Kinerja guru IPS SMK al-Hidayah Ciputat

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Retya Fitnia

NIM. 106018200778

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M/1432 H


(2)

disusun oleh Retya Fitnia dengan nomor induk mahasiswa 106018200778. Jurusan KI-Manajemen Pendidikan. Telah melalui bimbingan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosyah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas.

Jakarta, 12 Mei 2011

Yang Mengesahkan: Pembimbing

Dr. Muhammad Arif, M. Pd NIP: 19700606 199702 1 002


(3)

yang disusun oleh Retya Fitnia, NIM: 106018200778, telah diujikan pada tanggal 1 Juni 2011 dan telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata (S1) pada Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 1 Juni 2011 Panitia Munaqosah,

Ketua Sidang (Ketua Jurusan KI) Tanggal Tanda Tangan

Drs. Rusydy Zakaria, M. Pd, M. Phil NIP. 19560530 198503 1 002

Sekretaris (Ketua Prodi. MP) Drs. Mu’arif SAM, M. Pd

NIP. 19650717 199403 1 005

Penguji I

Zikri Neni Iska, M.Psi

NIP. 19690206 199503 2 001

Penguji II

Drs. Hasyim Asy’ari, M. Pd NIP. 19661009 199303 1 004

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 198703 1 003


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Retya Fitnia

NIM : 106018200778

Jurusan : Kependidikan Islam

Program Studi : Manajemen Pendidikan Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Mei 2011 Penulis,

Retya Fitnia


(5)

Skripsi Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta. 2011.

Kinerja guru adalah hasil kerja dari seorang guru dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab dalam pekerjaannya sehingga terlihat prestasi guru dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Skripsi ini membahas tentang kinerja guru IPS SMK Al-Hidayah Ciputat yang dibatasi dan diukur pada pengembangan guru dalam kemampuan guru IPS dalam merencanakan, melaksanakan dan evaluasi pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analisis. Responden penelitian ini adalah kepala sekolah, guru IPS, dan siswa kelas XII.

Berdasarkan hasil penelitian di SMK AL-Hidayah Ciputat, banyak hal secara umum mengungkapkan bahwa kinerja guru IPS di sekolah tersebut baik. Ini terlihat dari hasil keseluruhan dimensi kinerja guru IPS. Hal ini menuntut guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya karena guru yang berkompeten adalah guru yang memiliki kualitas yang baik untuk peserta didiknya. Serta penulis mencoba memberikan saran kepada kepala sekolah untuk ikut berperan aktif bersama pemerintah dan instansi-instansi yang terkait dalam meningkatkan kualitas guru, dengan cara mengikut sertakan para guru dalam berbagai kegiatan pelatihan,

workshop, melakukan evaluasi berkala guna peningkatan kinerja para guru sehingga dapat diselaraskan dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia pendidikan.


(6)

ii

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT yang Maha Segalanya dan selalu dekat dengan hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari alam kejahiliyahan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Melalui segenap usaha, doa, dan penantian panjang, alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “KINERJA GURU

IPS SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT”, berkat bantuan dari berbagai pihak, baik materil maupun moril, terutama adalah atas berkat taufiq dan inayah Allah SWT.

Penelitian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan, petunjuk, bimbingan, motivasi, dan semangat. Untuk itu penulis merasa pantas berterima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosada, MA Dekan Fakultas ilmu tarbiah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phi ketua jurusan kependidikan islam sekaligus sebagai dosen penasehat akademik yang telah meluangkan banyak waktu nya dalam membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Mu’arif SAM.,M.Pd ketua kaprodi Manajemen Pendidikan yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini, dan Mbak Ifah Zahriani


(7)

4. Dr. Muhammad Arif, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing penulis, dan banyak memberikan masukan, nasihat, serta arahan kepada penulis selama menyusun skripsi.

Thanks for everythink bu, semoga Allah membalas kebaikan dan budi muliamu.

5. Seluruh dosen Program Studi Manajemen Pendidikan yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan yang sangat berguna, selama penulis mengikuti perkuliahan.

6. Segenap jajaran staff Kependidikan Islam Manajemen Pendidikan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tuaku, Ayahanda Sumarno Maryuto (Alm) dan ibu Yaya Suryana yang aku sayangi dan ku selalu hormati. Terima kasih atas spirit of my life, yang selalu mendo’akan dan memberikan dukungan baik moril, materiil maupun spiritual yang tak terhingga, serta nasihat kepada penulis untuk selalu semangat menggapai cita-cita, dan selalu menjadi sumber inspirasi dan kekuatan. Dan juga kakakku tercinta Mba Lulu, dan abang-abangku Mas Tutus dan Mas Hadhis makasih ya kucuran dananya yang

selalu ada disaat adiknya butuh serta yang senantiasa mendo’akan yang

terbaik buat adiknya, dan juga buat adikku Oktyah Rochnita yang senantiasa selalu mendengarkan keluh kesahku dalam menulis skripsi. Terima kasih atas segala dukungan yang selalu memberikan semangat kepada penulis


(8)

iv

8. Bapak Drs.Sukoco D.M selaku Kepala sekolah SMK AL-HIDAYAH Ciputat, Ibu Siti Zubaidah S.Pd, Ibu Nuraini S.E, dan karyawan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dan telah memfasilitasi dan meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.

9. Untuk Isha Ahmadiku yang sangat baik dan sabar dalam membantu dan menemani penulis dalam segala hal, thank you soo much.

10. Pengelola perpustakaan utama dan perpustakaan FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas referensi yang telah dipinjamkan kepada penulis sebagai pedoman dalam kajian teori yang penulis susun dalam skripsi ini.

11. Teman-teman KI-MP Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan angkatan 2006 khusus nya buat “ Ina, Eha, Nani, Papah, Zeze dan Janah,” yang sama-sama merasakan suka dan duka semasa kuliah, terima kasih atas semua kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini. Tetap Semangat Untuk Meraih Masa Depan yang Lebih Baik.

12. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian semua.


(9)

pembaca lain.

Jakarta, 12 Mei 2011


(10)

vi

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Kinerja Guru ... 8

1. Pengertian Kinerja Guru ... 8

2. Aspek-Aspek Kinerja Guru ...12

3. Komponen-Komponen Kinerja Guru ...15

a.Kompetensi Pedagogik...15

b.Kompetensi Kepribadian ...16

c.Kompetensi Profesional ...17

d.Kompetensi Sosial ...19

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru ...21

5. Upaya dalam meningkatkan Kinerja Guru ...23

6. Penilaian terhadap Kinerja Guru ...24

7. Indikator Kinerja Guru ...25


(11)

2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ...29

3. Tujuan Pendidikan IPS ...31

C. Kerangka Berfikir ...32

BAB III METODE PENELITIAN ...35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...35

1. Tempat Penelitian ...35

2. Waktu Penelitian ...35

B. Metode Penelitian...36

C. Responden ...36

D. Teknik Pengumpulan Data ...37

E. Instrumen Penelitian...38

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...39

1. Teknik Pengolahan Data...39

2. Teknik Analisis Data ...39

BAB IV HASIL PENELITIAN ...42

A. Deskripsi data ...42

B. Interprestasi dan Analisa Data ...57

BAB V KESIMPULAN ...59

A. Kesimpulan ...59

B. Saran ...60

DAFTAR PUSTAKA ...61


(12)

viii

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara 40

Tabel 3.3 Pedoman Angket 40

Tabel 4.1 Frekuensi guru membuat perencanaan atau persiapan pembelajaran yang hendak diberikan

42

Tabel 4.2 Frekuensi guru menggunakan buku paket yang diwajibkan dalam penyampaian materi

43

Tabel 4.3 Frekuensi guru memeriksa kehadiran siswa sebelum mengajar

44

Tabel 4.4 Frekuensi guru mengaitkan permasalahan materi pada minggu lalu sebelum memulai pelajaran

46

Tabel 4.5 Frekuensi guru memberikan tes awal sebelum memasuki materi pelajaran

45

Tabel 4.6 Frekuensi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan

46

Tabel 4.7 Frekuensi guru menguasai materi pelajaran yang akan diajarkan

46

Tabel 4.8 Frekuensi guru menggunakan media yang tepat sesuai dengan materi

47

Tabel 4.9 Frekuensi guru menjelaskan secara singkat materi pokok atau tujuan pembelajaran

47

Tabel 4.10 Frekuensi guru dapat mengekspresikan seluruh kemampuan mengajar

48

Tabel 4.11 Frekuensi guru berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki di dalam pembelajaran

49

Tabel 4.12 Frekuensi guru datang dan meninggalkan sekolah tepat pada waktunya


(13)

pelajaran akan berakhir

Tabel 4.15 Frekuensi guru memulai dan mengakhiri pelajaran sesuai dengan waktu yang ditetapkan

51

Tabel 4.16 Frekuensi guru melaksanakan evaluasi pembelajaran secara rutin

52 Tabel 4.17 Frekuensi guru memberikan penilaian kepada siswa secara

objektif

52

Tabel 4.18 Frekuensi guru menerima kritik dan saran guna meningkatkan kualitas mengajar

53

Tabel 4.19 Frekuensi guru mengelola kelas dengan baik agar tidak menimbulkan kejenuhan dalam diri siswa

53

Tabel 4.20 Frekuensi guru memelihara dan meningkatkan kerjasama di antara guru

54

Tabel 4.21 Rata-rata keseluruhan hasil angket 57

Tabel 4.22 Kinerja guru IPS (Dilihat dari merencanakan, melaksanakan pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran)


(14)

x

Lampiran 2 Angket Tentang Persepsi Siswa Terhadap Kinerja Guru IPS SMK AL-HIDAYAH Ciputat

Lampiran 3 Hasil Angket Penelitian

Lampiran 4 Perhitungan Kinerja Guru IPS SMK AL-HIDAYAH Ciputat dilihat dari dimensi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran

Lampiran 5 Berita wawancara Lampiran 6 Hasil wawancara

Lampiran 7 Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah Lampiran 9 Data guru dan karyawan


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Telah kita ketahui bahwa pendidikan adalah proses sosialisasi untuk mencapai kompetensi pribadi dan sosial sebagai dasar untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai kapasitas yang dimilikinya, menjadikan manusia yang bermanfaat terhadap agama dan bangsa. Berdasarkan tujuan Pendidikan Nasional pada Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yaitu:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab1.

Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai mana disebutkan di muka, bukanlah proses yang mudah dan cepat tetapi diperlukan sarana yang tepat serta waktu yang cukup panjang. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi-institusi yang dipandang paling tepat dalam

1

Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006),h. 8.


(16)

mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa:

Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara2.

Agar pendidikan benar-benar berperan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka semua unsur yang terkait (peserta didik, tenaga pendidik, orang tua, masyarakat, pemerintah, pencipta lapangan kerja dan sebagainya) harus turut berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sejalan dengan arus perkembangan modernisasi. Mengingat sangat pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan proses pembangunan peradaban bangsa, maka bidang pendidikan perlu memiliki suatu sistem pendidikan nasional yang mantap yang dapat digunakan sebagai pedoman dan pegangan kita sehingga mampu menjawab kebutuhan masyarakat dan mampu menjawab tantangan zaman, untuk itu tidaklah berlebihan jika masalah yang timbul dalam dunia pendidikan adalah masalah kita semua dan menjadi tanggung jawab bersama untuk mengatasinya.

Pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga dilakukan ditengah keluarga atau dalam masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:

1. Guru

Guru merupakan salah satu faktor yang dominan dalam menentukan keberhasilan pendidikan, oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan dasar melaksanakan tugas yaitu mempunyai dasar keilmuan, kepemimpinan, profesional, pengakuan oleh masyarakat, mempunyai kode etik profesi dan sebagainya. Seorang guru yang professional adalah guru yang berkompeten dan memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya, yang

2


(17)

berfungsi sebagai alat maupun pedoman dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam suasana yang menyenangkan sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

2. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan kepala sekolah dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah sangat memainkan peranan penting untuk mempengaruhi, mendorong, membimbing, memotivasi, mengarahkan dan menggerakan guru, staf, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait, agar bekerja dan berperan serta untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan.

3. Kurikulum

Kurikulum agar anak didik mendapat ilmu pengetahuan yang sesuai denga perkembangan zaman, maka lembaga pendidikan haruslah selalu memperbaharui dan mengevaluasi kurikulum yang digunakan. Dengan evaluasi diharapkan materi ajar yang diberikan kepada anak didik selalu bersifat baru dan terarah, sehingga anak didik selalu mendapatkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan dan kemajuan yang terjadi. 4. Sarana Dan Prasarana Sekolah

Kegiatan belajar mengajar agar berjalan dengan baik, maka sekolah perlu mengupayakan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat bejalan dengan efektif dan efisien.

5. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah adalah keadaan sekitar sekolah baik secara fisik maupaun non fisik. Lingkungan sekolah yang menyenangkan, aman, bersih dan menentramkan sangat diperlukan, sehingga diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara optimal agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.

6. Peserta Didik.

Peserta didik merupakan pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar setelah guru, sehingga siswa dituntut keaktifannya.


(18)

Kegiatan belajar mengajar yang melibatkan aktifitas fisik dan psikis, dalam hal ini seringkali siswa hanya hadir secara fisik di kelas namun tidak secara psikis yang mengakibatkan aktifitas belajar tidak optimal. Hal yang perlu disadari juga bahwa secara klasikal, tingkat kecerdasan, kemampuan, ketrampilan dan kemandirian siswa tidak sama yang nantinya akan berpengaruh pada prestasi belajar.

Diantara beberapa hal di atas yang menunjang pendidikan yang terpenting adalah guru. Karena guru sebagai salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar mengajar dalam kelas. Oleh karena itu, tugas guru bukan hanya mendidik saja, melainkan berfungsi sebagai orang dewasa yang bertugas secara profesional memindahkan ilmu pengetahuan atau menyalurkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya kepada anak didik, selain dari itu, guru sebagai seorang pemimpin, pendidik dan pembimbing bagi peserta didiknya.

Sebagai pemimpin, guru harus memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan ide-ide yang perlu dikembangkan pada peserta didiknya dengan sistem kepemimpinananya yang dapat menggerakkan minat, gairah serta semangat belajar peserta didik, melalui metode apapun yang sesuai dan efektif. Sebagai pendidik, guru dituntut mampu menempatkan dirinya sebagai pengarah dan pembimbing bakat atau kemampuan anak didik kearah titik maksimal yang dapat mereka capai. Dengan demikian, guru bukan hanya memompakan ilmu pengetahuan ke dalam jiwa anak melalui kecerdasan otaknya, akan tetapi harus mampu mengarahkan kemana seharusnya bakat dan kemampuan masing-masing anak didik itu dikembangkan. Maka sasaran tugas guru sebagai pendidik adalah tidak hanya terbatas pada mencerdaskan otak (intelegensi) saja melainkan harus berusaha membentuk seluruh pribadi anak menjadi manusia dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan mengembangkannya untuk kesejahteraan hidup umat manusia.

Sebagai pembimbing, guru dituntut memfungsikan dirinya sebagai penunjuk jalan yang benar dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tepat dari anak didik dengan mendorong dan meningkatkan potensi kejiwaan jasmaninya. Agar


(19)

usaha bimbingan yang dilakukan itu berhasil, maka guru perlu mempergunakan pelbagai metode yang sesuai.

Oleh karenanya, guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar, memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi guru ialah merancang, mengolah, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran. Disamping itu, kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis dan menentukan karena guru yang menilai dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan tugas guru aialah kinerja guru dalam merancang atau merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.3

Jika seluruh komponen pendidikan dan pengajar dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, maka mutu pendidikan dengan sendirinya akan meningkat. Namun dari seluruh komponen pendidikan tersebut, gurulah yang merupakan komponen utama. Jika grunya berkualitas baik, maka pendidikan pun akan baik pula dan sebaliknya.

Mengenai SMK Al-Hidayah Ciputat tersebut berkualitas, sudah seharusnya kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan hendaknya dapat meningkatkan kinerja para guru agar mutu pengajaran yang dilakukan dapat dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan. Kenyataan yang ada di lapangan para guru dalam melaksanakan tugasnya masih belum sepenuhnya bertanggung jawab, masih banyak guru yang datang dan terlambat dan keluar kelas lebih awal dan waktu yang telah ditentukan, kurang memperhatikan keadaan siswanya, dan masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil dan kinerja guru.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul “KINERJA GURU IPS SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT”.

3

Syarifuddin Nurdin dan M. Basyrudin Usman, Guru Profesional dan Implementasi


(20)

B.Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yang berhubungan dengan kinerja guru ilmu pengetahuan sosial (IPS), antara lain:

1. Kemampuan guru IPS dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). 2. Kemampuan guru IPS dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar

(KBM).

3. Kemampuan guru IPS dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. 4. Memiliki kompetensi sebagai tenaga pengajar

5. Kemampuan guru IPS dalam menilai proses pembelajaran

C.Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah-masalah yang terkait dengan kinerja guru, dan supaya pembahasan masalah dalam penelitian ini terfokus dan tersusun dengan baik, serta sesuai dengan keterbatasan penulis dalam hal waktu, tenaga dan biaya, maka perlu pembatasan masalah. Maka pelaksanaan penelitian dibatasi pada masalah kinerja guru IPS dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melaksanakan evaluasi serta kinerja guru dalam pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalahnya

adalah “ Bagaimanakah kinerja guru IPS SMK Al-Hidayah Ciputat?”

E. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan untuk mengetahui bagaimana kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar.


(21)

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

a. Dapat menambah khazanah pengetahuan dan bahan tambahan referensi bagi pengembangan ilmu pendidikan.

b. Sebagai bahan referensi untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan lingkup yang lebih luas.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi Peneliti untuk memperoleh gambaran secara empirik tentang tanggapan siswa terhadap kinerja guru IPS.

b. Bagi guru IPS diharapkan dapat meningkatkan teknik penyampaian dalam proses belajar mengajar sehingga mengembangkan sikap kritik dan kepekaan siswa terhadap lingkungan dan menjadikan proses belajar mengajar lebih bermakna.

c. Bagi sekolah diharapkan mempunyai manfaat bagi usaha pengembangan strategi belajar mengajar, terutama strategi belajar mengajar yang menekankan pada pendekatan terpadu.

d. Bagi jurusan KI-MP memberi masukan bagi lembaga pendidikan, tenaga kependidikan khususnya jurusan KI-MP dalam mengajar IPS tentang penentuan suatu pendekatan pengajaran yang lebih efektif dalam rangka mengembangkan sikap kritis dan kepekaan siswa terhadap lingkungan sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.


(22)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Mengenai tentang arti atau pengertian kinerja banyak batasan yang diberikan para ahli tentang istilah kinerja walaupun berbeda dalam perumusannya namun secara prinsip tampak sejalan mengenai proses pencapaian hasil dan kemampuan dalam suatu pekerjaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian kinerja adalah “sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan kerja”.1 Menurut Hadari Nawawi mengartikan

kinerja sebagai “prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya yang didelegasikan dari

atasan dengan efektif dan efisien”.2

Dalam menghadapi perkembangan zaman dan pembangunan nasional, dalam rangka otonomi pendidikan sistem pendidikan harus bisa secara tepat guna dan berhasil guna dalam berbagai aspek, dimensi, jenjang, dan tingkat pendidikan. Keadaan semacam itu pada gilirannya akan menuntut para pelaksana pendidikan di berbagai jenis dan jenjang untuk dapat memperlihatkan kinerjanya secara efektif dan efisien. Adapun yang dimaksud dengan kinerja itu menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara adalah “hasil

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)Cet, 2 h. 570

2

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996), Cet. XIII, h. 34.


(23)

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”.3

Jadi yang dimaksud dengan kinerja menurut keterangan di atas adalah prestasi kerja dari seorang pegawai yang mempunyai kualitas atau mutu serta kuantitas atau jumlah yang diharapkan. Menurut Wibowo kinerja berasal dari pengertian “performance”. “Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung”.4

Kinerja sebagai prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efisien. E. Mulyasa mengungkapkan kinerja atau “performance” dapat diartikan sebagai “prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja”.5

Untuk lebih memahami tentang kinerja tenaga kependidikan atau guru berikut ini disajikan beberapa pendapat menurut pengertian operasionalnya. Dikutip oleh E. Mulyasa.

1) Model Vroomain

Vroom mengemukakan bahwa, “Performance = (Ability x Motivation)”.6

Menurut model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan dengan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti bahwa: jika kinerja seseorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah dengan kemampuan yang rendah.

3

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 67.

4

Wibowo, Manajemen Kinerja. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 7

5

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke 6, h.136.

6


(24)

2) Model Lower dan Porter

Lawler dan Porter (1976) mengemukakan bahwa: Performace = Effort x Role Perceptions”.7

Effort adalah banyaknya energi yang dikeluarkan oleh seseorang tenaga kependidikan atau guru dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti intelegensi, keterampilan, sifat sebagai kekuatan yang potensial untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Sedangkan

roleperceptions adalah kecocokan antara usaha yang dilakukan seesorang sengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang seharusnya dikerjakan. Hal yang baru dalam model ini adalah “role perceptions”, sebagai jenis

perilaku yang paling cocok dilakukan individu untuk mencapai sukses atau keberhasilan yang diinginkan.

3) Model Ander dan Butzin

Ander dan Butzin mengajukan model kinerja sebagai berikut: “Future Performance = Past Performance + (Motivation x Ability).”8 Jika semua teori tentang kinerja dikaji, maka di dalamnya melibatkan dua komponen utama yaitu “abilty” (kemampuan) dan “Motivasi”.

Kinerja mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi yang tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut maka usaha untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja organisasi merupakan hal yang penting. Membahas tentang kinerja tenaga kependidikan atau guru erat hubungannya dengan cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seseorang sehingga perlu ditetapkan standar kinerja.

Pada prinsipnya penilaian kinerja merupakan cara pengukuran kontibusi-kontribusi dari individu dalam instansi yang dilakukan terhadap organisasi. Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan salah satu faktor kunci guna pengembangan suatu organisasi secara efektif dan efisien, nilai penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut tingkat kontribusi individu atau menjadi tanggung jawabnya. Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Untuk penilaian

7

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional , h. 136.

8


(25)

kinerja guru, maka diperlukan adanya informasi yang lengkap, berkualitas dan valid yang menggambarkan kinerja para guru secara profesional.

Penilaian kinerja guru juga harus mengenali prestasi yang diciptakan guru dalam proses belajar mengajar yang tercerminkan pada prestasi siswa, serta membuat rencana untuk meningkatkan kinrja para guru tersebut. Penilaian yang dilakukan, harus memungkinkan pekerjaan para guru dalam mengajar dapat diorganisasikan secara efektif serta memberikan kepuasan, pencapaian, dan memperkarya jabatan yang lebih tinggi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka seorang guru dituntut agar dapat memiliki kinerja yang baik. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut:

a. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.

b. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.

c. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.

d. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.

e. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.

f. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan dengan orang lain secara wajar.

g. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain dan lingkungan.

h. Mengembangkan kreativitas.

i. Menjadi pembantu ketika diperlukan.9

Selajutnya Ivork, Davies, menegaskan bahwa seorang guru mempunyai empat fungsi pokok, yaitu:

9

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet.7, h. 36


(26)

a. Merencanakan. Yaitu pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar.

b. Mengorganisasikan. Yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan menghubungkan sumber-sumber belajar.

c. Memimpin. Yaitu pekerjaan seorang guru untuk memotivasi, mendorong dan menstimulasi murid-muridnya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar.

d. Mengawasi. Yaitu pekerjaan seorang guru untuk menetukan apakah fungsi dalam mengorganisasikan dan memimpin diatas telah berhasil dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Jika tujuan belum dapat diwujudkan, maka guru harus menilai dan mengatur kembali situasinya dan bukannya mengubah tujuannya.10

Berdasarkan keterangan diatas bahwa yang dimaksud dengan kinerja adalah ukuran atau hasil dari penilaian terhadap pelaksana tugasnya sebagai guru, baik dilihat dari kepentingan pendidikan nasional maupun tugas fungsional guru, semuanya menutut agar pendidikan dan pengajaran dilaksanakan secara sunguh-sungguh dan didukung oleh para pelaksana pendidikan secara professional. Pelaksana pendidikan yang profesional adalah mereka yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan didukung oleh etik profesi yang kuat. Untuk itu hendaknya para guru telah memilki kualifikasi yang memadai yang meliputi intelektual, sosial, spiritual, pribadi, moral, dan profesional.

2. Aspek-Aspek Kinerja Guru

Untuk tercapainya keberhasilan, guru harus mempunyai kemampuan dasar dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, bahwa profesi dosen dan guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme;

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

10


(27)

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas profesionalan;

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang baru berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.11

Gordon dalam bukunya E. Mulyasa menjelaskan aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:

a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

b. Pemahaman (Understanding), yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang memilki oleh individu. Misalnyaa seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisisen.

c. Kemampuan (Skill), yaitu suatu yang dimilki oleh individu untuk melkukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhaana untuk member kemuadahan belajar kepada peserta didik.

d. Nilai (value), yaitu suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbuakan, demokratis, dan lain-lain).

e. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji, dan sebagainya.

f. Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minaat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.12

Membicarakan kinerja mengajar guru, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor pendukung dan pemecahan masalah yang menyebabkan

11

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, Tentang Pendidikan..., h. 6

12

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: PT Rosdakarya, 2004), Cet. 4, h. 38-39


(28)

terhambatnya kegiatan belajar mengajar secara baik dan benar dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan guru dalam mengajar. McClelland mengemukakan 6 karakteristik dari pegawai yang memiliki motif berprestasi tinggi, yaitu pertama, memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi. Kedua, berani mengambil resiko. Ketiga, memiliki tujuan yang realistis. Keempat, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisai tujuannya. Kelima, memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya. Keenam, memberi kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.13

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Pupuh Fathurohman, ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu:

a. Menguasai bahan

b. Mengelola program belajar mengajar c. Mengelola kelas

d. Menggunakan media atau sumber belajar e. Menguasai landasan-landasan kependidikan f. Mengelola interaksi belajar mengajar

g. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran

h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami prinsip-prinsip dan menasirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan pengajaran.14

Dengan berdasarkan pengertian di atas guru merupakan suatu keharusan yang patut digugu dan ditiru segala tindakan dan perilakunya yang baik oleh siswa, selama guru tersebut tidak, melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma, sebagai guru yang menjadi panutan bagi siswa dan siswinya di sekolah maupun dalam keluarga guru itu sendiru sebagai kepala keluarganya

13

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 4, h. 67

14

Pupuh Fathurruhman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 45-46


(29)

dan dalam lingkungan masyarrakat luas guru harus menjadi suri tauladan dan memberikan contoh yang baik bagi masyarakat sekitarnya.

3. Komponen-komponen Kinerja guru

Menurut Peraturan Pemerintah Pasal 28 No 19 tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan bahwa “kompetensi sebagai agen pembelajaran

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

professional dan kompetensi sosial”.15

Kinerja guru tidak dapat dilepaskan dari standar kompetensi yang

mencakup empat hal yaitu, “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial”.16

Diantara jenis dan kompenen kinerja guru yang satu dengan kompenen yang lainnya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan yaitu:

a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik, “merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisassikan berbagai potensi yang dimilikinya”.17

Jadi kesimpulannya kompetensi pedagogik adalah kemampuan dan kecerdasan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam memahami dan mengetahui serta menggali potensi yang dimilki oleh siswa, serta guru dituntut untuk membantu dalam mengembangkannya dengan melalui pembelajaran dan pendidikan.

15

Peraturan Pemerintnah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Asa Mandiri 2006), Cet. III, h. 114.

16

Cece Wijaya. A. Tabrani Rusyyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya), h.21.

17

Peraturan Pemerintnah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Cet. III, h. 114.


(30)

b. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan “kemampuan pribadi guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar atau tugasnya sebagai guru”.18 Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan merinci kemampuan pribadi guru meliputi:

1) Kemantapan dan integrasi pribadi.

2) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan. 3) Berfikir alternatif.

4) Adil, jujur , dan objektif.

5) Didplin dalam melaksanakan tugas. 6) Ulet dan tekun bekerja.

7) Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya.

8) Simpatik dan menarik, luwes dan bijaksana dan sederhana dalam bertindak. 9) Memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas.

10)Berwibawa.19

Sedangkan Muh. Uzer Usman menerangkan bahwa kemampuan pribadi guru meliputi beberapa hal kemampuan yang harus dimilki oleh guru sebagai berikut:

1) Mengembangkan kepribadian 2) Berinteraksi dan berkomunikasi

3) Melaksanakan penyuluhan dan bimbingan 4) Melaksanakan administrasi pendidikan

5) Melaksanakan penelitian sederhhana untuk keperluan pengajaran.20

Jadi kemampuan pribadi atau dapat disebut juga kompetensi kepribadian dapat menjadikan seorang guru dapat mengelola dan berinteraksi secara baik dengan siswa, serta mengelola dalam proses belajar mengajar, guru juga harus mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimana pun guru menjadi suritauladan untuk anak didiknya.

18

Cece Wijaya. A. Tabrani Rusyyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar

Mengajar, h.21.

19

Cece Wijaya. A. Tabrani Rusyyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Beelajar

Mengajar, h.21.

20

Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. XII, h. 16-17


(31)

c. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran) yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus guru itu memiliki wibawa akademis.

Jadi yang dimaksud dengan kompetensi professional merupakan

“kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan”.21

Ada beberapa kemampuan profesional mengajar guru dalam pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan:

1) Merencanakan sistem pembelajaran a) Merumuskan tujuan

b) Memilih prioritas materi yang akan diajarkan c) Memilih dan menggunakan sumber daya yang ada d) Memilih dan menggunkan media pembelajaran 2) Melaksanakan sistem pembelajaran

a) Memilih dan menyusun jenis evaluasi b) Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat 3) Mengevaluasi sistem pembelajaran

a) Memilih dan menyusun jenis evaluasi

b) Melaksankan kegiatan evaluasi sepanjang proses c) Mengadministrasikan hasil evaluasi22

Perencanaan merupakan fungsi sentral dari manajemen pembelajaran, perencanaan pembelajaran harus dimiliki oleh setiap guru sebagai pendidik dan pengajar. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber belajar untuk membentuk kompetensi dasar dan

21

Peraturan Pemerintnah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Asa Mandiri 2006), Cet. III, h. 114.

22

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan


(32)

mencapai tujuan pembelajaran.23 Oleh karena itu sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru dituntut membuat perencanaan pembelajaran, fungsi perencanaan pembelajaran adalah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan tugas selanjutnya. Setelah guru membuat rencana pembelajaran, maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran yang merupakan salah satu aktivitas inti di sekolah. Guru harus menunjukkan penampillan yang terbaik bagi para siswanya. Penjelasannya mudah dipahami, penguasaan keilmuannya benar, menguasai metodelogi, dan seni pengendalian siswa. Seorang guru juga harus bisa menjadi teman belajar yang baik bagi para siswanya sehingga siswa merasa senang dan termotivasi belajar bersamanya.

Dalam kemampuan profesional meliputi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai tenaga pendidik atau pengajar, menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Pupuh Fathurohman yaitu:

1) Menguasai bahan materi ajar

2) Mengelola program belajar mengajar 3) Mengelola kelas

4) Menggunakan sumber media pengajaran 5) Menguasai landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar

7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

8) Mengenal fungsi dan program pelayanan binbingan dan penyuluhan 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10)Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna kepentingan pengajaran.24

Kompetensi profesional guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa, karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa yang diperoleh siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan strukur serta isi kurikulumnya, akan tetapi ditentukan oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siswanya.

23

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, h. 77

24

Pupuh Fathurruhman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 45-46


(33)

Aspek-aspek yang termasuk pada kompetensi professional yang ditampilkan oleh pengajar dalam proses belajar mengajar yaitu sebagai berikut: 1) Menggunakan metode pengajaran yang efektif berdasarkan tujuan khusus

yang hendak dicapai.

Demikian pula kesesuianya dengan bahan pelajaran. Alat pengajaran

menurut Sudirman adalah “sebagai alat yang dapat menunjang keefektifan

dan efisiensi pengajaran”.25 Alat pengajaran sering pula diartikan oleh sebagian orang dengan istilah sarana belajar. Alat pengajaran dapat mempengaruhi tingkah laku siswa sebab termasuk dari bagian pengajaran. Fungsi media dalam proses belajar mengajar tidak hanya sebagai alat yang dipergunakan oleh guru, tetapi juga mampu mengkomunikasikan pesan kepada siswa. Media tidak hanya terbatas pada perangkat keras (hardware), akan tetapi media dapat berbentuk perangkat lunak (software). Intinya bahwa penggunaan media itu merupakan cara untuk memotivasi dan berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik agar lebih efektif. 2) Mendorong dan mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam proses belajar

mengajar.

Mendorong dan bersikap tegas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu kompetensi yang penting dimiliki oleh seorang pengajar. Pengajaran diharapkan dapat melakukan aktivitasnya dengan membuat siswa aktif baik secara fisik maupun mental.

Aspek kompetensi mendorong dan menggalakan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar terdiri atas aktivitas:

1. Menggunakan persediaan yang melibatkan siswa pada awal pengajaran 2. Memberi kesempatan pada siswa untuk berprestasi

3. Memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran 4. Menguatkan upaya siswa untuk memelihara keterlibatan.26

25

Syarifuddin Nurdin dan Bachrudin Umar, Guru Profesional dan Implementasi

Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2003), Cet. Ke 2, h.87.

26

Syarifuddin Nurdin dan Bachrudin Umar, Guru Profesional dan Implementasi


(34)

3) Melaksanakan penilaian hasil belajar mengajar (pencapaian siswa) dalam proses belajar mengajar.

Penilaian atau evaluasi (evaluation) yang berarti suatu tindakan untuk mencantumkan nilai sesuatu. Bila penilaian itu digunakan dalam kegiatan intruksional, maka penilaian itu berarti suatu tindakan utuk menentukan segala sesuatu dalam proses belajar mengajar berlangsung.

Beberapa aktivitas yang perlu dilakukan oleh pengajar dalam pencapaian siswa pada proses belajar mengajar yang berlangsung sebagai berikut:

1. Penilaian pada permulaan (pre test) proses belajar mengajar, dimaksudkan agar guru mampu mengetahui kesiapan siswa terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan yang hasilnya akan dipakai untuk memantapkan strategi mengajar.

2. Penilaian proses belajar mengajar akan mendapatkanbalikan terhadap pada tujuan yang hendak dicapai.

3. Penilaian pada akhir proses belajar mengajar untuk mengetahui pencapaian siswa yang telah ditetapkan.

d. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial “merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk dapat berkomunikasi dan bergaul dengan masyarakat secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, orang tua/wali peserta

didik dan masyarakat sekitarnya”.27

Kompetensi sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat tempat ia bekerja baik secara formal maupun informal.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam kompetensi sosial adalah sebagai berikut:

1) Terampil berkomunikasi dengan siswa 2) Bersifat simpatik

3) Dapat bekerjasama dengan BP3

27

Peraturan Pemerintnah RI No. 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Asa Mandiri 2006), Cet. III, h. 114.


(35)

4) Pandai bergaul dengan kawan sejawat dan mitra pendidikan.28

Jadi kesimpulannya, bahwa guru sebagai makhluk yang dibekali potensi kemampuan tertentu dan untuk mengaplikasikan dan mengembangkan kemampuannya tersebut diperlukan suatu latihan dan pendidikan. Seorang guru agar ia dapat menjadi guru yang mampu berkompeten dan professional dalam bidangnya maka ia harus memiliki kriteria kemampuan dasar sebagaimana dikemukakan di atas.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru

Membicarakan kinerja mengajar guru, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor pendukung dan pemecah masalah yang menyebabkan terhambatnya proses belajar mengajar secara baik dan benar dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan guru dalam mengajar. Di dalam pembelajaran faktor metode dan teknik sangat berpengaruh atas berhasil dan tidaknya pengajaran tersebut. Hal itu akan berhasil apabila diterapkan suatu metode atau teknik yang dapat dikondisikan atau disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Ada dua macam faktor yang mendukung dalam kinerja guru, yaitu:

a. Faktor dari dalam diri sendiri (intern) 1) Kecerdasan

Kecerdasan memegang peran penting dalam keberhasilan pelaksanaan tugas. Semakin rumit dan majmuk tugas yang diemban semakin tinggi kecerdasan yang diperluakan. Seorang yang cerdas jika diberikan tugas yang sederhana dan monoton mungkin akan merasa bosan dan jenuh yang dapat berakibat menurun kinerjanya.

2) Keterampilan dan kecakapan

Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda. Keterampilan dan kecakapan ini didapat dari berbagai pengalaman dan latihan.

3) Bakat

Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerja dapat menjadikan seseorang bekerja dengan giat, produktif dan mampu menghayati makna pekerjaannya.

4) Kemampuan dan minat

Kemampuan yang disertai dengan minat dapat menunjang pekerjaan yang ditekuninya, dan ketenangan kerja bagi seseorang adalah tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya.

28


(36)

5) Motif

Motif seseorang dapat mendorong meningkatkan kinerja seseorang. 6) Kesehatan

Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai selesai, jika kesehatan kita terganggu maka pekerjaan terganggu pula.

7) Kepribadian

Seseorang yang mempunyai kepribadian kuat dan integral tinggi kemungkinan tidak akan banyak mengalami kesulitan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan rekan kerja yang akan meningkatkan kerjanya.

8) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja

Jika pekerjaan yang diemban seseorang sesuai dengan cita-cita maka tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksanakan karena ia bekerja secara sungguh-sungguh, rajin, dan bekerja dengan sepenuh hati.29

b. Faktor dari luar diri sendiri (ektern) 1) Lingkungan keluarga

Keadaan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat menurunkan gairah kerja. 2) Lingkungan kerja

Situasi kerja yang menyenangkan dapat mendorong seseorang bekerja secara optimal. Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan dialami seseorang di tempat ia bekerja. Lingkungan kerja yang dimaksud di sini adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang memadai, kesempatan untuk mengembangan karir.

3) Komunikasi dengan kepala sekolah

Komunikasi yang baik di sekolah adalah komunikasi yang efektif. Tidak adanya komunikasi yang efektif dapat mengakibatkan timbulnya salah pengertian

4) Sarana dan prasarana.

Adanya sarana dan prasarana yang memadai membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya terutama kinerja dalam proses mengajar mengajar.30

5. Upaya-upaya dalam meningkatkan Kinerja Guru

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru, anatara lain melalui pembinaan disiplin tenaga kependidikan, pemberian motivasi penghargaan (reward) dan persepsi.31

a. Pembinaan disiplin tenaga kependidikan

29

Kartono Kartini, Menyiapkan dan Memadukan Karir, (Jakarta: CV Rajawali, 1985), h.22

30

Kartono Kartini, Menyiapkan dan Memadukan Karir, h.22.

31

E. mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 141-151


(37)

Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama displin diri (self-disiplin). Dalam kaitan ini kepala sekolah harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pada perilakunya. 2) Membantu tenaga kependidikan meningkatkan standar perilakunya. 3) Menggunakan pelaksa aturan sebagai alat.

b. Pemberian motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan kerja para tenaga kependidikan akan bekerja dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Apabila para tenaga kependidikan memiliki motivasi yang positif maka ini akan memperlihatkan melihat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan. Dengan kata lain seseorang tenaga kependidikan akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi).

c. Penghargaan

Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini tenaga kependidikan di rangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif dan produktif. Penghargaan ini akan bermakna apabila dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan secara terbuka, sehingga setiap tenaga kependidikan memiliki peluang untuk meraihnya.

d. Persepsi

Persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Persepsi yang baik akan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif serta sekaligus akan meningkatkan produktivitas kerja. Kepala sekolah perlu menciptakan persepsi yang baik bagi setiap tenaga kependidikan terhadap kepemimpinan dan lingkungan sekolah, agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya.


(38)

6. Penilaian Terhadap Kinerja Guru

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan alah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut, maka dapat diketahui bagaimana kondisi riil guru dari kinerja. Dengan demikian tujuan dan kontribusi dari hasil penilaian yang diharapkan dapat tercapai.

Manajemen kinerja memberikan manfaat bukan hanya bagi organisasi, tetapi juga manajer, dan idividu. Manfaat manajemen kinerja bagi organisasi antra lain adalah dalam menyesuaikan tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja, memotivasi pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar keterampilan, mengusahakan perbaikan dan pengambangan berkelanjutan, mengusahahkan basis perencanaan karir, membantu menahan pekerja terampil untuk tidak pindah, mendukung inisiatif kualitas total pelayanan pelanggan, dan mendukung program pengembangan budaya.

7. Indikator Kinerja Guru

Ada beberapa indikator yang dapat dilihat dalam meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Indikator kinerja tersebut adalah:

1) Kemampuan merencanakan belajar mengajar Kemampuan ini meliputi:

a) Menguasai garis-garis besar penyelenggaraan pendidikan b) Menyesuaikan analisa materi pelajaran

c) Menyusun program semester d) Menyusun program pembelajaran

2) Kemampuan melaksanakan belajar mengajar Kamampuan ini meliputi:


(39)

a) Kegiatan awal, yaitu tahap yang ditempuh pada saat memulai proses pembelajaran yang meliputi:

1. Menanyakan kehadiran siswa.

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai.

3. Mengajukan pertanyaan mengenai pelajaran yang telah dibahas. 4. Mengulang pelajaran secara singkat, tetapi mencakup semua bahan. b)Kegiatan inti yaitu tahap pemberian bahan pelajaran meliputi:

1. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai. 2. Menjelaskan pokok materi yang harus dibahas. 3. Membahas pokok materi yang telah dituliskan.

4. Memberikan contoh konkrit pada setiap materi yang telah dibahas. 5. Menggunakan media untuk mempermudah pemahaman siswa. 6. Menyimpulkan hasil bahasan.

c) Kegiatan penutup bertujuan untuk mengetahui keberhasilan tahap instruksional di antaranya:

1. Mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa mengenai materi pelajaran yang telah dipelajari.

2. Akhiri pelajaran dengan memberitahukan materi yang akan dibahas berikutnya.

3. Memberi tugas atau PR kepada siswa untuk memperkaya pengetahuan siswa mengenai hal yang telah dibahas.

4. Bila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang 70%) maka guru harus mengulang pelajaran.

3) Kemampuan mengevaluasi Kemampuan ini meliputi: a) Evaluasi normatif b) Evaluasi formatif c) Laporan hasil belajar


(40)

8. Pembinaan Kinerja Guru

Menurut Ali Imron dalam bukunya Pembinaan Guru di Indonesia, pembinaan guru secara terminologi diartikan sebagai, serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta pembinaan lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar.32

Berbeda dengan pendapat Ali Imron, menurut B. Suryo Subroto dalam bukunya Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di sekolah mengartikan pembinaan atau pengembangan guru yaitu, pengembangan profesi guru sebagai usaha-usaha melalui keaktifan sendiri untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapab sehingga akan berguna dalam menjalankan kewajiban sebagai guru.33

Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembinaan terhadap guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui bantuan orang lain, baik itu kepala sekolah, Pembina, pengawas san instansi lain yang akan memberikan pembinaan. Selain itu kegiatan pembinaan guru dapat dilakukan sendiri oleh guru yang bersangkutan, yaitu dengan keaktifan dan kesadaran diri untuk mengembangkan potensi diri guru yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian diatas maka pembinaan guru ditinjau dari kegiatan supervisi adalah sebagai berikut:

1. Serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesioanal

2. Layanan profesional tersebut di berikan oleh orang yang lebih ahli (kepal sekolah, pemilik sekolah, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru dan 3. Maksud layanan profesioanl tersebut adalah agar dapat meningkatkan

kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dpat tercapai.34

32

Ali Imron, Pembinaan Guru Di Indonesia, (Jakarta: Pusaka Jaya, 1993) h. 9.

33

B. Surya Subroto, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), h. 147.

34


(41)

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan pembinaan guru merupakan suatu bentuk usha layanan bantuan professional kepada para guru berupa pelatihan, pendidikan dan pengawasan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan kinerja guru dalam rangka memenuhi kebutuhan aktualisasi diri para guru.

B. Pendidikan IPS

1. Pengertian Pendidikan IPS

Sebelum membahas tentang pengertian pendidikan IPS, terlebih dahulu penulis akan kemukakan pengertian pendidikan.

Pendidikan menurut Oemar Hamalik adalah “suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya berfungsi dalam kehidupan di

masyarakat”.35

Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1, menyatakan bahwa:

Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara36.

Menurut Redja Mudyaharjo, pendidikan adalah “segala pengalaman

belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

individu”.37

Berdasarkan pengertian diatas, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk memberi bimbingan

35

Oemar Hamalik, Kurikulum danPembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995 ), hal. 3

36

Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Tentang Pendidikan…, h. 5

37

Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi awal Tentang Dasar-Dasar

Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,


(42)

kepada yang terdidik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju arah kehidupan yang lebih baik, baik bersifat formal, informal, maupun nonformal.

Sedangkan pengertian IPS menurut Safruddin Nurdin Ilmu

Pengetahuan Sosial adalah “salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah”.38 Menurut Soemantri yang dikutip oleh Dr. Sapriya, dkk mengemukakan bahwa

“pendidikan IPS untuk tingkat sekolah dapat diartikan sebagai (1) pendidikan

IPS yang menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara dan agama; (2) pendidikan IPS yang menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuan sosial; (3) pendidikan IPS yang menekankan pada

reflective inquiry”; dan (4) pendidikan IPS yang mengambil kebaikan kebaikan dari butir 1,2,3”.39

Sedangkan menurut Etin S dan Raharjo yang telah dikutip dari Martorella (1987) mengatakan bahwa pembelajaran

pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan

memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikan pada spek kependidikannya.40

2. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB, bahkan sampai pada jenjang SMK. Pemberian mata pelajaran IPS dimaksudkan untuk membekali Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku beserta kebutuhannya. Maksudnya dengan cara

38

Safruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu

Siswa dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT. Ciputa Press, 2005), h.22.

39

Dr. Sapriya, dkk, Pengembangan Pendidikan IPS, (Jakarta: UPI Press, 2007), h. 10.

40

Etin Solihatin, dan Raharjo, Cooperative Laerning: Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 14.


(43)

manusia menggunakan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti; kebutuhan materi, kebutuhan budaya, kebutuhan jiwa, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi serta mengatur kesejahteraan pemerintahan dan sebagainya. Selain itu, proses pembelajaran IPS diupayakan agar dilakukan secara terpadu, materi pelajaran perlu dipilih sesuai dengan tingkat berfikir siswa maupun dari sudut lingkungan pisik dan psikis peserta didik.

Pengertian “terpadu” dalam ilmu sosial sebenarnya bukan merupakan

sesuatu yang baru. Di dalam konsep imu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi dan disiplin ilmu sosial yang berkaitan, sehingga tidak mungkin dapat dibahas secara tersendiri dan terpisah, karena sering terdapat konsep dasar tertentu dimiliki oleh beberapa disiplin ilmu-ilmu sosial.

Misalnya konsep “interaksi” dapat ditinjau dari sosiologi, geografi,

sejarah, ekonomi, dan konsep ilmu sosial lainnya, pengertian keterpaduan seperti ini disebut dengan perpaduan mikro.

Tentunya tidak semua konsep dasar ilmu-ilmu sosial dapat bersifat seperti itu, karena setiap ilmu mempunyai sifat khas masing-masing. Permasalahan di dalam masyarakat sangat beragam. Melalui berbagai displin illmu sosial, perlu adanya perpaduan antara materi/konsep dari berbagai cabang ilmu sosial. Keterpaduan seperti ini disebut dengan perpaduan makro.

Dalam dunia pendidikan, IPS merupakan ilmu yang tidak statis, selalu berubah-ubah sesuai dengan perkembangan zaman. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah dan menengah atas, pendidikan IPS tidak terlalu banyak perubahan. Pada tingkat sekolah dasar termuat satu bidang studi yaitu IPS yang mencakup sejarah, ekonomi, dan geografi. Pada tingkat menengah pertama pendidikan IPS terpisah tersendiri, yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: sejarah, geografi, dan ekonomi. Sedangkan pada tingkat menengah atas, merupakan salah satu illmu yang diberikan kebebasan siswa dalam memilihnya, dan terpecah menjadi beberapa bidang studi: sejarah, sosiologi, antropologi, geografi, ekonomi, dan akuntansi.

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: ilmu Geografi (aspek yang dipelajari mencakup


(44)

manusia, tempat, dan lingkunga), ilmu Sejarah (aspek yang dipelajari mencakup waktu, keberlanjutan, dan perubahan), ilmu Sosiologi dan antropologi (aspek yang dipelajari mencakup sistem sosial dan budaya), tata negara dan ilmu Ekonomi (aspek yang dipelajari mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan). Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial serta aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.

Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia khususnya pada tingkat menengah pertama, IPS sebelumnya pada kurikulum 1994 (CBSA) dan kurikulum 2004 (KBK) terpecah pada bidang-bidang studi seperti yang telah dipaparkan di atas. Sedangkan pada kurikulum 2006 (KTSP), IPS menjadi satu paket atau disebut dengan IPS terpadu.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapatlah dinyatakan bahwa IPS yang dimaksudkan dalam studi ini adalah suatu mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial masyarakat yang termasuk kedalam pelajaran IPS terpadu.

3. Tujuan Pendidikan IPS

Menurut Etin Solihatin dan Raharjo “ tujuan dari pendidikan IPS

adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi”.41

Tujuan ilmu pengetahuan sosial, pendidikan IPS di selenggarakan pada di Indonesia masih relative baru digunakan apalagi di sekolah menengah kejuruan SMK AL-HIDAYAH Ciputat. Pendidikan IPS merupakan pandangan dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat.

“istilah tersebut baru pertama kali di gunakan di AS pada tahun 1913

mengadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan kurikulum di

AS (Marsh dan Martorella)”.42

41

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 15

42

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 14


(45)

Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial pendidikan IPS, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah:

Untuk mempersiapkan mahasiswa atau siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan, to prepare student to be well functioning citiziens in a democratic society. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemapuan mahasiswa atau siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Gross).43

Tujuan siswa mempelajari IPS adalah agar siswa mampu mengembangkan kemampuan dan sikap rasional siswa dalam menanggapi kenyataan atau permasalahan sosial serta perkembangan masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia pada masa lampau, masa kini, dan masa mendatang.

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk menempatkan peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program IPS di sekolah diorganisasi secara baik.

C. Kerangka Berfikir

Guru adalah unsur utama dalam suatu proses pendidikan guru berada dalam front terdepan pendidikan yang berhadapan langsung dengan peserta didik melalui proses interaksi intrusional sebagai wahana terjadinya proses pembelajaran siswa dengan nuansa pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan yakni memperoleh perubahan perubahan baik dari segi kognitif.

43

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 14


(46)

Efektif maupun psikomotorik siswa dalam berprilaku menuju yang lebih baik. Untuk menjalankan tugasnya dengan baik, guru memerlukan kinerja yang tinggi demi tercapainya tujuan pendidikan. Tinggi rendahnya kinerja seseorang bisa dipengaruhi oleh diri sendiri juga dari orang lain atau lingkungan.

Sebagai penunjang hasil kompetensi peserta didik yang harus dicapai berdasarkan pada standar kompetensi yang telah ditetapkan, dapat melalui latihan berkala sesuai dengan materi pelajaran yaitu pengamatan objektif, penugasan-penugasan, ulangan harian, mingguan, bahkan dilakukannya pre tes dan pos tes langsung serta dilakukannya pengumpulan semua hasil pada lembaran portofolio.

Penilaian merupakan bagian penting dalam pembelajaran, yang dilakukan oleh seorang guru yang benar-benar berkompeten untuk mengetahui tingkat pengetahuan, pengamatan, kecakapan siswa. Dalam meningkatkan kinerja seorang guru dilihat dari kemampuan profesionalnya diantaranya:

1. Merencanakan sistem pembelajaran a. Merumuskan tujuan

b. Memilih prioritas materi yang akan diajarkan c. Memilih dan menggunakan sumber daya yang ada d. Memilih dan menggunkan media pembelajaran 2. Melaksanakan sistem pembelajaran

a. Memilih dan menyusun jenis evaluasi b. Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat 3. Mengevaluasi sistem pembelajaran

a. Memilih dan menyusun jenis evaluasi

b. Melaksankan kegiatan evaluasi sepanjang proses c. Mengadministrasikan hasil evaluasi44

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran,

44

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan


(47)

kinerja serta guru dalam evaluasi pembelajaran. Terletak pada kinerja serta prestasi kerja guru-guru yang berada dalam suatu sekolah.

Jadi dengan kinerja guru dalam pembelajaran, maka hasil yang menentukan dari suatu proses pendidikan adalah pendidik itu sendiri. Hal ini merupakan kinerja guru paling berkualitas setumpuk tugas serta tanggung jawab yang diembannya guru harus mampu menunjukkan bahwa guru mampu menghasilkan kinerja yang baik demi terciptanya pendidikan yang bermutu.


(48)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang dijadikan objek penelitian dilaksanakan di SMK AL-HIDAYAH Ciputat yang berlokasi di JL. RE. Martadinata No. 7 Cipayung-Ciputat. Adapun alasan peneliti karena sekolah tersebut mudah dijangkau dan sekaligus merupakan tempat Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) bagi penulis.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan antara bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011. Dalam beberapa bulan ini penulis berupaya menggunakan waktu seefektif mungkin untuk melakukan penelitian. Secara keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk penelitian ini dimulai dari pencarian pokok permasalahan, mengutip pendapat dari para ahli dari sumber-sumber buku yang berhubungan dengan permasalahan di atas. Untuk lebih menguatkan pembahasan dalam hal kajian teori, penyusunan instrument penelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data, analisis data serta revisi data. Berikut jadwal atau waktu penelitian, yaitu:


(49)

Tabel 3.1

No Bulan/Tahun Kegiatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. Oktober/2010 Oktober-November/2010 November-Desember/2010 Desember-Januari/2010 Januari-Februari/2011 Maret-Mei/2011

Penyusunan proposal penelitian.

Penyusunan instrument dan uji coba serta revisi instrument.

Pengumpulan data. Pengolahan analisis data Penyusunan laporan penelitian Revisi laporan penelitian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk deskriptif analitis, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisis dengan teknik analisa kualitatif.1 Jadi penelitian ini dimaksudkan untuk memastikan atau menjelaskan karakteristik dari objek yang diteliti.

Jadi data penelitian adalah sesuatu hal yang hendak dikaji serta bagaimana mengatasi fenomena yang terjadi serta dan cara menyelesaikan masalah itu sendiri.

C. Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah, guru IPS dan siswa. Populasi penelitian ini adalah kelas XII. Adapun sistem penarikan sampel didasarkan atas pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan jika populasi melebihi 100 orang maka sampel dapat diambil 10-15 % atau 20-25%.

Yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari keseluruhan individu yang menjadi populasi penelitian. Dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil sampel sebanyak 15%, jadi karena populasinya sebanyak 120 orang maka sampel yang diambil sebanyak 18 orang.

1

Prof. sukardi. Ph. D, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta, PT. Bumi Aksara 2008). Hal. 157


(50)

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan, dan yang diwawancari (interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyan itu.2 Wawancara dilakukan melalui tatap muka dengan menggunakan daftar pertanyaan (panduan wawancara).

Dilakukan terhadap pihak yang terkait dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara kepala sekolah, seorang guru IPS, seorang rekan guru, dan siswa. Adapun teknik ini digunakan untuk untuk memperoleh informasi secara langsung tentang kinerja guru IPS dalam merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevalusi pembelajaran IPS di sekolah.

2. Angket

Angket adalah “daftar pertanyaan yang di berikan kepada responden

(siswa) baik secara langsung maupun tidak langsung.3” Angket ini berisi daftar pernyataan dengan jawaban alternatif yang berkenaan dengan kinerja guru pendidikan IPS di SMK AL-HIDAYAH Ciputat.

Data yang diperoleh melalui angket hanya sebagai data pelengkap dalam memperoleh tentang tanggapan siswa terhadap persiapan, pelaksanaan, dan cara guru mengevaluasi siswa terhadap hasil pembelajaran. Persiapan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, buku atau sumber yang digunakan dalam pelaksanaannya membuat siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran apakah sebaliknya. Angket disamping sebagai memperoleh tanggapan siswa juga untuk memperoleh pendapat siswa tentang pembelajaran IPS yang diselenggarakan di sekolah menengah kejuruan (SMK) dan tentang

2

Iin Tri Rahayu, S.Psi, dkk, Observasi dan Wawancara, (Malang: Bayu Media Publishing), cet. Ke 1, h. 63-64

3


(1)

setiap jurusan berbeda membutuhkan media sebagai sarana belajar atau fasilitas pembelajaran, dan saat ini sekolah melakukan kerja sama dengan yayasan, serta bermusyawarah dengan bidang pendidikan untuk memenuhi kekurangan yang ada di SMK.

5. Bagaimana cara Bapak meningkatkan kinerja para guru khususnya guru IPS di sekolah ini?

Jawaban:

Cara saya meningkatkan kinerja para guru yaitu dengan melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru termasuk kinerjanya. Dalam hal ini, dengan memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti in house training, diskusi profesional dan sebagainya atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan diluar sekolah seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain. 6. Bagaimana Bapak melakukan pengawasan kinerja pembelajaran para

guru? Jawaban:

Melaksanakan pengawasan berlapis yaitu pertama: guru piket, kedua: dengan ketua jurusan. Pengawasan ini ditunjukkan semua terhadap kinerja pembelajaran, yang sifatnya ada yang langsung dan ada yang tidak langsung.

7. Bagaimana usaha Bapak dalam memberikan motivasi pembelajaran kepada para guru?

Jawaban:

Usaha yang saya lakukan (kepala sekolah) dalam memberikan motivasi pembelajaran kepada para guru disini yaitu dengan:

a. Setiap awal tahun selalu mengadakan raker (rapat kerja) untuk pelaksanaan KBM satu tahu kedepan.


(2)

b. Melihat dan mendengar keluhan dari siswa, apabila ada keluhan tentang KBM maka pihak sekolah akan mendaur ulang KBM yang telah dibuat untuk satu tahun kedepan dan menyesuaikan dengan kemampuan anak didiknya.

c. Selanjutnya apabila ada guru yang mengajar dengan totalitas dalam memberikan materi pembelajaran serta disiplin waktu dan juga berprestasi maka pihak sekolah akan memberikan hadiah dan penghargaan atas prestasinya. Dan apabila guru yang tidak aktif maka kepala sekolah akan memberikan hukuman atau teguran.


(3)

Hasil Wawancara Guru IPS SMK AL-HIDAYAH Ciputat

1. Persiapan apa yang biasa Ibu terlebih dahulu lakukan setiap akan mengajar IPS?

Jawaban:

Membuat silabus pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

2. Dengan acuan atau pedoman apa Ibu dalam mempersiapkan rencana pembelajaran atau tujuan pembelajaran?

Jawaban:

Pedoman yang digunakan oleh SMK AL-HIDAYAH CIPUTAT adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yaitu dimana siswa dituntut untuk belajar aktif, dengan cara kesadaran siswa mencari sumber dari media atau buku-buku yang lain di luar buku pedoman.

3. Apa sajakah kekuatan atau kelebihan yang Anda alami dalam mempersiapkan pembelajaran IPS di SMK?

Jawaban:

Dengan memiliki buku paket memudahkan guru untuk mengajar dan membuat ringkasan sebagai bahan ajar untuk siswa, hanya ada beberapa kekurangan yaitu siswa tidak memiliki buku paket sebagai pegangan mereka namun di samping itu siswa mau untuk mencatat dan meringkas catatan dari guru.

4. Hambatan apa yang Anda rasakan dalam menyusun dan mempersiapkan pembelajaran IPS di SMK?

Jawaban:

Kinerja guru dalam mempersiapkan persiapan mengajar harus berusaha sendiri karena buku paket dari sekolah belum memadai yang ada hanya LKS sehingga guru harus mencari referensi sendiri atau membaca koran serta internet yang ada kaitannya dengan materi yang akan diajarkan kepada siswa, SMK belum memiliki buku paket yang lengkap untuk siswa pelajari sebagai sumber belajar.


(4)

5. Apakah Ibu menerangkan tujuan pembelajaran yang akan diajarkan kepada siswa?

Jawaban:

Ya jelas, selalu saya jelaskan kepada siswa.

6. Meode-metode apa saja yang dipakai oleh Ibu dalam pembelajaran IPS? Jawaban:

Metode yang dipakai dalam pembelajaran IPS beragam seperti ceramah, tanya jawab, inquiri dimana menggali pembelajaran sebelumnya atau mengingatkan siswa pada pembelajaran yang telah dipelajari sebelum memasuki pembelajaran selanjutnya.

7. Dalam melaksanakan pembelajaran seperti apa kesulitan-kesulitan yang Anda rasakan?

Jawaban:

- Pada saat siswa diberikan materi, kurang antusias sehingga siswa jarang bertanya kecuali diberikan stimulus untuk bertanya.

- Sulit membangkitkan motivasi dalam pembelajaran.

8. Usaha apa saja yang Ibu lakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS?

Jawaban:

Usaha yang saya lakukan untuk meningkatkan motivasi siswa, dengan cara memberikan reward kepada siswa seperti penilaian, pujian, memperdalam minat, dan sebagainya. Dan memberi punhisment kepada siswa seperti apabila yang tidak mengerjakan tugas dengan baik, siswa dihukum untuk berdiri di dalam kelas untuk menerapkan efek jera kepad siswa sehingga siswa lebih termotivasi lagi dalam pembelajaran IPS. 9. Setelah selesai mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran

di SMK apa lagi yang Anda lakukan terkait dengan pelaksanaan dan persiapan pembelajaran di SMK?


(5)

Jawaban:

Dalam kegiatan pembelajaran setelah selesai mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran langkah selanjutnya yaitu guru membuat ringkasan, rangkuman serta mencari bahan ajar yang terkait dengan materi pembelajaran IPS, hal ini dilakukan untuk pertemuan selanjutnya. Langkah berikutnya guru mempersiapkan pembahasan untuk pertemuan selanjutnya.

10.Bagaimana Anda mempersiapkan untuk mengevaluasi siswa terhadap hasil belajar setelah selesai mengikuti pembelajaran?

Jawaban:

Setelah selesai mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran guru langsung melakukan pre-test dengan tanya jawab selama 10 menit sebelum bel berbunyi untuk mengevaluasi siswa terhadap hasil pembelajaran atau timbal balik interaksi dengan siswa (feed back) agar mengetahui daya ingat dan pemahaman siswa tersebut.

11.Apa kekuatannya atau kelebihannya alat ukur yang Anda buat untuk mengevaluasi siswa terhadap hasil belajarnya?

Jawaban:

Kekuatannya yaitu mengetahui seberapa persen besar kemampuan atau pemahaman anak didik terhadap materi yang telah diberikan, dan juga memudahkan guru dalam memantau siswa apakah masih ada yang merasa kesulitan dalam mengisi soal tersebut, apabila masih ada yang kesulitan maka guru akan sering memberikan latihan kepada siswa, sehingga siswa termotivasi untuk membaca, menghafal, dan sebagainya.

12.Apa kelemahan soal yang Anda buat sebagai alat ukur kemempuan siswa setelah mengikuti pembelajaran di SMK?

Jawaban:

Kelemahannya yaitu bahwasannya kurang teliti, sehingga masih bisa kecolongan oleh siswa yang melakukan kecurangan dalam dan di luar pengawasan guru, setelah guru menganalisis soal yang hendak diujikan


(6)

pada siswa karena masih terdapat soal yang kurang valid dalam pembuatan soal tersebut.

13.Selama mengevaluasi siswa hambatan atau tantangan seperti apa yang Anda hadapi?

Jawaban:

Dalam melaksanakan evaluasi ada hal yang menghambat atau menjadi tantangan bagi guru yaitu guru harus berfikir kenapa hasil evaluasi tersebut ada yang baik dan ada yang kurang baik, dalam hal ini guru secara spontan untuk merubah sistem cara mengajar, dengan mengintropeksi diri apakah dalam mengajar baik dalam penyampaian materi yang kurang optimal, hal tersebut menjadi sebuah tantangan bagi guru.

Jakarta, 24 Februari 2011