commit to user 25
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis mempunyai ciri
memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-
mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis Surakhmad, 1994. Teknik pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik
survei. Teknik survei yaitu suatu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai salah satu alat pengumpulan
data yang pokok Singarimbun dan Effendi, 1995.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantul yang merupakan daerah penghasil jagung di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY.
Pengambilan daerah sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling
. Menurut Wiratha 2006 metode
purposive sampling
adalah metode penentuan daerah sampel yang ditetapkan secara sengaja
berdasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu.
Sampel kecamatan diambil dengan kriteria terdapat usahatani jagung varietas Bisi-2 dan memiliki produksi jagung tertinggi serta produktivitas
jagung diatas rata-rata produktivitas kabupaten. Berdasarkan informasi yang diperolah dari petugas Dinas Pertanian dan Kehutanan, dari 17
kecamatan yang ada di Kabupaten Bantul, hanya terdapat enam kecamatan yang memiliki usahatani jagung varietas Bisi-2. Adapun data
luas panen, produksi dan produktivitas jagung menurut kecamatan di
Kabupaten Bantul pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.
commit to user 26
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut Kecamatan Di Kabupaten Bantul Pada Tahun 2008
No Kecamatan
Luas Panen Ha
Produksi Kw
Produktivitas KwHa
1. Srandakan 44,00
2.464,00 56,00
2. Sanden 145,00
8.150,50 56,21
3. Kretek 77,00
4.404,40 57,20
4. Pundong 330,00
16.054,50 48,65
5. Bambanglipuro 142,00
7.114,20 50,10
6. Pandak 71,00
3.337,00 47,00
7. Bantul 151,00
9.497,90 62,90
8. Jetis 213,00
13.472,30 63,25
9. Imogiri 88,00
5.007,20 56,90
10. Dlingo 1.688,00
79.420,40 47,05
11. Pleret 391,00
18.408,30 47,08
12. Piyungan 662,00
37.211,00 56,21
13. Banguntapan 239,00
13.145,00 55,00
14. Sewon 123,00
7.601,40 61,80
15. Kasihan 147,00
8.232,00 56,00
16. Pajangan 969,00
56.066,30 57,86
17. Sedayu 259,00
1.218,00 47,03
Jumlah 5.739,00
301.766,40 926,24
Rata-Rata 337,59
17.750,90 52,58
Sumber: BPS Kabupaten Bantul 2009 Keterangan:
Cetak tebal : Kecamatan yang mengusahakan jagung varietas Bisi-2
: Sampel kecamatan Kecamatan yang memiliki produksi jagung tertinggi diantara enam
kecamatan yang memiliki usahatani jagung varietas Bisi-2 adalah Kecamatan Dlingo. Akan tetapi produktivitas jagung di Kecamatan Dlingo
berada dibawah produktivitas rata-rata kabupaten sehingga daerah ini tidak terpilih sebagai sampel kecamatan. Kecamatan yang memiliki produksi
tertinggi kedua adalah Kecamatan Pajangan. Kecamatan Pajangan memiliki produktivitas jagung diatas produktivitas rata-rata kabupaten,
sehingga Kecamatan Pajangan terpilih sebagai sampel kecamatan.
Sampel desa dipilih dengan kriteria terdapat petani yang mengusahakan jagung varietas Bisi-2 dan memiliki produksi serta
produktivitas jagung tertinggi. Data luas panen, produksi dan produktivitas
commit to user 27
jagung menurut desa di Kecamatan Pajangan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Menurut Desa Di Kecamatan Pajangan Pada Tahun 2009
No. Desa
Luas Panen Ha
Produksi Kw
Produktivitas KwHa
1. Triwidadi 345,00
20.044,50 58,10
2. Sendangsari 370,00
19.018,00 51,40
3. Guwosari 275,00
13.255,00 48,20
Jumlah 990,00
52.317,50 157,70
Rata-Rata 330,00
17.439,17 52,57
Sumber: BPS Kabupaten Bantul 2010
Diantara tiga desa yang ada di Kecamatan pajangan, hanya terdapat satu desa yang petaninya mengusahakan jagung varietas Bisi-2 yaitu Desa
Triwidadi. Desa Triwidadi juga memenuhi kriteria sampel desa yang lain, yakni memiliki produksi dan produktivitas jagung tertinggi, sehingga desa
ini terpilih sebagai sampel desa. 2.
Metode Pengambilan Sampel Responden Menurut Singarimbun dan Effendi 1995, data yang dianalisis
harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang besar dan mengikuti distribusi
normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30 yang diambil secara random. Dengan demikian, petani sampel yang
diambil dalam penelitian ini yaitu dalam satu desa yang sudah terpilih sebagai sampel yaitu berjumlah 30 orang.
Berdasarkan informasi dari Petugas Penyuluh lapang PPL Desa Triwidadi, dari 17 kelompok tani yang ada di desa ini, hanya 1 kelompok
yang mengusahakan jagung varietas Bisi- 2, yaitu kelompok tani “Tani
Rukun”. Oleh karena itu, kelompok tani “Tani Rukun” yang beranggotakan 80
orang, terpilih sebagai sampel. Kemudian dari anggota kelompok tani diambil 30 petani sampel secara acak sederhana
simple random sampling
. Metode pengambilan sampel secara acak sederhana yaitu metode pengambilan sampel dari suatu populasi dimana sampel
commit to user 28
diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
penelitian Daniel, 2002. Metode pengambilan petani sampel dilakukan dengan cara undian sampai didapatkan ukuran banyaknya sampel yang
diinginkan, sehingga setiap petani mempunyai peluang yang sama untuk
terpilih menjadi petani sampel. C.
Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani yang mengusahakan jagung varietas Bisi-2 maupun pihak lain yang
berhubungan dengan usahatani jagung varietas Bisi-2, misalnya data mengenai produksi jagung Bisi-2, faktor produksi yang digunakan, biaya,
penerimaan, serta proses produksi yang dilakukan. Data ini diperoleh melalui wawancara.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan
dengan penelitian, yaitu Kantor Kepala Desa Triwidadi, Kantor Kecamatan Pajangan, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul,
dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera
Wirartha, 2006. 2.
Wawancara Wawancara
interview
atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
interviewer
untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai Wirartha, 2006. Teknik wawancara ini
dilakukan dengan bantuan kuesioner daftar pertanyaan. 3.
Pencatatan
commit to user 29
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer yaitu dengan melakukan pencatatan pada kuesioner, dan data sekunder yaitu dengan
melakukan pencatatan terhadap data yang ada pada instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani jagung
varietas Bisi-2 digunakan rumus:
Pd = TR
– TC = Py x Y
– BM Keterangan :
Pd : Pendapatan usahatani jagung varietas Bisi-2 RpHaMT
TR : Penerimaan total usahatani jagung varietas Bisi-2 RpHaMT
TC : Biaya total usahatani jagung varietas Bisi-2 RpHaMT
Py : Harga jagung varietas Bisi-2 per Kg Rp
Y : Produksi jagung varietas Bisi-2 Kg
BM : Biaya mengusahakan jagung varietas Bisi-2 RpHaMT 2.
Pengkajian hubungan penggunaan faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk urea, dan pupuk Phonska
terhadap produksi pada usahatani jagung varietas Bisi-2 digunakan model
fungsi produksi
Cobb-Douglas
dengan rumus: Y = a. X
1 b1
.X
2 b2
.X
3 b3
.X
4 b4
.X
5 b5
.X
6 b6
Keterangan: Y
= Produksi jagung varietas Bisi-2 Kg a
= Konstanta b
1
-b
6
= Koefisien regresi X
1
= Luas lahan Ha X
2
= Tenaga Kerja HKP X
3
= Benih Kg X
4
= Pupuk Kandang Kg X
5
= Pupuk Urea Kg X
6
= Pupuk Phonska Kg
commit to user 30
Hubungan antara faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang, pupuk urea, dan pupuk Phonska
yang digunakan pada usahatani jagung varietas Bisi-2 dengan produksi jagung varietas Bisi-2 dapat diketahui dengan melakukan regresi linier
berganda. Oleh karena itu, model fungsi produksi
Cobb Douglas
harus diubah ke dalam bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakannya
menjadi: Log Y = log a + b
1
log X
1
+ b
2
log X
2
+ b
3
log X
3
+ b
4
log X
4
+ b
5
log X
5
+ b
6
log X
6
Pada penelitian ini uji yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
a. Uji Serentak Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk
kandang, pupuk urea, dan pupuk Phonska secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi jagung varietas Bisi-2. Rumus yang
digunakan untuk uji F adalah sebagai berikut: F hitung
1 k
- n
SSE SSRk
Dimana: SSR :
Regression Sum of Squares
jumlah kuadrat regresi SSE :
Error Sum of Squares
jumlah kesalahan kuadrat k : jumlah variabel
n : jumlah sampel Dengan hipotesis:
Ho : b
1
= b
2
= b
3
= b
4
= b
5
= b
6
= 0 Ha : paling sedikit ada satu b
i
≠ 0 Dimana:
1 Jika F
hitung
F
tabel
, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk
kandang, pupuk urea, dan pupuk Phonska secara bersama-sama
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung varietas Bisi-2.
commit to user 31
2 Jika F
hitung
F
tabel
, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti faktor produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk
kandang, pupuk urea, dan pupuk Phonska secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung varietas Bisi-2. b.
Uji keberartian koefisien regresi Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
faktor produksi terhadap produksi jagung varietas Bisi-2. Rumus
untuk uji t adalah sebagai berikut: t hitung
bi Se
bi Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke - i
Se bi = Standard
error
koefisien regresi ke - i Dengan hipotesis:
Ho : b
i
= 0 Ha : b
i
≠ 0 Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :
1 Jika t
hitung
≤ t
tabel
, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti faktor produksi ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung
varietas Bisi-2. 2
Jika t
hitung
t
tabel
, maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti faktor produksi ke-i berpengaruh nyata terhadap produksi jagung
varietas Bisi-2. c.
Uji Standard Koefisien Regresi b’ Menurut Arif 1993, Untuk menentukan kekuatan masing-
masing variabel independen yang paling dominan terhadap produksi jagung varietas Bisi-2 dapat diketahui melalui nilai standard
koefisien regresi yang dapat diperoleh dengan rumus: b
’ = Keterangan:
b’ = Standard koefisien regresi variabel bebas
commit to user 32
bi = Koefisien regresi variabel bebas
y
= Standard deviasi variabel tak bebas
i
= Standard deviasi variabel bebas ke-i Nilai standard koefisien regresi yang terbesar merupakan
variabel yang paling dominan terhadap produksi jagung varietas Bisi-2 di Kabupaten Bantul.
d. Uji R
2
Adjusted
Menurut Lind 2008, banyaknya variabel bebas dalam persamaan regresi berganda membuat koefisien determinasinya
semakin besar. Setiap variabel bebas yang baru menyebabkan prediksinya semakin akurat. Hal itu kemudian membuat SSE
Error Sum of Squares
semakin kecil dan SSR
Regression Sum of Squares
semakin besar. Oleh karena itu, R
2
meningkat hanya karena jumlah variabel bebasnya, bukan karena variabel bebas tambahan itu
adalah prediktor yang bagus untuk variabel terikatnya. Untuk menyeimbangkan dampak dari jumlah variabel bebas terhadap
koefisien determinasi
berganda, peranti
lunak statistika
menggunakan suatu koefisien determinasi yang disesuaikan atau R
2
Adjusted
dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: : R
2
Adjusted
koefisien determinasi yang disesuaikan SSE
:
Error Sum of Squares
jumlah kesalahan kuadrat SST
:
Total Sum of Squares
jumlah kuadrat total k
: jumlah variabel n
: jumlah sampel
commit to user 33
3. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai matriks
pearson correlation
. Menurut Gujarati 1995, pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas yaitu dilakukan dengan melihat
matriks
correlation
. Bila matriks
pearson correlation
tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel
bebas tidak terjadi multikolinearitas. b.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-
1
sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat autokorelasi. Menurut Sulaiman 2002, pengujian ada atau tidaknya
korelasi antar variabel bebas autokorelasi, dilakukan dengan menggunakan uji statistik d dari Durbin Watson dengan kriteria:
1 1,65 DW 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi
2 1,21 DW 1,65 atau 2,35 DW 2,79 yang artinya tidak
dapat disimpulkan 3
DW 1,21 atau DW 2,79 yang artinya terjadi autokorelasi c.
Heteroskedastisitas Uji Heteroskedatisitas dilakukan dengan melihat pola titik-titik
pada grafik
scatterplot
. Menurut Priyatno 2009, kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik ada yang membentuk
suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka terjadi heteroskedastisitas
2 Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
commit to user 34
4. Analisis yang digunakan untuk mengkaji penggunaan faktor-faktor
produksi yang berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk kandang,
pupuk urea, dan pupuk Phonska pada usahatani jagung varietas Bisi-2
mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi adalah dengan menggunakan rumus:
1 1
Px NPMx
=
2 2
Px NPMx
=
3 3
Px NPMx
= ....... =
6 6
Px NPMx
= 1 Keterangan:
NPMx
i
: Nilai Produk Marjinal untuk faktor produksi x
i
Produk Fisik Marginal PFM x Harga hasil Pertanian Py
Px
i
: Harga faktor produksi x
i
Dimana:
Px NPMx
= 1, berarti penggunaan faktor produksi x telah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.
Px NPMx
1, berarti penggunaan faktor produksi x belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi.
Px NPMx
1, berarti penggunaan faktor produksi x tidak efisien. Soekartawi, 1994.
commit to user
35
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Kondisi Geografis
1.
Lokasi Daerah Penelitian
Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari 5 kabupatenkota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY. Luas wilayah
Kabupaten Bantul yaitu 50.685 Ha 15,90 dari luas Provinsi DIY. Apabila dilihat bentang alamnya secara makro, wilayah kabupaten Bantul
terdiri dari daerah dataran rendah yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak di bagian timur dan barat, serta kawasan
pantai di bagian selatan. Secara astronomis Kabupaten Bantul berada di antara 110º12
’ – 110º31’ Bujur Timur BT dan 7º44’ – 8º00’ Lintang Selatan LS.
Secara administratif kewilayahan, Kabupaten Bantul terdiri dari 17 Kecamatan, 75 Desa, dan 933 Pedukuhan. Adapun batas wilayah
Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia Sebelah Timur
: Kabupaten Gunungkidul Sebelah Barat
: Kabupaten Kulonprogo Kecamatan Pajangan merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kabupaten Bantul dengan luas 3.324,759 Ha. Kecamatan Pajangan terdiri dari 3 desa yang semuanya berpotensi sebagai penghasil jagung. Wilayah
Kecamatan Pajangan sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sedayu, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pandak, sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Bantul, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo.
2. Topografi Daerah
Wilayah Kabupaten Bantul memiliki topografi yang sangat bervariasi. Bagian barat adalah daerah landai serta perbukitan yang
membujur dari utara ke selatan seluas 8.986 km
2
17,73 dari luas seluruh