2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu.
3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.
4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu.
5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan matching antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja
perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter
penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Simorangkir 1993 menyatakan bahwa pertumbuhan laba adalah besarnya persentase kenaikan laba
yang diperoleh perusahaan. Takarini dan Ekawati 2003 menjelaskan pertumbuhan laba menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi usahanya
dalam perkembangan ekonomi dan industri dimana perusahaan tersebut beroperasi. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang
dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.
2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba
Menurut Hanafi dan Halim 2005 menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Besarnya perusahaan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. 3. Tingkat leverage
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan
di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi. 5. Perubahan laba masa lalu
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
2.1.2.3 Analisis Pertumbuhan Laba
Menurut Anoraga dan Pakarti dalam Angkoso 2006 ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis
teknikal. 1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon
investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah
menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan resiko
yang harus ditanggung. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor-
faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuahan laba yang akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.
2. Analisis Teknikal Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan
pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati
perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan pertumbuhan laba dapat dilakukan dua analisis, yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah analisis fundamental. Analisis fundamental merupakan analisis yang berkaitan
dengan kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diketahui melalui rasio keuangan.
Dalam penelitian ini, pertumbuhan laba yang dimaksudkan adalah pertumbuhan pendapatan perusahaan yang berasal dari nilai laba setelah pajak Earning After
Tax. Menurut Warsidi dan Pramuka 2000, pertumbuhan laba dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Earning Growth = x 100
Dimana : EAT t = laba setelah pajak Earning After Tax tahun t
EAT t-1 = laba setelah pajak Earning After Tax tahun t-1
2.1.3 Debt to Equity Ratio
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Perusahaan memerlukan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Sumber dana perusahaan dapat dibedakan atas sumber dana internal dan sumber dana
eksteral. Sumber dana internal berasal dari modal yang disetor oleh pemilik perusahaan dan laba ditahan. Sedangkan sumber dana eksternal merupakan sumber
dana yang berasal dari luar perusahaan, misalnya sumber dana melalui utang. Debt to equity ratio menunjukkan rasio perbandingan utang dan modal serta merupakan salah
satu rasio yang penting karena berkaitan dengan masalah trading on equity, yang dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap rentabilitas modal
sendiri dari perusahaan Sugiono dan Untung, 2008. Trading on equity merupakan penggunaan modal pinjaman disamping modal sendiri dalam membiayai usaha
perusahaan agar hasil yang diperoleh pemilik modal sendiri akan lebih tinggi dibandingkan apabila usaha tersebut seluruhnya atau sebagian besar dibiayai modal
sendiri Karnadi, 1993. Debt to equity ratio merupakan salah satu rasio leverage. Leverage adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam mengelola aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Semakin besar leverage menunjukkan bahwa
dana yang disediakan oleh pemilik dalam membiaya investasi perusahaan semakin kecil atau tingkat penggunaan hutang yang dilakukan perusahaan semakin besar. Hal
ini juga akan memperbesar tingkat ketidakpastian perusahaan dalam memperoleh return yang berarti akan meningkatkan risiko yang dihadapi perusahaan. Risiko yang
dimaksud terkait dengan kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap yang timbul dari leverage tersebut.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Van Horne 2005, debt to equity adalah : “Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm including current liabilities
by its shareholders equity.” Hal ini sesuai dengan pendapat Ross 2003 yang menyatakan bahwa “debt to equity ratio is dividing total debt with total equity.
Hutang meningkatkan baik laba maupun risiko. Menurut Brigham 2006 seberapa jauh perusahaan menggunakan utang
financial leverage akan memiliki 3 tiga implikasi penting yaitu: a. Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan,
b. Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor.
c. Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit leverage
Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 Debt to Equity Ratio dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut
Debt to Equity Ratio = x 100
2.1.4 Dividen Payout Ratio
2.1.4.1 . Pengertian Dividen dan Dividend Payout Ratio
Dividen merupakan suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemiliknya baik dalam bentuk tunai maupun saham.
Weston dan Copeland 1996 menjelaskan “kebijakan dividen adalah keputusan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
untuk menentukan besarnya bagian pendapatan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan bagian yang akan ditahan sebagai laba ditahan”. Dividen
adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai kas, saham perusahaan, ataupun
aktiva lainnya. Simamora 2000 menjelaskan semua dividen haruslah diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban perusahaan.
Menurut Hanafi dan Halim 2005, “Dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain.
Para investor yang mengharapkan dividen biasanya berinvestasi untuk jangka panjang dan mempunyai ketertarikan khusus dengan perusahaan tersebut.
Pemegang saham lebih memilih dividen dibagikan dalam bentuk uang tunai dibandingkan capital gain. Kecenderungan ini diakui oleh Gordon – Lintner
1962 sebagai “the bird in hand theory”. Para pemegang saham lebih memilih dividen yang dapat digunakan untuk berinvestasi kembali dan tanpa resiko
dibandingkan dengan capital gain karena jika mereka ingin menikmati capital gain maka mereka harus menjual sahamnya. Penjualan saham membuat para
investor harus menanggung biaya transaksi. Dividen payout ratio merupakan persentase jumlah tertentu dari pendapatan
perusahaan yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk tunai. Menurut Indriyono dan Basri 2002, “dividend payout ratio adalah perbandingan
antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase”. Menurut Helfert 2003 dalam penelitian yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dilakukan oleh Marthinova 2007 menyatakan bahwa pengertian payout yaitu :“a ratio in commonly used in connection with dividend policy is the so called payout
ratio, which represent the propotion of earnings paid out the shareholders in the firm of cash during any given year.
Menurut Umar 2003, Dividen payout ratio ini digunakan untuk mengukur berapa besar bagian dari laba bersih perusahaan yang digunakan sebagai dividen.
Dividen payout ratio akan memperlihatkan seberapa besar keputusan dalam penentuan kebijakan dividen. Semakin tingginya dividend payout ratio akan
menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan.Tetapi sebaliknya, dividend
payout ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham investor tetapi internal perusahaan semakin kuat. Jones 1999 mengemukakan apabila faktor –
faktor lainnya konstan maka semakin tinggi Dividend Payout Ratio, semakin tinggi pula Price Earning Ratio. Menurut Baridwan 2004 Dividend Payout Ratio
dapat dirumuskan sebagai berikut: Dividend Payout Ratio =
x 100
2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio