Rata-rata Lama Sekolah – RLS Mean Years Schooling - MYS dan Angka

Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 14 Tabel 3. Pengelompokkan Jenjang Pendidikan Yang PernahSedang Diduduki Jenis Pendidikan Jenjang SDSDLB Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah Paket A SMPSMPLB SMP Madrasah Tsanawiyah Paket B SMASMLB SMA Madrasah Aliyah SMK Paket C Program D1D2 D1D2 Program D3Sarjana Muda D3 Program D4S1 S1 Program S2S3 S2S3 Langkah ketiga, mengelompokkan ijazahSTTB tertinggi yang dimiliki. Tabel 4. Pengelompokkan IjazahSTTB Tertinggi yang Dimiliki Jenis Pendidikan Ijazah Tidak punya ijazah SD Tidak punya ijazah SD SDSDLB Sekolah Dasar Madrasah Ibtidaiyah Paket A SMPSMPLB SMP Madrasah Tsanawiyah Paket B SMASMLB SMA Madrasah Aliyah SMK Paket C Program D1D2 D1D2 Program D3Sarjana Muda D3 Program D4S1 S1 Program S2S3 S2S3 Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 15 Langkah keempat, mengkonversi tahun lama sekolah menurut ijazah terakhir. Tabel 5. Ijazah dan Konversi Tahun Lama Sekolah No. Ijazah Konversi Tahun Lama Sekolah Th 1. Tidak punya ijazah 2. Sekolah Dasar 6 3. SMP 9 4. SMA 12 5. D1D2 14 6. D3 15 7. S1D4 16 8. S2S3 18 Langkah selanjutnya adalah menghitung lamanya bersekolah sampai kelas terakhir dan menghitung lamanya bersekolah. Setelah mendapatkan nilai EYS dan MYS, maka Indeks Pendidikan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

c. Standar Hidup Layak

Untuk mengukur indikator Standart Hidup Layak, UNDP menggunakan GDP per kapita yang telah disesuaikan adjusted real GDP per capita. Namun dalam penghitungan IPM sub nasional propinsi dan kabupatenkota tidak dapat menggunakan data PDRB per kapita yang kurang lebih setara dengan ukuran UNDP. Hal ini dikarenakan PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mampu menggambarkan daya beli riil dari masyarakat yang merupakan fokus dari IPM. Sedangkan data pengeluaran per kapita yang diperoleh 2 MYS EYS pendidikan I I I   Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 16 dari Survei Sosial Ekonomi Nasional SUSENAS merupakan pendekatan dari daya beli masyarakat lokal yang lebih baik. Untuk mengukur daya beli masyarakat antar kabupatenkota, digunakan rata-rata konsumsi 96 komoditi terpilih dari hasil Susenas yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat dan telah distandarkan agar dapat dibandingkan antar daerah dan antar waktu serta disesuaikan dengan indeks PPP. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstanriil dengan tahun dasar 2012=100. Dari 96 komoditi terpilih tersebut, 66 komoditi diantaranya adalah jenis makanan sementara 30 komoditi lainnya adalah jenis non makanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan metode Rao. Penghitungan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang telah disesuaikan dilakukan melalui 5 lima tahapan sebagai berikut : 1 Menghitung value rupiah yang dikeluarkan dan quantity jumlah barang yang dikonsumsi 96 komoditas PPP dari data Susenas Modul Konsumsi. 2 Menghitung quantity komoditi perumahan dari data Susenas Kor. 3 Menghitung harga rata-rata setiap komoditas. Harga yang tidak dapat diperoleh dari Susenas modul konsumsi diproksi dengan harga dari Indeks Harga Konsumen IHK. 4 Menghitung relatif harga terhadap Jakarta Selatan. 5 Menghitung penyesuaian PPP rupiah atau rata-rata konsumsi riil dengan menggunakan formula :          m i ik ij j m p p PPP 1 1 Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 17 dimana: P ij : harga komoditas i di kabkota j P ik : harga komoditas i di Jakarta Selatan M : jumlah komoditas