Indeks Pendidikan Perkembangan Komponen IPM

Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 54 Tabel 18. Angka Harapan Lama Sekolah Tahun KabupatenKota se-eks Karesidenan Madiun Tahun 2013-2015 Tahun Pacitan Ponorogo Madiun Magetan Ngawi Kota Madiun 2013 11,41 12,80 12,53 12,57 12,18 13,33 2014 11,61 13,04 12,79 12,77 12,29 13,64 2015 11,94 13,29 13,10 13,60 12,31 14,06 Bila dibandingkan dengan angka harapan lama sekolah dengan kabupatenkota se-eks Karesidenan Madiun pada tahun 2015, angka harapan lama sekolah untuk Kabupaten Ponorogo menduduki peringkat ke-3 setelah Kota Madiun 14,06 tahun dan Kabupaten Magetan 13,60 tahun. Bila dibandingkan dengan angka harapan lama sekolah se-Provinsi Jawa timur yang tercatat sebesar 12,66 tahun, angka harapan lama sekolah di Kabupaten Ponorogo masih lebih tinggi. Ketersediaan dan kemudahan akses terhadap fasilitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap angka harapan lama sekolah. Semakin sedikit dan sulit akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan di seluruh tingkatan pendidikan maka angka harapan lama sekolah akan semakin rendah. Demikian sebaliknya apabila fasilitas pendidikan semakin lengkap dan mudah diakses oleh masyarakat maka angka harapan lama sekolah akan semakin tinggi. SDM yang berkualitas merupakan aset paling penting bagi pembangunan. SDM yang berkualitas adalah manusia yang mempunyai kualitas intelektual, watak, moral, akhlak, dan fisik yang prima. Keadaan ini dapat terbentuk apabila setiap warga dapat memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan yang merata Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 55 dan bermutu. Rata-rata lama sekolah dapat digunakan sebagai indikator SDM yang berkualitas serta salah satu komponen penyusun IPM. Indikator ini menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk berumur 25 tahun ke atas dalam menempuh semua jenis pendidikan formal. Pada usia 25 tahun diasumsikan proses pendidikan sudah berakhir. Gambar 18. Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 Ideal 6,45 6,57 6,86 6,91 6,96 15 Dari grafik di atas diketahui bahwa rata-rata lama sekolah di Kabupaten Ponorogo periode 2011-2015 mengalami peningkatan walaupun dalam skala yang cukup kecil yaitu 6,45 tahun pada tahun 2011 hingga 6,96 tahun pada tahun 2015. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara rata-rata tingkat pendidikan penduduk yang berumur 25 tahun ke atas di Kabupaten Ponorogo adalah selama 7 tahun atau hampir setara dengan kelas satu sekolah menengah pertama. Kondisi ini masih belum sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Bahkan angka ini masih sangat jauh di bawah standar rata-rata lama sekolah internasional yaitu 15 tahun. Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 56 Tabel 19. Rata-Rata Lama Sekolah KabupatenKota se-eks Karesidenan Madiun Tahun 2013-2015 Tahun Pacitan Ponorogo Madiun Magetan Ngawi Kota Madiun 2013 6,32 6,86 6,74 7,43 6,27 10,86 2014 6,43 6,91 6,89 7,55 6,52 10,90 2015 6,88 6,96 6,99 7,65 6,53 11,08 Bila dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah kabupatenkota se-eks Karesidenan Madiun, angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 menempati posisi ketiga dengan nilai 6,96 tahun, sama seperti posisi pada tahun 2014. Sedangkan rata-rata lama sekolah se-eks Karesidenan Madiun yang tertinggi adalah Kota Madiun dengan rata-rata lama sekolah berkisar 11,08 tahun atau setara dengan kelas dua sekolah menengah atas. Namun bila dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah Jawa Timur yang sebesar 7,14 tahun, rata-rata lama sekolah Kabupaten Ponorogo masih di bawah angka Jawa Timur. Hal ini mengindikasikan bahwa masih diperlukan kerja keras dari semua pihak untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Ponorogo. Diperlukan pula komitmen dan kesadaran semua pihak akan pentingnya pendidikan bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas yang nantinya akan membangun serta meningkatkan kesejahteraan penduduk di Kabupaten Ponorogo. Dari kedua komponen tersebut dapat disusun indeks pendidikan, dengan besaran angka indeks pendidikan untuk Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 mencapai 0,60. Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 57 Tabel 20. Indeks Pendidikan KabupatenKota se-eks Karesidenan Madiun Tahun 2013-2015 Tahun Pacitan Ponorogo Madiun Magetan Ngawi Kota Madiun 2013 0,53 0,58 0,57 0,60 0,55 0,73 2014 0,54 0,59 0,58 0,61 0,56 0,74 2015 0,56 0,60 0,60 0,63 0,56 0,76

4.2.3. Indeks Daya Beli

Indeks daya beli disusun berdasarkan komponen pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan. Secara umum banyak indikator yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk melihat daya beli masyarakat adalah pengeluaran riil perkapita. Rata-rata pengeluaran riil merupakan komponen dalam penyusunan Indeks Standar Hidup. Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh harga- harga riil antar wilayah karena nlai tukar yang digunakan dapat menaikkan atau menurunkan nilai daya beli. Dengan demikian, kemampuan daya beli masyarakat satu wilayah akan berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan ini menyebabkan kemampuan daya beli masyarakat belum dapat dibedakan, sehingga diperlukan standarisasi agar satu rupiah di satu wilayah mempunyai nilai yang sama dengan satu rupiah di wilayah yang lain. Dengan cara ini kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah di Indonesia dapat dibandingkan. Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 58 Tabel 21. Pengeluaran Riil Perkapita Disesuaikan se-eks Karesidenan Madiun dan Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2015 Ribu Rupiah Dari tabel di atas diketahui bahwa kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 nilai daya beli masyarakat Kabupaten Ponorogo sebesar 7,85 juta rupiah. Kemudian nilai tersebut terus mengalami peningkatan hingga di tahun 2015 mencapai 8,65 juta rupiah. Bila dibandingkan dengan nilai daya beli masyarakat se-eks Karesidenan Madiun, nilai daya beli masyarakat Kabupaten Ponorogo dari tahun 2011-2015 selalu menduduki peringkat ke dua terendah di atas Kabupaten Pacitan. Bahkan bila dibandingkan dengan nilai daya beli Provinsi Jawa Timur yang sebesar 10,38 juta rupiah, nilai daya beli masyarakat Kabupaten Ponorogo masih berada jauh dibawah nilai daya beli masyarakat Jawa Timur. Tabel 22. Indeks Daya Beli KabupatenKota se-eks Karesidenan Madiun Tahun 2013-2015 Tahun Pacitan Ponorogo Madiun Magetan Ngawi Kota Madiun 2013 0,62 0,65 0,72 0,72 0,70 0,82 2014 0,62 0,65 0,72 0,72 0,71 0,82 2015 0,62 0,66 0,72 0,72 0,72 0,82 Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015 Pacitan 7.232,03 7.495,95 7.625,93 7.655,87 7.685,94 Ponorogo 7.849,45 8.187,90 8.354,33 8.382,80 8.654,40 Madiun 9.994,91 10.428,85 10.624,84 10.667,45 10.710,22 Magetan 9.635,17 10.374,72 10.483,57 10.538,50 10.593,73 Ngawi 9.387,83 9.905,35 10.104,62 10.143,30 10.583,86 Kota Madiun 13.799,03 14.317,08 14.603,96 14.643,42 14.723,00 Jawa Timur 9.396,20 9.797,47 9.978,00 10.012,16 10.383,37 Analisis Pembangunan Manusia Kabupaten Ponorogo 59

4.3. Pertumbuhan

Keberhasilan pembangunan suatu daerah tidak hanya dilihat dari rangking atau urutan posisi IPM nya saja, tetapi juga dilihat dari nilai pertumbuhannya. Berdasarkan nilai pertumbuhan ini dapat dilihat seberapa besar akselerasi capaian pembangunan manusia di suatu daerah. Semakin tinggi nilai pertumbuhan IPM suatu wilayah, maka semakin cepat kenaikan IPM yang dicapai dalam suatu periode. 1,79 1,35 1,31 0,56 1,12 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 19. Pertumbuhan IPM Kabupaten Ponorogo Tahun 2011-2015 Dari gambar grafik di atas diketahui bahwa pertumbuhan IPM Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 sebesar 1,12 persen, lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan IPM selama periode lima tahun terakhir cenderung melambat meskipun pada tahun 2015 sedikit meningkat. Pertumbuhan IPM tahun 2011 tercatat sebesar 1,79 persen, kemudian melambat menjadi 1,35 persen di tahun 2012 dan kembali melambat pada tahun 2013 sebesar 1,31 persen dan terus melambat pada tahun 2014 menjadi 0,56 persen. Di antara kabupatenkota se-Karesidenan Madiun, pertumbuhan IPM Kabupaten Ponorogo pada tahun 2015 berada pada posisi terendah keempat di bawah Kabupaten