39
3.5.2.2 Metanol p.a
Metanol p.a disaring dengan menggunakan membran filter PTFE 0,5 µ m, kemudian diawaudarakan ± 20 menit.
3.5.3 Pembuatan pelarut
Sebanyak 300 ml metanol p.a dimasukkan ke dalam labu tentukur 1000 ml lalu diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,8 sampai garis tanda.
3.5.4 Penyiapan alat KCKT
Kolom yang digunakan Shimpac VP-ODS 4.6 mm x 250 mm, dan detektor UV-Vis. Pompa menggunakan mode aliran tetap dengan
low-pressure gradient system
untuk memperoleh komposisi fase gerak yang konstan selama analisis. Setelah alat KCKT dihidupkan, maka pompa dijalankan dan fase gerak
dibiarkan mengalir selama 30 menit sampai diperoleh garis alas yang datar yang menandakan sistem tersebut telah stabil.
3.6 Prosedur Analisis
3.6.1 Penentuan Kondisi Kromatografi untuk Mendapatkan Hasil Analisis yang Optimal
Panjang gelombang analisis ditentukan dengan cara membuat spektrum
serapan dari Natrium benzoat dan Kalium sorbat menggunakan spektrofotometer UV. Kemudian spektrum serapan yang diperoleh dibuat overlapping untuk
mengetahui pada panjang gelombang berapa keduanya memberikan serapan maksimum. Pada pengukuran panjang gelombang ini, Natrium benzoat dan
Kalium sorbat masing – masing dibuat dengan konsentrasi 4,7 ppm dan 1,85 ppm. Kondisi lainnya yang divariasikan untuk mendapatkan hasil analisis optimum
adalah komposisi fase gerak dan laju alir. Perbandingan fase gerak metanol-dapar
Universitas Sumatera Utara
40 fosfat yang divariasikan 5:95, 10:90, dan 30:70, sedangkan laju alir divariasikan
0,8 dan 1 mlmenit. Kondisi kromatografi yang memberikan waktu tambat singkat, jumlah lempeng teoritis yang tinggi dan tailing faktor paling kecil
selanjutnya dipilih sebagai kondisi yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3.6.2 Analisis Kualitatif
Natrium benzoat BPFI dengan konsentrasi 60 ppm dan baku Kalium sorbat dengan konsentrasi 20 ppm disuntikkan ke sistem KCKT dengan volume
penyuntikan 20 µm pada kondisi yang terpilih. Waktu tambat Natrium benzoat
dan Kalium sorbat dibandingkan dengan waktu tambat dari masing-masing sirup.
3.6.3 Pengukuran Sampel
Ditimbang 5 gram sirup, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50ml, lalu dilarutkan dan dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda. Dikocok-kocok
± 5 menit lalu disaring dengan membran filter PTFE 0,2 µm kemudian diawaudarakan selama 15 menit. Masing-masing sampel diinjeksikan sebanyak 6
kali ke sistem KCKT dengan volume penyuntikan 20 µl diukur pada panjang
gelombang 230 nm dengan laju aliran 0,8 mlmenit.
3.6.4 Pembuatan Larutan Induk Baku LIB 3.6.4.1 Pembuatan Larutan Induk Baku natrium benzoat
Ditimbang seksama 50 mg Natrium benzoat BPFI, dimasukkan ke labu
tentukur 50 ml. Kemudian ditambahkan dengan sedikit pelarut, kocok hingga larut. Setelah larut, diencerkan lagi dengan pelarut sampai garis tanda sehingga
diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm LIB I.
Universitas Sumatera Utara
41 Dari LIB I dipipet 10 ml, lalu dimasukkan ke labu tentukur 50 ml,
kemudian diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 200 ppm LIB II.
3.6.4.2 Pembuatan Larutan Induk Baku kalium sorbat Ditimbang seksama 50 mg Baku kalium sorbat, dimasukkan ke labu
tentukur 50 ml. Kemudian ditambahkan dengan sedikit pelarut, kocok hingga larut. Setelah larut, diencerkan lagi dengan pelarut sampai garis tanda sehingga
diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm LIB I.
Dari LIB I dipipet 10 ml, lalu dimasukkan ke labu tentukur 50 ml, kemudian diencerkan dengan pelarut sampai garis tanda sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 200 ppm LIB II.
3.6.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Natrium benzoat dan Kalium sorbat