commit to user 16
b. Pendekatan Biaya Minimal
Cost minimization
Yaitu upaya memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya
Soekartawi, 1994. Menurut Soekartawi 1994 efisiensi ekonomi tertinggi akan terjadi
jika petani mampu membuat suatu upaya sehingga Nilai Produk Marjinal NPM untuk suatu faktor produksi sama dengan harga faktor produksi
P, atau dapat dituliskan: NPMx
=
P
x
; atau
1 Px
NPMx
Dalam banyak kenyataan NPM tidak selalu sama dengan P yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
a. NPMxPx 1; artinya penggunaan
input
x belum efisien. Untuk mencapai efisien,
input
atau masukan x perlu ditambah. b.
NPMxPx 1; artinya penggunaan
input
x tidak efisien. Untuk
menjadi efisien, maka penggunaan
input
atau masukan x perlu dikurangi.
6. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian Puspitasari 2002 yang berjudul
Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Jagung Pioneer di Kabupaten Grobogan
selama musim tanam Juli sampai September 2001 menunjukkan bahwa luas lahan garapan
jagung pioneer sebesar 0,498 Ha. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi untuk setiap hektarnya adalah tenaga kerja 572,179 HKP, pupuk
kandang 401,512 Kg, pupuk urea 279,373 Kg dan pupuk SP-36 151,648 Kg. Rata-rata biaya produksi Rp.2.078.699 per Ha, penerimaan
Rp.4.461.836 per Ha, pendapatan Rp.2.383.137 per Ha. Dari perhitungan diperoleh persamaan Y = 0,852 X
1 0,769
.X
2 0,209
.X
3 0,02273
.X
4 -0,337
. X
5 0,349
. Dari hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa luas lahan, tenaga
kerja, pupuk urea, pupuk SP-36, dan pupuk kandang secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pioneer. Luas lahan dan
commit to user 17
pupuk kandang mempunyai hubungan positif terhadap produksi jagung pioneer dan kedua masukan tersebut berpengaruh nyata. Oleh karena itu,
setiap penambahan luas lahan dan pupuk kandang akan mengakibatkan penambahan hasil produksi jagung pioneer. Masukan pupuk SP-36
mempunyai hubungannya negatif berpengaruh nyata terhadap produksi jagung pioneer. Hal ini berarti bahwa setiap penambahan pupuk SP-36
akan menurunkan hasil produksi jagung pioneer. Indeks efisiensi ekonomi nilainya tidak sama dengan satu yang berarti bahwa kombinasi
penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani jagung pioneer belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi.
Penelitian oleh Widiyani 2008 yang berjudul
Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Jagung
Varietas Bisi-2 di Kabupaten Klaten
menunjukkan hasil bahwa selama musim tanam April sampai September 2007 menunjukkan bahwa luas
lahan garapan jagung varietas Bisi-2 sebesar 0,21 Ha. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi untuk setiap hektarnya adalah tenaga
kerja 175,38 HKP, benih 18,19 Kg, pupuk kandang 9.238,10 Kg dan pupuk
urea 1.121,76
Kg. Rata-rata
biaya produksi
Rp.9.194.143,09HaMT, penerimaan Rp.14.291.667,00HaMT, dan pendapatan
Rp.5.097.523,91HaMT. Dari
perhitungan diperoleh
persamaan Y = 27,416. X
1 -0,344E-03
. X
2 0,414
. X
3 0,152
. X
4 0,087
. X
5 0,309
. Dari hasil analisis regresi linier berganda diketahui bahwa luas lahan, tenaga
kerja, benih, pupuk kandang, dan pupuk urea secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung varietas Bisi-2. Tenaga dan
pupuk urea mempunyai hubungan positif terhadap produksi jagung varietas Bisi-2 dan kedua masukan tersebut berpengaruh nyata. Oleh
karena itu, setiap penambahan tenaga kerja dan pupuk urea akan mengakibatkan penambahan hasil produksi jagung varietas Bisi-2.
Masukan berupa luas lahan mempunyai hubungannya negatif berpengaruh nyata terhadap produksi jagung varietas Bisi-2. Hal ini berarti bahwa
setiap penambahan luas lahan akan menurunkan hasil produksi jagung varietas Bisi-2. Indeks efisiensi ekonomi nilainya lebih dari satu, artinya
kombinasi penggunaan faktor produksi yang berupa masukan pupuk urea
commit to user 18
dan tenaga kerja pada usahatani jagung varietas Bisi-2 di Kabupaten Klaten belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi.
Berdasarkan kedua hasil penelitian di atas, dapat diketahui bahwa indeks efisiensi ekonomi nilainya tidak sama dengan satu yang berarti
bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani jagung tersebut belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi.
Kedua penelitian tersebut dapat memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani jagung.
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah