembangkan anggaran, sehingga umumnya ada beberapa perubahan diarahkan.
8. Administering the budget.
The adopted budget served as a guide for expenditure allocations throughout the year. Since it is imposible to
estimate all expenditure needs perfectly during the budgeting process, it is important to continually monitor revenues and
expenditures to make sure they are in line with budgets projections. If there are changes either in the revenue
available to the distict or in its expenditure needs, modifications to the budget document must be approved by the
school board. Such change may be the results of an unexpected influx of students, requiring more teachers and
classroom space, or a drop in the revenue receipts for one or more prpgrams. At all times, the district administration and
school board must strive to keep the budget in balance, reducing expenditures if revenue projections fall short and
increasing expenditures to meet the needs of a growing student population-provided the revenues to support those students
are available. In short, the budget becomes an important management tool to help ensure that educational recources
are focused on the priorities established at the beginning of the budget cycle.
Maksud dari teori tersebut menurut pemahaman penulis anggaran sebagai panduan untuk alokasi belanja sepanjang
tahun. Karena untuk memperkirakan semua kebutuhan belanja sempurna selama proses penganggaran, penting untuk terus
memantau penerimaan dan pengeluaran untuk memastikan mereka sejalan dengan proyeksi anggaran. Jika ada perubahan
baik dalam pendapatan yang tersedia untuk distict atau dalam kebutuhan pengeluarannya, modifikasi dokumen anggaran
harus disetujui oleh dewan sekolah. Perubahan tersebut dapat hasil dari masuknya terduga siswa, membutuhkan lebih
banyak guru dan ruang kelas, atau penurunan penerimaan pendapatan untuk satu atau lebih prpgrams.
Setiap saat, pemerintah kabupaten dan dewan sekolah harus
berusaha untuk
menjaga anggaran
seimbang, mengurangi pengeluaran jika proyeksi pendapatan jatuh
pengeluaran pendek dan meningkat untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh mahasiswa-populasi
yang tersedia
pendapatan untuk mendukung para pelajar yang tersedia. Singkatnya, anggaran menjadi alat manajemen penting untuk
membantu memastikan
bahwa recources
pendidikan difokuskan pada prioritas yang ditetapkan pada awal siklus
anggaran. Lipham mengungkapkan empat fase kegiatan pokok
penyusunan angggaran sebagai berikut: a
Perencanaan anggaran merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam
penampilan operasional yang dapat diukur, menganalisis alternative
pencapaian tujuan
dengan analisis
cost effectiveness, membuat rekomendasi alternative pendekatan
untuk mencapai sasaran. b
Mempersiapkan anggaran antara lain menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya,
distribusi, dan sasaran progam pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan,
dan bahan-bahan yang telah tersedia.
c Mengelola pelaksanaan anggaran antara lain mempersiapkan
pembukaan, melakukan
pembelanjaan dan
membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan
sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan.
d Menilai pelaksanaan anggaran antara lain menilai pelaksanaan
proses belajar mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran progam, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan
anggaran yang akan datang. Penyusunan anggaran berangkat dari rencana kegiatan atau
program yang telah disusun dan kemudian diperhitungkan berapa biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut,
bukan dari jumlah dana yang tersedia dan bagaimana dana tersebut dihabiskan. Langkah-langkah penyusunan anggaran
adalah sebagai berikut: a.
Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan; b.
Menyusun rencana berdasar skala prioritas pelaksanaannya; c.
Menentukan program kerja dan rincian program; d.
Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program; e.
Menghitung dana yang dibutuhkan; f.
Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.
46
Penyusunan anggaran keuangan sekolah atau sering disebut anggaran belanja sekolah ABS, biasanya dikembangkan dalam
format-format yang meliputi: 1 sumber pendapatan terdiri dari UYHD Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan, DPP Dana
Penunjang Pendidikan, OPF; dan lain-lain; 2 pengeluaran untuk
46
Muhaimin, suti’ah, dan Sugeng Listyo., “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan SekolahMadrasah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010, Cet.2, h.359.
kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, bahan-bahan dan alat pelajaran, honorarium dan
kesejahteraan.
47
Dalam proses penyusunan anggaran memerlukan tahapan yang sistematik. Tahapan penyusunan anggaran adalah sebagai
berikut: a.
Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
selama periode anggaran; b.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa, dan barang.
c. Semua
sumber dinyatakan dalam bentuk uang, jasa, dan barang;
d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah
disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu; e.
Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang;
f. Melakukan revisi usulan anggaran;
g. Persetujuan revisi usulan anggaran;
h. Pengesahan anggaran.
48
b Pengembangan Rencana rencana anggaran belanja sekolah
Berbagai rencana yang dituangkan ke dalam rencana dan program tahunan pada dasarnya adalah program sekolah, oleh
karena itu anggaran yang diperlukan juga tercakup dalam anggaran dan pendapatan belanja sekolah.
Anggaran pendapatan dan belanja sekolah dapat berasal dari berbagai sumber dana. Prinsip efisiensi harus diterapkan dalam
47
E.Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2006, Cet.8, h. 199.
48
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, h.50.
penyusunan rencana anggaran setiap program sekolah. Pada anggran yang disusun perlu dijelaskan, apakah rencana program
yang akan dilaksanakan merupakan hal baru atau merupakan kelanjutan atas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam priode
sebelumnya. Didalam anggaran yang disusun harus memuat informasi atau
data minimal tentang: a.
Informasi rencana kegiatan: sasaran, uraian rencana kegiatan, penanggungjawab, rencana baru atau lanjutan;
b. Uraian kegiatan program: program kerja, rincian program;
c. Informasi kebutuhan: barang atau jasa yang dibutuhkan,
volume kebutuhan; d.
Data kebutuhan: harga satuan, jumlah biaya yang diperlukan untuk seluruh volume kebutuhan;
e. Jumlah anggaran: jumlah anggaran untuk masing-masing
rincian program, program, rencana kegiatan, dan total anggaran untuk seluruh rencana kegiatan periode terkait;
f. Sumber dana: total sumber dana, masing-masing sumber
dana yang mendukung pembiayaan program.
49
Perencanaan keuangan sekolah memerlukan data yang akurat dan lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan untuk masa
yang akan datang dapat diantisipasi dalam rancangan anggaran. Beberapa factor yang turut mempengaruhi perencanaan keuangan
sekolah antara lain: laju pertumbuhan peserta didik, inflasi, pengembangan progam, dan perbaikan serta peningkatan
pendekatan belajar mengajar.
49
Muhaimin, suti’ah, dan Sugeng Listyo, op.cit., h.360.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa perencanaan keuangan sekolah dapat dikembangkan secara efektif
jika didukung oleh beberapa sumber yang esensial, seperti: a sumber daya manusia yang kompeten dan mempunyai wawasan
luas tentang dinamika social masyarakat; b tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu untuk menunjang pembuatan
keputusan; c menggunakan manajemen dan teknologi yang tepat dalam perencanaan; d tersedianya dana yang memadai untuk
menunjang pelaksanaan.
50
2 Pelaksanaan Keuangan Sekolah
Pelaksanaan keuangan sekolah dalam garis besarnya dapat dikelompokan ke dalam dua kegiatan, yakni penerimaan dan
pengeluaran. a
Penerimaan Penerimaan keuangan sekolah dari sumber- sumber dana
perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan ketetapan yang disepakati, baik berupa konsep
teoritis maupun peraturan pemerintah. Secara konsep banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan
penerimaan keuangan, namun secara peraturan termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah ada beberapa
karakteristik yang identik.
51
Berdasarkan buku pedoman rencana, progam dan penganggaran,
sumber dana
pendidikan yang
dapat dikembangkan dalam anggaran belanja sekolah antara lain
50
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi dan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011, Cet.13, h.175.
51
E.Mulyasa, Ibid., h. 201.
meliputi anggaran rutin; anggaran pembangunan; dana penunjang pendidikan; dana masyarakat; donator; dan lain-lain
yang dianggap sah oleh semua pihak.
52
Sumber pendanaan pendidikan Pasal 46 UU No 20 Tahun 2003 menyatakan
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Peraturan
Pemerintah no 48 Tahun 2008 menjadi tanggung jawab bersama
antara pemerintah,
pemerintah daerah,
dan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud yaitu peserta didik,
orang tua peserta didik atau wali peserta didik dan pihak lain yang mempunyai peranan.
Prosedur pembukuan penerimaan keuangan sekolah di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional, tampaknya
menganut pola paduan antara pengaturan pemerintah pusat dan sekolah. Artinya terdapat beberapa anggaran yang telah
ditetapkan oleh peraturan pemerintah yang intinya pihak sekolah tidak boleh menyimpang dari petunjuk penggunaan
atau pengeluarannya, dan sekolah hanya sebagai pelaksana pengguna dalam tingkat mikro kelembagaan.
Dengan demikian, pola manajemen keuangan sekolah terbatas pada pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu
kebijakan keuangan sekolah adalah adanya pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarakat, selanjutnya cara
pengelolaannya dipadukan sesuai tatanan yang lazim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian, sesuai
dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen berbasis sekolah,
52
Ibid., h.177.
maka sekolah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar dalam kaitannya dengan manajemen keuangan
untuk mencapai efektifitas pencapaian tujuan sekolah. Pada umumnya di setiap sekolah telah ditetapkan
bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya. Untuk uang yang harus dipertanggungjawabkan, ditunjuk bendahara oleh
pihak berwenang dan sebagai atasan langsungnya adalah kepala sekolah. Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk
dan ke luar setelah mendapat perintah dari atasan langsung. Sedang uang yang diterima dari masyarakat, ditunjuk
bendahara lain dengan sepengetahuan dan kesepakatan pihak komite sekolah ditunjuk dari anggota sesuai dengan
persetujuan musyawarah. Berkaitan dengan aliran keuangan yang berasal dari masyarakat, sekolah dalam hal ini pengguna
harus mendapat persetujuan komite sekolah. b
Pengeluaran Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu
digunakan secara efektif dan efisien. Artinya, setiap perolehan dana dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-
kebutuhan yang telah disesuaikan dengan perencanaan pembiayaan pendidikan di sekolah. Efektif sering diartikan
sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner 2004 mendefinisikan
efektivitas menekankan
pada kualitatif
outcomes. Apabila kegaitan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam mencapai tujuan
lemabaga, outcomes nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dalam hal pengeluaran sekolah kata efektif dapat diartikan apabila setiap pengeluran untuk kebutuhan pendanaan
program sekolah dapat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, tanpa mengurangi kualitas proses pendidikan.
Artinya untuk mencapai keberhasilan program sekolah yang efektif, perlu melakukan rencana secara detail dengan
mempertimbangkan kualitas kebutuhan sekolah. Seperti contohnya untuk menyelenggarakan pengadaan buku maka
agar pengadaan secara efektif, dalam setiap rencana pengadaan buku perlu dipertimbangkan bagaimana mendapatkan buku
yang berkualitas dengan harga sepatutnya. Kata efisien yang dimaksud adalah perbandingan yang
terbaik antara masukan dan keluaran atau antara daya dan hasil. Daya berkaitan dengan tenaga, pikiran, waktu, biaya dan hasil.
Dalam pengeluaran keuangan sekolah efisiensi yang dimaksud ditentukan oleh ketepatan didalam mendayagunakan anggaran
pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input-input pendidikan yang dapat memacu pencapaian prestasi
belajar siswa. Efisiensi berkenaan dengan output yang diharapkan
dengan biaya minimum. Untuk mendapatkan hasil yang efisien dalam penyelenggaraan pendidikan dengan mempertimbangkan
prioritas anggaran terhadap komponen input melalui proses belajar mengajar, meningkatkan motivasi kinerja guru dan
meningkatkan kapasitas pemakaian ruang belajar dan fasilitas belajar. Untuk itu demi mendapatkan pengeluaran yang efisien
tidak perlu dengan mengurangi kualitas sekolah dalam hal hanya perlu dilakukan prioritas anggaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar atau output yang diharapkan. Efektif dan efisien akan berjalan dengan baik apabila
diikuti dengan prioritas kebutuhan yang tertera dalam
perencanaan, maka dari itu apabila hasil yang didapat sesuai dengan renacana yang sudah ditentukan tanpa mengurangi
kualitas pada proses dan pengeluaran, dapat dikatakan efektif dan efisien.
Pengeluaran sekolah berhubungan dengan pembayaran keuangan sekolah untuk pembelian beberapa sumber atau input
dari proses sekolah seperti tenaga administrasi, guru, bahan- bahan, perlengkapan, dan fasilitas. Ongkos menggambarkan
seluruh sumber yang digunakan dalam proses sekolah, apakah digambarkan dalam anggaran biaya sekolah atau tidak. Ongkos
dari sumber sekolah termasuk nilai setiap input yang digunakan, sekalipun sekolah menyumbangkan atau tidak
terlihat secara akurat. Dalam SKB Mendikbud dan Menkeu No.0585K1997
dan No.590kmk.031987, tanggal 24-9-1987 tentang peraturan SPP dan DPP meliputi: pelaksanaan pelajaran, pengadaan
saranaprasarana, pemeliharaan sarana prasarana, kesejahteraan pegawai, kegiatan belajar, penyelenggaraan ujian, dan
pengirimanpenulisan STTBNEM, perjalanan dinas supervise, pengelolaan pelaksanaan pendidikan, dan pendataan.
53
Dalam manajemen keuangan sekolah, pengeluaran keuangan harus dibukukan sesuai dengan pola yang ditetapkan
oleh peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam pertanggungjawaban pembukuan, meliputi
format buku kas harian, buku tabelaris, dan format laporan daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak. Aliran
53
E.Mulyasa, op.cit., h. 203.
pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan waktu serta peruntukannya.
Untuk mengefektifkan pembuatan perencanaan keuangan sekolah, maka yang sangat bertanggung jawab sebagai
pelaksana adalah kepala sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan sejumlah dimensi perbuatan administrative.
Kemampuan untuk menerjemahkan progam pendidikan ke dalam ekuivalensi keuangan merupakan hal penting dalam
penyusunan anggaran belanja. Kegiatan membuat anggaran belanja bukan pekerjaan rutin atau mekanis, melibatkan
pertimbangan tentang maksud-maksud dasar dari pendidikan dan progam. Berdasarkan perspektif tersebut perencanaan
keuangan sekolah harus dapat membuka jalan bagi pengembangan dan penjelasan konsep-konsep tentang tujuan-
tujuan pendidikan yang diinginkan, dan merancang cara-cara pencapaiannya.
Dalam manajemen keuangan sekolah penyusunan anggaran belanja sekolah dilaksanakan oleh kepala sekolah
dibantu para wakilnya yang ditetapkan oleh kebijakan sekolah, serta komite sekolah di bawah pengawasan pemerintah dan
lembaga swadaya masyarakat.
54
Dapat penulis tarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan manajemen keuangan pendidikan terdiri dari dua sisi, yaitu sisi
penerimaan dan pengeluaran. Sisi penerimaan mengatur bagaimana proses anggaran di peroleh serta bagaimana proses
pengalokasiannya. Sisi penerimaan juga berhubungan dengan
54
Ibid., h. 204.
proses pembukuan dan pihak-pihak yang terlibat dalam penggunaannya.
Sisi pengeluaran menjelaskan tentang bagaimana proses pembukuan dilakukan dan oleh siapa dilakukannya serta
pembuatan laporan-laporan menyangkut pengeluaran anggaran. Proses keuangan juga tidak terlepas dari evaluasi atau
penilaian upaya melihat dan menilai sejauh mana kendala atau permasalahan yang dihadapi, evaluasi berkenaan dengan
pertanggungjawaban yang perlu dilaporkan kepada pihak-pihak yang menjadi sumber anggaran.
3 Evaluasi dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah
Evaluasi dan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dicapai harus dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses ini
juga disebut evaluasi ataupun evaluation involves auditing. Pertanggungjawaban auditing menurut Cormark 1970 auditing is
verification. Auditing is determining that what is intended is what is being performed and, further that what is being performed is
appropriate for the task. Auditing merupakan pembuktian dan penentian bahwa apa yang dimaksud sesuai dengan yang dilaksanakan,
sedang apa yang dilaksanakan sesuai dengan tugas. Proses ini menyangkut pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan
pembayaran atau penyerahan dana kepada pihak-pihak yang berhak. Evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan sekolah dapat
diidentifikasi ke dalam tiga hal, yaitu pendekatan pengendalian penggunaan alokasi dana, bentuk pertanggung jawaban keuagan
sekolah, dan keterlibatan pengawasan pihak eksternal sekolah.
a Evaluasi
Dalam evaluasi keuangan sekolah, pengawasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen
pembiayaan pendidikan
berbasis sekolah.
Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan berdasarkan kebutuhan dan
kewenangan, karena
kebutuhan merupakan
bagian dari
pengawasan melekat. Dalam manajemen keuangan sekolah, kepala sekolah perlu
melakukan pengendalian pengeluaran keuangan selaras dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan. Artinya sebagai pimpinan
bertanggungjawab terhadap
masalah internal
manajemen keuangan sebagai atasan langsung.
Pengawasan keuangan sekolah harus dilakukan melalui aliran masuk dan keluar uang yang dibutuhkan oleh bendahara.
Hal itu dilakukan mulai dari proses keputusan pengeluaran pos anggaran, pembelanjaan, perhitungan dan penyimpanan barang
oleh petugas yang ditunjuk. Secara administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap bulan ditandatangani sebagai
berita acara. Pengawasan bertujuan untuk mengukur, membandingkan,
menilai alokasi biaya dan tingkat penggunaannya. Pengawasan anggaran diharapkan dapat mengetahui sampai dimana tingkat
efektivitas dan efisiensi dari penggunaan sumber-sumber daya yang tersedia. Proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan yaitu:
1. Memantau Monitoring;
2. Menilai;
3. Melaporkan hasil temuan.
Pemeriksa anggaran pada dasarnya merupakan aktivitas menilai, baik catatan record dan menentukan prosedur-prosedur
dalam mengimplementasikan anggaran, apakah sesuai dengan peraturan, kebijakan, dan standar-standar yang berlaku. Dalam
pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh pihak luar lembaga seperti Badan Pemeriksa Keuangan BPK atau akuntan publik
yang mempunyai sertifikasi, dan pimpinan langsung terhadap penerimaan dan pengeluaran biaya.
55
Kepala sekolah sebagai atasan langsung bertanggungjawab penuh atas pengendalian, sedangkan pengawasan dari pihak
berwenang melalui pemeriksaan yang dilaksankan oleh instansi vertical, seperti petugas Dinas Pendidikan, dan Bawasda.
Pengawasan tersebut relative dilihat dari tugas rutinitas atas dasar kewenangan pengawasan pembiayaan yang masuk dan diserap di
sekolah. Pengawasan berupaya untuk memastikan proses pelaksanaan
sesuai dengan rencana serta memonitoring sejauh mana proses pelaksanaan sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat
meminimalisir kesalahan dalam penggunaan anggaran sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 47
tahun 2011 disebutkan bahwa pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan
lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi yang bertujuan untuk mengendalikan kegiatan, mengamankan harta dan
asset, terselenggaranya
laporan keuangan
yang baik,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi, dan mendeteksi secara dini terjadinya penyimpangan dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan.
55
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Op.Cit., h.65-67.
Satuan pengawas internal yang selanjutnya disebut SPI adalah satuan pengawasan yang dibentuk untuk membantu
terselenggaranya pengawasan terhadap pelaksanaan tugas unit kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, SPI menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1 Penyusunan program pengawasan;
2 Pengawasan kebijakan dan program;
3 Pengawasan pengelolaan kepegawaian;
4 Pengawasan pengelolaan keuangan dan Barang Milik
Negara; 5
Pemantauan dan pengkoordinasian tindak lanjut hasil pemeriksaan internal dan eksternal;
6 Pendampingan dan reviu laporan keuangan;
7 Pemberian saran dan rekomendasi;
8 Penyusunan laporan hasil pengawasan;
9 Pelaksanaan evaluasi hasil pengawasan.
56
Menurut pendapat penulis peran satuan pengawas intern sangat berpengaruh bagi proses pelaksanaan anggaran terutama di
lembaga pendidikan. Salah satu tugas satuan pengawas intern di lembaga pendidikan seperti sekolah adalah untuk mengendalikan
anggaran, agar setiap program dan kegiatan yang membutuhkan anggaran dapat termonitoring sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan. Tanggung jawab atas pengendalian biaya terletak pada pihak
yang bertanggungjawab atas penyusunan anggaran untuk biaya yang dikendalikannya. Walaupun sebenarnya tanggung jawab
56
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2011 tentang Satuan Pengawas Intern di Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
penuh dari suatu organisasi terletak pada manajer. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Matz dkk dikutip oleh
Kusumardani, 2007 bahwa tanggung jawab atas pengendalian biaya
harus diserahkan
kepada personel
yang juga
bertanggungjawab atas penyusunan anggaran untuk biaya yang dikendalikannya. Tanggung jawab ini hanya terbatas pada biaya
yang dapat dikendalikan, dan prestasi kerja setiap personel harus diukur dengan membandingkan biaya yang sebenarnya terjadi
dengan biaya yang dianggarkan. Prosedur pengendalian penggunaan alokasi anggaran
sifatnya sangat normative administratif. Artinya, pemenuhan pengendalian masih terbatas pada angka kuantitatif yang
terdokumentasi. Dengan
demikian aspek-aspek
realistis penggunaan sulit diukur secara objektif. Persoalan tersebut sering
terjadi di setiap sekolah. Hal tesebut disebabkan belum berjalannya fungsi administrasi keuangan dimana aliran uang, dan
barang teridentifikasi sesuai dengan peran dan fungsi. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program
sekolah mencapai sasaran yang diharapkan. Evaluasi menekankan pada aspek hasil output. Output dapat terlihat mengenai kinerja
siswa, karena pendidikan pada dasarnya mendidik siswa. Artinya apapun program yang diajukan, wujud outputnya harus berbentuk
kinerja siswa atau biasa yang disebut dengan hasil belajar.
57
b Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban penerimaan dan penggunaan keuangan sekolah dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan
dan triwulan kepada:
57
Muhaimin, suti’ah, dan Sugeng Listyo, op.cit., h.376.
a. Kepala Dinas Pendidikan
b. Kepala Badan Administrasi Keuangan Daerah BAKD
c. Kantor Dinas Pendidikan
Pertanggungjawaban yang dikenal dengan Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan, dilaporkan setiap bulan kepada
pihak yang ditetapkan sesuai dengan format dan ketetapan waktu. Khusus
untuk keuangan
komite sekolah,
bentuk pertanggungjawaban sangat terbatas pada tingkat pengurus dan
tidak secara langsung kepada orang tua peserta didik. Pengawasan keuangan pihak eksternal sekolah dilaksanakan
oleh petugas dari Bawasda, dan Dinas Pendidikan, baik dana yang bersumber dari pemerintah maupun dana dari masyarakat
orangtua peserta didik. Pengawasan manajemen keuangan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Bawasda tersebut dilakukan
secara rutin satu tahun sekali melalui pemeriksaan pembukuan keuangan sekolah.
58
Kepala sekolah wajib menyampaikan laporan dibidang keuangan terutama mengenai penerimaan dan pengeluaran
keuangan sekolah. Pengevaluasian dilakukan setiap triwulan atau per semester. Dana yang digunakan akan dipertanggungjawabkan
kepada sumber dana. Jika dana tersebut diperoleh dari orangtua siswa, maka dana tersebut akan dipertanggungjawabkan oleh
kepala sekolah kepada orang tua siswa. Begitu pula jika dana tersebut
bersumber dari
pemerintah maka
akan dipertanggungjawabkan kepada pemerintah.
59
58
E.Mulyasa, op.cit., h. 206.
59
Daryanto, op.cit., h. 140.
5. Tujuan Manajemen Keuangan