Pengaruh penerapan metode ceramah bervariasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMK Al-Hidayah Lestari

(1)

PENGARUH PENERAPAN METODE CERAMAH BERVARIASI TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPS DI SMK AL-HIDAYAH LESTARI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

SRI SUTARSIH NIM. 108015000083

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

v SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Metode Ceramah Bervariasi ... 5

1. Pengertian Ceramah Bervariasi ... 5

2. Karakteristik Ceramah Bervariasi ... 7

3. Kelebihan dan Kelemahan Ceramah Bervariasi ... 10

4. Langkah-langkah metode Ceramah Bervariasi dalam Pembelajaran ... 11

B. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar ... 14

1. Pengertian Belajar ... 14

2. Prinsip-prinsip Belajar ... 16

3. Pengertian Hasil Belajar ... 17


(10)

vi

3. Tujuan Pendidikan IPS ... 22

D. Kerangka Berpikir ... 24

E. Hipotesis Penelitian ... 25

F. Penelitian yang Relevan ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Metode Penelitian... 27

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Instrumen Penelitian ... 30

G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 30

H. Teknik Analisa Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 39

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 41

C. Pengujian Hipotesis ... 43

D. Data N-Gain ... 45

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45

F. Kelemahan dan Kterbatasan Penelitian ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LEMBAR UJI REVERENSI


(11)

vii

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajarn (RPP) Lampiran 3 : Instrumen Penelitian Hasil Belajar IPS Lampiran 4 : Kunci Jawaban Instrumen Penelitian

Lampiran 5 : Tabel Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Hasil Belajar IPS Lampiran 6 : Evaluasi Pembelajaran

Lampiran 7 : Skor Uji Coba Instrumen Menggunakan ANATEST

Lampiran 8 : Validitas Soal Lampiran 9 : Reliabilitas Tes Lampiran 10 : Tingkat Kesukaran Lampiran 11 : Daya Pembeda Lampiran 12 : Data Hasil Tes

Lampiran 13 : Tabel Nilai N-gain Pre-test dan Post-test

Lampiran 14 : Tabel Perhitungan Nilai Pre-Test

Lampiran 15 : Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pre-test

Lampiran 16 : Tabel Perhitungan Nilai Post-test

Lampiran 17 : Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Post-test


(12)

viii

Lampiran 20 : Tabel Perhitungan Uji Homogenitas Lampiran 21 : Perhitungan Uji Hipotesis


(13)

ix

Tabel 2.2 : Ceramah, Diskusi dan Tugas ... 9

Tabel 3.1 : Hasil Uji Validitas Instrumen ... 32

Tabel 3.2 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 34

Tabel 3.3 : Hasil Uji Coba Kesukaran Instrumen ... 35

Tabel 3.4 : Hasil Daya Pembeda ... 36

Tabel 4.1 : Deskripsi Nilai Pre-test ... 39

Tabel 4.3 : Deskripsi Nilai Post-test ... 40

Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas ... 42

Tabel 4.6 : Hasil Uji Homogenitas ... 43


(14)

x

Gambar 4.2 : Grafik Nilai Pre-test ... 40 Gambar 4.4 : Grafik Nilai Post-test ... 41


(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Moh. Uzer Usman menjelaskan bahwa “proses belajar-mengajar adalah suatu

proses kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal

balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.”1

Oleh sebab itu, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan menyampaikan informasi kepada peserta didik oleh pendidik dalam suasana edukatif untuk memperoleh sesuatu dari tujuan belajar tersebut.

Pada hakekatnya antara belajar dan mengajar merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai suatu tujuan pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Guru sebagai pengajar harus mempunyai kemampuan dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas dan hendaknya harus mengetahui tujuan yang akan dicapai.

Obyek dalam proses belajar mengajar adalah siswa yang ada di dalam jumlah tertentu. Dalam pengajaran di kelas guru hendaknya dapat memahami apa yang sedang dialami siswa baik secara psikologis maupun sosiologis. Dengan mengetahui perkembangan siswa maka akan memudahkan guru dalam melaksanakan sistem pengajaran di kelas.

1

Iif Khoiru Ahmadi, Pembelajaran Akselerasi Analisis Teori dan Praktik Serta

Pengaruhnya Terhadap Mekanisme Pembelajaran dalam Kelas Akselerasi, Jakarta: Prestasi


(16)

Dengan memahami kondisi dan keadaan siswa tersebut maka dalam mencapai hasil belajar yang optimal guru harus mencari alternatif dalam pemilihan metode mengajar yang efektif dan efisien. Namun bukanlah tingkat efisiensi dan efektifitas semata yang lebih diutamakan, tetapi yang lebih diutamakan adalah pola interaksi belajar-mengajar antara guru dengan siswa berjalan secara dinamis. Metode ceramah bervariasi adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya menuntut banyak keterlibatan/kreatifitas siswa. Siswa dituntut aktif baik bertanya kepada guru maupun berdiskusi dengan teman-temannya. Dalam interaksi belajar mengajar setiap siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta memecahkan masalah secara bersama-sama dalam bentuk diskusi. Dalam diskusi terlihat kemampuan intelektual siswa baik secara individu maupun dalam kerjasama. Dengan demikian pada diri siswa timbul rasa kemampuan pada diri sendiri, karena merasa mendapat penghargaan baik dari teman-temannya maupun dari guru. Pada akhirnya siswa lebih giat dalam mengajar

Dalam metode ceramah bervariasi guru dapat berperan sebagi pembimbing, dan mengarahkan siswa. Kelebihan ceramah bervariasi guru dapat melihat mana siswa yang pandai, sedang dan kurang. Dengan demikian guru merasa mendapat

umpan balik (Feed back), sehingga dapat memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

Disamping kelebihan yang ada, metode ceramah bervariasi mempunyai kelemahan, yaitu : sulit mengatur alokasi waktu dan minat siswa yang berbeda terhadap materi.

Menurut Richard Dunne dan Ted Wragg dalam bukunya Pembelajaran

Efektif menjelaskan bahwa: “keterampilan mengajar dengan ceramah bervariasi dalam pembelajaran merupakan salah satu ketrampilan dasar yang mutlak dimiliki oleh guru. Kadang-kadang guru menggunakan gaya mengajarnya sendiri dan hampir tidak perduli dengan gaya-gaya lain, kadang-kadang sejumlah gaya digunakan untuk berbagai maksud. Alasan yang diberikan untuk tiap gaya ada macam-macam, kadang-kadang mengacu kepada kebutuhan bagi anak-anak untuk mengalami variasi atau selingan. Kadang-kadang mengacu kepada pilihan gaya yang lebih disukai guru


(17)

(pereverensi guru) dan dalam hal ini mengacu kepada tuntutan berbagai jenis

pekerjaan pembelajaran.2

Oleh sebab itu guru harus memiliki metode ceramah yang bervariasi agar tidak membosankan. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian juga dalam proses belajar mengajar bila guru dalam proses belajar mengajarnya tidak menggunakan variasi maka akan membosankan sehingga perhatian siswa kurang, mengantuk akibatnya tujuan belajar tidak

tercapai.3

Dengan demikian, keterampilan mengajar yang bervariasi sangat bermanfaat

bagi siswa karena dapat menjaga tingkat perhatian, menigkatkan minat serta

mencegah timbulnya rasa bosan dalam diri siswa yang akan menyebabkan hasil belajarnya kurang bagus. Dengan alasan tersebut di atas, maka penulis bermaksud

mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Ceramah

Bervariasi terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di SMK Al-Hidayah Lestari”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah di uraikan di atas maka timbul berberapa permasalahan:

1. Hasil belajar IPS siswa yang rendah

2. Upaya peningkatan hasil belajar belum optimal karena lemahnya proses

pembelajaran IPS yang dikembangkan guru

3. Rendahnya partisipasi siswa dalam pelajaran IPS

4. Metode ceramah yang membosankan siswa

5. Kesulitan-kesulitan dalam menggunakan metode ceramah

6. Metode ceramah dapat diefesienkan dan diefektifkan

7. Metode ceramah dapat divariasikan dengan metode lain

2

Richard Dunne dan Ted Wragg, Pembelajaran Efektif, Jakarta : PT Gramedia, 1996, h. 56.

3

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 124


(18)

C. Pembatasan Masalah

Bedasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas maka fokus penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh penerapan metode ceramah bervariasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pokok bahasan keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multicultural kelas XI di SMK Al-Hidayah Lestari.

D. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana pengaruh penerapan metode ceramah bervariasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMK Al-Hidayah Lestari.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan metode ceramah bervariasi terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMK Al-Hidayah Lestari kelas XI pada pokok bahasan macam-macam kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis:

Secara umum diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini bermanfaat dan berguna serta dapat memberikan kontribusi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan perbaikan pendidikan khususnya pendidikan ilmu pengetahuan sosial

2. Manfaat praktis:

1. Bagi siswa dapat meningkatkan kualitas belajar siswa

2. Bagi guru dapat memperbaiki metode pembelajaran yang mampu

menumbuhkan keaktifan belajar siswa terhadap pelajaran IPS.

3. Bagi sekolah hasil penelitian ini bisa menjadi informasi yang berharga

untuk sekolah dalam evaluasi perbaikan mutu pendidikan yang ditanamkan di sekolah.


(19)

5

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN

HIPOTESIS

A. Metode Ceramah Bervariasi 1. Pengertian Ceramah Bervariasi

Metode ceramah yang berasal dari kata lecture, memiliki arti dosen atau

metode dosen, karena metode ini lebih banyak dipergunakan dikalangan dosen, dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah dengan pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang mengikuti

perkuliahan.1

Wina Sanjaya mendefinisikan “metode ceramah dapat diartikan sebagai cara

menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada

sekelompok siswa.”2 Menurut Yatim riyanto, “metode ceramah adalah metode

yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam

proses belajar mengajar.”3 Zuhairini dan kawan-kawan menjelaskan “metode

ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara menyampaikan

1

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada Press, 2004, h. 65

2

WinaSanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2006, h. 147

3


(20)

pengertian-pengertian materi kepada anak didik dengan jalan penerangan dan

penuturan secara lisan.”4

Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo dalam buku Strategi

Belajar Mengajar mengungkapkan bahwa: “metode ceramah ialah suatu metode didalam pendidikan dan pengajaran dimana cara menyampaikan pengertian-pengertian materi pengajaran kepada anak-anak didik dilaksanakan dengan lisan

oleh guru didalam kelas.”5

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah penyajian bahan pelajaran yang penyampaiannya menggunakan lisan. Jadi guru dapat dengan mudah menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa dengan menggunakan kata-kata dan bahasanya sendiri.

Disebut ceramah bervariasi karena dalam strategi ini terdapat beberapa komponen yaitu:

1. Variasi Metode Ceramah

Murni hanya efektif 15 menit setelah itu diganti dengan metode tanya jawab atau metode diskusi kelompok. Dengan demikian interaksi belajar mengajar menjadi bervariasi.

2. Variasi Media Alat indera siswa dilibatkan sebanyak mungkin dalam proses belajar mengajar.

Untuk itu media pengajaran divariasikan sehingga fungsi melihat (visual), fungsi mendengar (audio) dan fungsi meraba dan mencium diaktifkan pada hal -hal tertentu. Alternatif variasi media dapat disusun sebagai berikut:

a. Media audio-media visual-media audio b. Media audio-psychomotor

c. Media visual-media audio-media visual6

3. Variasi Penampilan

a. Variasi gerak. Dalam menyampaikan ceramah guru tidak terpaku pada

tempat tertentu, gerakannya disesuaikan dengan bahan ceramah dan situasi kelas

b. Variasi isyarat/mimik. Isi ceramah tidak hanya disampaikan melalui kata

-kata tetapi juga melalui mimik guru

c. Variasi suara. Variasi tinggi rendahnya suara, cepat lambatnya diucapkan

setiap kata dan keras lemahnya memberikan nilai tersendiri dalam berkomunikasi melalui ceramah.

4

Zuhairini. Dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1981, h. 8

5

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia, 1997, Cet. Ke-1, h. 53

6


(21)

d. Selingan diam. Dalam menyampaikan ceramah perlu diberi kesempatan kepada siswa untuk meresapkan makna ceramah

e. Kontak pandang

f. Pemusatan perhatian

4. Variasi Bahan Sajian a. Contoh-contoh verbal

b. Anekdot7

Ceramah bervariasi ini merupakan penggabungan antara metode ceramah dan tanya jawab yang dapat mencinptakan interaksi belajar-mengajar yang dinamis. Metode ceramah merupakan suatu metode mengajar yang sampai saat ini masih didominasi paling banyak digunakan guru dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dimaklumi karena ceramah paling mudah dilakukan guru dan umumnya guru belum merasa puas apabila belum melakukan penyampaian materi pelajaran dengan ceramah. Demikian pula siswa karena telah terbiasa belajar dengan mendengar guru melalui ceramah maka tidak merasa puas terasa belum belajar kalau belum ada ceramah dari guru.

2. Karakteristik Ceramah Bervariasi

Metode ceramah bervariasi merupakan cara penyampaian dan penyajian

bahan pelajaran dengan disertai macam-macam penggunaan metode pengajaran lain, seperti tanya jawab, diskusi terbatas, pemberian tugas dan sebagainnya.

Mengingat ceramah banyak segi yang kurang menguntungkan, maka penggunaannya harus didukung dengan alat dan media atau dengan metode lain. Karena itu setelah guru memberikan ceramah, maka dipandang perlu untuk memberikan kesempatan kepada siswanya mengadakan tanya jawab. Tanya jawab ini diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap apa yang telah disampaikan guru melalui metode ceramah. Untuk lebih memantapkan penguasaan siswa terhadap bahan yang telah disampaikan, maka pada tahap selanjutnya siswa diberi tugas, misalnya membuat kesimpulan hasil ceramah,

mengerjakan pekerjaan rumah, diskusi dan sebagainya.8

Karakteristik penggunaan ceramah bervariasi adalah:

1) Agar perhatian siswa tetap terarah selama penyajian berlangsung

2) Penyajian materi pelajaran sistematis (tidak berbeli-belit)

7

W. Gulo, ibid, h. 30 8

Syaiful Bahri Djamarahdan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, cet. 3, h. 110


(22)

3) Untuk merangsang siswa belajar aktif

4) Untuk memberikan feed back (balikan)

5) Untuk memberikan motivasi belajar9

Jadi penggunaan ceramah bervariasi guru dapat membimbing siswa untuk lebih aktif dalam memperhatikan pelajaran. Siswa akan lebih mudah menangkap materi pelajaran karena materi yang dijelaskan tidak berbelit-belit, sehingga dapat merangsang siwa untuk ikut aktif dalam pembelajaran.

Metode ceramah bervariasi yang dimaksudkan disini adalah gabungan dari beberapa metode mengajar yaitu metode ceramah, tanya jawab dan diskusi.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi Belajar

Mengajar menjelaskan langkah-langkah metode ceramah, sebagai berikut:

Tabel. 2.1

Ceramah, diskusi, dan tugas10

No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar

1. Persiapan 1. Menciptakan kondisi belajar

2. Pelaksanaan 2. Penyajian, tahap guru menyampaikan

bahan pelajaran (metode ceramah)

3. Asosiasi/komparasi, artinya memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang telah diterimanya melalui tanya jawab (metode tanya jawab)

4. Generalisasi/kesimpulan, memberikan

tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan hasil ceramah (metode tugas)

3. Evaluasi/tindak

lanjut

5. Mengadakan penilaian terhadap

pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diterimanya, melalui tes lisan dan tulisan atau tugas lain.

9

Lela Widya, Macam-macam Metode Pembelajaran, Lelawidya.student.fkip.uns.ac.id/ materi-sbm/, diakses pada tanggal: 04/04/13

10


(23)

Tabel. 2.2

Ceramah, diskusi, dan tugas11

No. Langkah Jenis Kegiatan Belajar Mengajar

1. Persiapan 1. Mempersiapkan kondisi belajar siswa

2. Memberiakn informasi/penjelasan

tentang masalah tugas dalam diskusi (metode ceramah)

3. Mempersiapkan sarana /prasarana untuk

melakukan diskusi (tempat, peserta dan waktu).

2. Pelaksanaan 4. Siswa melakukan diskusi

5. Guru merangsang seluruh peserta

berpartisipasi dalam diskusi

6. Memeberikan kesempatan kepada semua

anggota untuk aktif

7. Mencatat tanggapan atau saran dan

ide-ide yang penting

3. Evaluasi/tindak

lanjut

8. Memberikan tugas kepada siswa untuk:

9. Membuat kesimpulan diskusi

10.Mencatat hasil diskusi

11.Menilai hasil diskusi

12.Dan sebagainya

Tujuan metode ceramah digunakan adalah:

1. Menyampaikan informasi atau materi pelajaran

2. Membangkitkan hasrat, minat, dan motivasi siswa untuk belajar

3. Memperjelas materi pelajaran

Manfaat metode ceramah adalah:

1. Jumlah siswa cukup besar

2. Sebagai pengantar atau menyimpulakan materi yang telah dipelajari

3. Waktu yang tersedia terbatas, sedangkan materi yang disampaikan cukup

banyak.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat metode ceramah bervariasi adalah agar dapat meningkatkan hasrat, minat, dan motivasi untuk belajar, sehingga hasil belajar yang ditargetkanpun dapat tercapai dengan maksimal.

11

Ibid, h. 113

12

Lela Widya, Macam-macam Metode Pembelajaran, Lelawidya.student.fkip.uns.ac.id/ materi-sbm/, diakses pada tanggal: 04/04/13


(24)

3. Kelebihan dan Kelemahan Ceramah Bervariasi

Kelebihan dan kekurangan metode ceramah menurut Hisyam Zaini dan

Bermawy Muthe dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif, sebagai berikut:

Kelebihan metode ceramah:

1. Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan

2. Efisiensi dari sisi waktu dan biaya

3. Dapat menyampaikan materi yang banyak

4. Mendorong guru atau dosen menguasai materi

5. Lebih mudah mengontrol kelas

6. Peserta didik tidak perlu persiapan

7. Peserta didik dapat langsung menerima ilmu pengetahuan

Kekurangan metode ceramah:

1. Membosankan

2. Peserta didik tidak aktif

3. Informasi hanya satu arah

4. Feed back relative rendah

5. Menggurui dan melelahkan

6. Kurang melekat pada ingatan peserta didik

7. Kurang terkendali, baik waktu maupun materi

8. Monoton

9. Tidak mengembangkan kreatifitas peserta didik

10.Menjadikan peserta didik hanya sebagai objek didik.13

Sedangkan kelebihan dan kekurangan metode ceramah menurut Syaiful

Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam buku Strategi Belajar Mengajar, adalah:

a. Kelebihan metode ceramah:

1) Guru mudah menguasai kelas.

2) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.

3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.

4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

b. kelemahan metode ceramah:

1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

2) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar

menerimanya.

3) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.

4) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada

ceramahnya, ini sukar sekali.

5) Menyebabkan siswa menjadi pasif.14

13

Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), cet ke-1 h. 93


(25)

4. Langkah-langkah Metode Ceramah Bervariasi 1. Pendahuluan/appersepsi

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ceramah , langkah persiapan merupakan langkah yang

sangat penting.15

Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi Ceramah sangat tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:

1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif. 2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai.

3) Bukalah file dalam otak siswa.16

2. Penjelasan/menyajikan materi baru

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu: (1) penggunaan bahasa, (2) intonasi suara, (3) menjaga kontak mata dengan siswa, dan (4) menggunakan

joke-joke yang menyegarkan.17

Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan : a). Langkah Pembukaan

Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah

ini. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam langkah pembukaan ini 18

14

Syaiful Bahri Djamarahdan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, cet. 3, h. 110

15

Syah Muhibbin. 1995, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1995, h. 107

16

Ibid, h. 107

17

Ibid, h. 112

18


(26)

Yakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, guru perlu mengemukakan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai oleh siswa. Mengapa siswa harus paham akan tujuan yang ingin dicapai ? oleh karena tujuan

akan mengarahkan segala aktifitas siswa, dengan demikian penjelasan tentang

tujuan akan merangsang siswa untuk termotivasi mengikuti proses pembelajaran melalui ceramah itu.

Lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Guna langkah apersepsi dalam langkah pembukaan ini adalah untuk mempersiapkan secara mental agar siswa mampu dan dapat menerima materi pembelajaran. Ibarat dalam sebuah pesta, kita akan merasa senang dan betah tinggal dipesta manakala seluruh tamu undangan beserta tuan rumahnya kita kenali dan bahkan akrab dan bersahabat. Sebaliknya, kita ingin cepat keluar atau pulang, bahkan kita tidak ingin menghadiri atau dating kepesta itu manakala tuan rumah dan seluruh tamu undangan tidak kita kenali. Nah, demikian juga dengan langkah apersepsi. Langkah ini pada dasarnya langkah untuk menciptakan kondisi agar materi pelajaran itu mudah masuk dan menempel diotak.

b. Langkah Penyajian.

Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

 Menjaga kontak mata secara terus-menerus dengan siswa. Kontak mata

adalah suatu isyarat dari guru agar siswa mau memperhatikan. Selain itu, kontak mata juga dapat berarti sebuah penghargaan dari guru kepada siswa. Siswa yang selalu mendapatkan pendangan dari guru aka merasa dihargai dan diperhatikan. Usahakan walaupun guru harus menulis di papan tulis kontak mata tetap diperhatikan dengan tak berlama-lama menghadap papan tulis atau dengna membuat catatan yang panjang di papan tulis.

 Gunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh siswa. Oleh

sebab itu sebaiknya guru tidak menggunakan istilah-istilah yang kurang popuer. Selain itu, jaga intonasi suara agar seluruh siswa dapat mendengarnya dengan baik.


(27)

 Sajikan materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat, agar mudah diatangkap oleh siswa.

 Tanggapilah respons siswa dengan segera. Artinya, sekecil apapun

respons siswa harus kita tanggapi. Apabila siswa memberikan respons yang tepat, segeralah kita beri penguatan dengan memberikan semacam pujian yang membanggakan hati. Sedangkan, seandainya siswa memberikan serposn yang kurang tepat, segeralah tunjukkan bahwa respons siswa perlu perbaikan dengan tidak menyinggung perasaan siswa.

 Jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar. Kelas

yang kondusif memungkinkan siswa tetap bersemangat dan penuh motivasi untuk belajar. Cara yang dapat digunakan untuk menjaga agar kelas tetap kondusif adalah dengan cara guru menunjukkan sikap yang bersahabat dan akrab, penuh gairah menyampaikan materi pembelajaran,

serta sekali-kali memberikan humor-humor segar dan menyenangkan.19

c. Penggunaan Contoh/melakukan asosiasi perbandingan Memaksimalkan pemahaman dan ingatan

 Headlines, beri poin-poin utama pada kata-kata kunci yang berfungsi

sebagai sub hiding verbal atau alat bantu ingatan.

 Contoh dan analogi, kemukakan ilustrasi kehidupan nyata mengenai

gagasan dalam ceramah dan jika mungkin buatlah perbandingan antara materi anda dan pengetahuan dengan pengalaman yang telah peserta didik alami.

 Alat bantu visual, seperti: ohp, transparansi, dan demonstrasi yang

membantu siswa melihat dan mendengarkan apa yang kita katakana.20

d.Menyimpulkan/Refleksi

Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah di pahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat materi pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut di antaranya

 Membimbing siswa untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi

pelajaran yang baru saja disampaikan.

 Merangsang siswa untuk dapat menanggapi atau member semacam ulasan

tentang materi pembelajaran yang telah di sampaikan.

 Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai

materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.21

19

Ibid, h. 116

20

Ibid, h. 116

21


(28)

B. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia, dengan belajar manusia akan mengembangkan potensi yang dimiliki dalam dirinya. Semua manusia di dalam kehidupan ini akan mengalami proses belajar. Secara sadar maupun tidak sadar manusia telah melakukan proses belajar, dari proses belajar tersebut maka akan menghasilkan perubahan tingkah laku dalam dirinya yang dipenuhi manusia secara formal maupun non formal.

Manusia belajar sepanjang hayat, dalam hadist mengatakan bahwa tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat. Maka bisa kita simpulkan bahwa manusia akan terus belajar selama hidupnya dari awal manusia lahir kedunia sampai dia meninggal dunia.

Belajar sering diartikan sebagai proses atau hasil.22 Proses dimana manusia

akan melakukan kegiatan belajar dengan berinteraksi dengan lingkungannya, yang kemudian dari proses interaksi tersebut akan menghasilkan pemahaman dan pengalaman, dari pemahaman dan pengalaman tersebut maka akan ada hasil yang didapat oleh manusia yaitu perubahan perilaku.

Menurut Burton dalam buku Teori Belajar menjelaskan bahwa:

“Learning is a change in the individual, due to interaction of that individual and his environment, which fills a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment”, Belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan

lingkungannya secara memadai.23

Definisi belajar menurut Burton di atas dapat disimpulkan bahwa belajar akan menghasilkan perubahan dalam dalam diri manusia, perubahan itu terjadi karena proses interaksi yang dilakukan dengan lingkungan, dari perubahan tersebut maka manusia akan lebih peduli dalam melestarikan lingkungannya.

Lefrancois mendefinisikan “Learning can be defined as changes in behavior which takes place as a result of experience may be called learning”.

22

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, cet. 1, h. 7

23


(29)

Belajar ialah setiap perubahan tingkah laku yang berlangsung sebagai hasil

pengalaman.24

Dari definisi belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku terjadi karena manusia memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang akan terus berubah dan berkembang, berkat pengalaman yang dilakukan individu dalam proses interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Ngalim Purwanto, dalam buku psikologi pendidikannya, terdapat

beberapa pendapat tentang pengertian belajar, yaitu:25

a. “Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories Of Learning

mengemukakan ”Belajar, berhubungan dengan perubahan tingkah laku,

seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons

pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan seseorang sesaat”.

b. Gagne dalam buku The Conditional Of Learning menyatakan bahwa

“belajar terjadi apabila terjadi sesuatu situasi stimulus bersama dengan isi

ingatan mempengaruhi dalam proses belajar. Thomas mengemukakan bahwa ada tiga ingatan pengalaman belajar seperti yang dikutipoleh Hamalik dalam buku pendidikannya sebagai berikut:

1)Pengalaman melalui benda sebenarnya, pengalaman diperoleh dengan

jalan mengalami secara langsung dalam kondisi yang sesunguhnya.

2)Pengalaman melalui benda-benda pengganti, pengalaman diperoleh

dengan jalan mengamati benda-benda penganti dalam hal ini adalah alat peraga.

3)Pengalaman melalui bahasa, pengalaman diperoleh melalui membaca

bahan-bahan cetakan seperti majalah, buku, surat kabar dan

sebagainya.”26

Cronbach di dalam bukunya “Education Psikologi” menyatakan : “Learning is shown by change in behavior as result ofd experience”.27 Jadi menurutnya belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalaminya itu si pelajar mempergunakan panca inderanya.

Slameto mendefinisikan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru dengan

24

Ibid, h. 9 25

Ngalim purwanto, psikologi pendidikan. Bandung: remaja Rosda Karya, 1991, h. 85

26

Ibid, h. 31

27


(30)

lingkungannya.”28 Seorang individu akan terus mengalami perubahan perilaku untuk mendapatkan suatu pengalaman baru dari proses interaksi dengan lingkungannya. Jadi lingkungan sangat berperan penting dalam proses pembelajaran.

Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sadar yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang

positif.29 Dapat disimpulkan bahwa belajar menghasilkan perubahan tingkah laku.

Perubahan tingkah laku meliputi perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif). Dengan demikian maka individu yang belajar akan memperoleh perubahan tingkah laku meliputi aspek kecakapan, keterampilan, dan sikap.

2. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip belajar adalah konsep-konsep ataupun asas (kaidah dasar) yang harus

diterapkan di dalam proses belajar mengajar agar dapat menerapkan cara mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar yang diperlukan menurut Gestalt, yaitu:

1. Belajar bedasarkan keseluruhan

2. Belajar adalah suatu proses perkembangan

3. Siswa sebagai organisme keseluruhan

4. Terjadi transfer

5. Belajar adalah reorganisasi pengalaman

6. Belajar harus dengan insight

7. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan

tujuan siswa

8. Hal ini terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan

siswa dalam kehidupan sehari-hari

9. Belajar berlangsung terus-menerus.30

28

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Bina Aksara, 1988)

29

Ibid, h. 2

30

Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam


(31)

Dalam kegiatan pembelajaran seharusnya guru menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar agar kegiatan belajar dan pembelajalan akan berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Gestalt menerangkan bahwa prinsip-prinsip belajar haruslah menyeluruh dalam berbagai aspek karena belajar adalah proses perkembangan yang harus diarahkan dan dilaksanakan secara terus menerus.

Menurut Robet H. Davies prinsip belajar ada sembilan, yaitu:

a. Prinsip kemanfaatan

b. Prinsip prasyarat

c. Prinsip percontohan

d. Prinsip komunikasi terbuka

e. Prinsip hal baru

f. Prinsip diklat aktif yang sesuai

g. Prinsip pembagian praktik

h. Prinsip penghapusan

i. Prinsip kondisi yang menyenangkan dan konsekuensinya31

Dari beberapa prinsip diatas, Davies mejelaskan bahwa prisip-prinsip sangat mempengaruhi proses pembelajaran, oleh sebab itu prinsip-prisip diatas adalah prinsisp-prinsip yang harus dipegang dalam proses belajar mengajar, sebab apabila prinsip-prinsip tersebut di pegang, maka tujuan belajar akan cenderung lebih cepat berhasil.

3. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Selanjutnya menurut Gronlund hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu. Demikian pula menurut Davidoff, hasil belajar merupakan wujud perubahan perilaku yang terjadi atas

suatu obyek tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya.32 Jadi hasil belajar

adalah hasil yang diperoleh dari hasil pembelajaran. Hasil proses pembelajaran adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebagai peserta didik setelah

31

Ibid, hal. 65-68

32

Veithzal Rivai, Upaya-upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kepemimpinan Peserta


(32)

mengikuti proses pembelajaran dan menerima materi yang diajarkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Perubahan perilaku dalam belajar mencakup tiga ranah seperti yang

dinyatakan oleh Bloom, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang yang mengalami proses belajar akan terjadi peningkatan perilaku dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor dalam diri seseorang tersebut.

Dengan berakhirnya suatu proses belajar, siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan mengajar. Jadi hasil belajar pada hakikatnya merupakan cerminan hasil dari kegiatan belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku dalam aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik.33

Bloom membagi tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif, ranah afektif, dan ranah pisikomotorik. Masing-masing ranah dapat diperinci lagi menjadi berberapa jangkauan kemampuan yaitu sebagai berikut:

1. Ranah kognitif adalah ranah yang mrencakup kegiatan mental (otak)yang

meliputi:

a. Knowledge (ingatan, pengetahuan) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat atau mengenal istilah,ide ide, rumus dan sebagainya

b. Comprehenston (pemahaman, menjelaskan, meringkas, memberi contoh) adalah pemahaman antara hubungan antar factor, antar konsep, antar data dalam penarikan kensimpulan

c. Application (menerapkan) adalah pengetahuan untuk memecahkan masalah dan menerapkannya dalam kehidupn sehari hari

d. Analyisis (menguraikan dan menentukan hubungan) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami hubugan diantara bagian-bagian factor lainnya.

e. Synthesis (synthesis)adalah menghubugkan informasi menjadi satu kumpulan atau konsep, merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru.

f. Evaluation (menilai)adalah kemampuan seseorang untuk membuat

penyimbangkan terhadap suatu setuasi, nilai, atau ide.34

33

Nurdin Abd. Rahman, Efektifitas Penggunaan Metode Inteligensi Ganda Dalam Proses

Pembelajaran Fisika di SMU, Jurnal Penelitian & Evaluasi Pendidikan, Nomor 1, Tahun VI, 2004

34

Ahmad Sofyan, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarata Press, 2006, hal. 16


(33)

2. Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap ilmiah dan nilai yang meliputi :

a. Reciving (sikap menerima) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.

b. Responding (memberi respon) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseoranguntuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

c. Valuating (penilai atau menentukan sikap) yaitu suatu sikap tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mampu menilai konsep atau fenomena, yaitu baik dan buruk.

d. Organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga menbentuk nilai baru yang lebih universal dan membawa perbaikan umum.

e. Characteristic (pembentukan pola hidup) adalah karakterisasi dengan suatu nilai yang dimiliki oleh seseorang untuk mempegaruhi kepribadian

dan tingkah lakunya.35

3. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan denganketermpilan (skill)

yang meliputi:

a. Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang

tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b. Kesiapan mencakup kemapuan menempatkan dirinya dalam keadaan

memulai suatu rangkaian gerakan.

c. Gerakan kompleks mencangkup kemampuan untuk melaksanakan kete,

yang terdiri dari beberapa komponen dengan lancer, tepat, dan efisien.

d. Kretifitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak yang

baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. 36

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banayk dinilai oleh guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pelajaran. Sedangkan menurut Zikri Neni Iska, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya:

1. Faktor Internal (dalam), yakini:

a. Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indra

b. Pisikologi, yaitu terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan

kemampuan kognisi

2. Faktor Eksternal (luar), yakini:

a. Lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial

35

Ibid, hal. 19

36


(34)

b. Instrumental, yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana prasarana,

administrasi dan manajemen37

Secara garis besar, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal siswa. Faktor internal siswa meliputi psikologis dan psikis siswa itu sendiri. Dan faktor eksternal siswa meliputi lingkungan di luar diri siswa.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:

1. Faktor-faktor Internal

- Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)

- Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,

kesiapan)

- Kelelahan

2. Faktor-faktor Eksternal

- Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan)

- Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah)

- Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,

bentuk kehidupan masyarakat)38

-C. Hakikat Pendidikan IPS 1. Pengertian Pendidikan IPS

IPS adalah ilmu yang mempelajari kehidupan sosial yang terbagi kedalam beberapa cabang ilmu sosial, yaitu sosiologi, sejarah, ekonomi, geografi, hukum, dan budaya. Ilmu IPS sangat dibutuhkan manusia dalam menjalankan dan melangsungkan kehidupannya, karena manusia saling membutuhkan satu dengan

37

Zikri Neni Iska. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006, hal.

38

Harmaningsih, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar, http://harminingsih.blogspot.com/2008/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html, diakses pada tanggal 04/04/13


(35)

yang lainnya. Alam, manusia dan kehidupan adalah siklus yang tidak dapat terpisahkan, oleh sebab itu ilmu IPS sangat diperlukan demi terwujudnya kelangsungan hidup manusia yang selaras dan harmonis.

Konsep IPS, yaitu (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6)

pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10)

keadilan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya

(culture), dan (14) nasionalisme.39

Dari beberapa konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, dengan adanya interaksi dan saling ketergantungan menunjukan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Beberapa konsep diatas merupakan bahan ajar yang harus diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Pendidikan IPS saat ini sudah menjadi bagian dari kurikulum pendidikan.

Ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dar aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah geografi, ekonomi, politik, hukum,dan budaya). IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.40

Muhammad Numan Somantri mengemukakan: “Pendidikan IPS adalah

suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideology negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait, yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat pendidikan

dasar dan menengah.”41

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, dapatlah dinyatakan bahwa IPS yang dimasukkan dalam studi ini adalah suatu mata pelajaran yang

39

Ibid. hal.173

40

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, Dan Implementasinya Dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 171

41

Muhammad Numan Somantri, Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Rosdakarya: 2001, cet. ke-1, h. 74


(36)

mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah,

geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara.

2. Karakteristik Pendidikan IPS

Menurut Iif Khoiru Akhmadi dan Sofan Amri dalam buku mengembangkan

pembelajaran IPS Terpadu mengemukakan bahwa “Salah satu tantangan mendasar mengajarkan IPS dewasa ini adalah cepat berubahnya lingkungan sosial budaya sebagai kajian materi IPS itu sendiri. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial budaya bersifat multidimensi dan berskala internasional, baik yang berhubungan masuknya arus globalisasi maupun

masuknya era abad ke-21”.42

Dengan demikian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pelajaran yang dalam segi perkembangannya telah terjadi perubahan-perubahan yang sangat signifikan karena ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah ilmu yang bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan zaman kecuali ilmu yang berkaitan dengan alam seperti pada mata pelajaran geografi yang masuk ke dalam ilmu yang tidak dapat bersifat dinamis namun statis kecuali ada perubahan lingkungan karena terjadi bencana atau hal lainnya.

3. Tujuan Pendidikan IPS

Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang tejadi di masyarakat, memiliki sikap mental posistif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang tejadi, dan terampil dalam menghadapi setiap masalah yang terjadi sehari-hari,

baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.43

Tujuan IPS menurut Isriani hardini dan Dewi Puspita Sari didalam buku strategi pembelajaran terpadu yaitu:

(a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

42

IIf Khoiru Akhmadi dan Sofan Amri. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu . Jakarta: PT. Prestasi Pustaka Karya,2011, h.6

43


(37)

(b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

(c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

(d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. 44

Berdasarkan tujuan belajar diatas menerangkan bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan ilmu yang sangat penting dan harus diketahui oleh peserta didik karena berkaitan dengan lingkungan sekitar mereka, baik yang secara tampak dimata maupun yang tidak terlihat seperti interaksi, hubungan sosial, lembaga sosial dan lain sebagainya.

Sementara Tujuan utama ilmu pengetahuan sosial menurut Trianto

didalam bukunya Model Pembelajaran Terpadu ialah untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program

pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik.45

Dengan demikian ilmu pengetahuan sosial merupakan ilmu terapan yang sangat penting dan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya dapat dipraktekkan secara langsung didalam masyarakat. Ilmu pengetahuan sosial merupakan ilmu pengetahuan sosial wajib dan harus dipelajari siswa-siswi dengan baik berkaitan dengan lingkungan sosial peserta didik, didalam lingkungan masyarakatnya dan menjadi trampil didalam mengambil keputusan yang diambil dalam memecahkan masalah diri sendiri maupun masalah keluarga serta dalam lingkup besar yaitu masyarakat sekitarnya.

44 Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari. Strategi Pembelajaran Terpadu(teori, konsep dan

implementasi). Yogyakarta: Familia,2012, h.173


(38)

D. Kerangka Berfikir

Belajar adalah sebuah proses untuk mengetahui apa yang belum diketahui dan guru adalah salah satu media yang digunakan siswa untuk mendapatkan ilmu ketika pelajaran langsung di sekolah. Guru sebagai pengajar harus mempunyai kemampuan dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas dan hendaknya harus mengetahui tujuan yang akan dicapai. Metode mengajar memiliki peranan yang sangat besar dalam proses belajar dan mengajar karena dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas. Oleh sebab itu guru harus memilih metode mengajar yang kreatif.

Metode mengajar yang digunakan oleh guru diharapkan dapat meningkatkan kreatif dan inovatif siswa serta dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal. Salah satu metode yang sangat efektif dalam kegiatan belajar mengajar yang telah digunakan para pengajar terdahulu adalah metode ceramah, namun diera moderenisasi sekarang metode ceramah bervariasai bisa menjadi alternatif yang lebih inovatif yang dapat digunakan oleh guru. Metode ceramah bervariasi merupakan suatu metode mengajar yang berkaitan dengan kegiatan yang memberikan peluang kepada siswa untuk berperan aktif secara maksimal dalam kegiatan belajar-mengajar. Metode ceramah bervariasi merupakan perpaduan antara metode ceramah dan metode tanya jawab, dengan demikian tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa akan diketahui guru setelah menerangkan materi pelajaran kemudian diadakan tanya jawab antara-guru siswa.

Metode ceramah bervariasi menuntut banyak keterlibatan siswa. Siswa dituntut aktif baik bertanya kepada guru maupun berdiskusi dengan teman-temannya. Dalam metode ceramah bervariasi guru dapat berperan sebagai pembimbing dan mengarahkan siswa. Kelebihan ceramah bervariasi guru dapat melihat mana siswa yang pandai, sedang dan kurang. Dengan demikian guru dapat merasa dapat umpan balik, sehingga dapat memperbaiki kelemahan-kelemahannya. Disamping kelebihan yang ada, metode ceramah bervariasi mempunyai kelemahan, yaitu sulit mengatur alokasi waktu dan minat siswa terhadap materi.


(39)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapatlah dinyatakan bahwa metode mengajar ceramah bervariasi diharapkan akan merubah sistem belajar mengajar yang ada, antara guru dengan siswa sehingga dapat meningkatkan kreatifitas dan efektifitas yang tinggi.

E. Hipotesis Penelitian

Ha : Metode ceramah bervariasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Ho : Metode ceramah bervariasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

F. Penelitian yang Relevan

Ika Rustikawati, dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan

Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Bidang Studi Ekonomi Kelas X SMA Negeri 11 Surabaya Tahun Ajaran 2004 – 2005” menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang diberi metode ceramah bervariasi dengan yang tidak. Hasil belajar melalui metode ceramah bervariasi lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak.

Listiayanto, “Perbedaan Hasil Belajar Antara Metode Ceramah

Bervariasi dengan Metode Diskusi dalam Bidang Studi Sejarah Di Kelas II SMA 72 Jakarta Utara” Penelitian ini menyimpulkan bahawa secara keseluruhan menyatakan tidak adanya perbedaan rata2 skor hasil belajar anttara metode ceramah bervariasi dengan metode diskusi.

Imam Khanapi, Studi Perbandingan Antara Hasil Belajar Melalui

“Metode Ceramah Bervariasi dengan Metode Ceramah pada Mata Pelajaran Tata Negara Program Studi Ilmu-Ilmu Sosial (A3) : Eksperimen Di SMA Diponegoro 1 Jakarta”, meyimpulkan bahawa hasil belajar tata Negara melalui metode ceramah bervariasi lebih tinggi dibandingkan dengan melalui metode ceramah.


(40)

Rahayu, “Efesiensi dan Efektifitas Metode Ceramah dalam Kegiatan Belajar Mengajar (Studi Kasus Guru PAI di MIN 15 Bintaro Jakarta

Selatan).” meyimpulkan bahawa metode ceramah sangat efesien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar.


(41)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jl. Kana K/I Cilandak, Jakarta selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013 yakni pada bulan Oktober sampai dengan bulan November.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre

eksperimental (0ne group pre-post test design). Pemilihan metode ini didasarkan atas pertimbangan penelitian yang bertujuan mencari pengaruh antara variabel-variabel yang menjadi objek penelitian. Variabel beebasnya (X) adalah pemberian metode ceramah bervariasi, sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah hasil belajar IPS siswa. Kemudian menganalisis dan menyimpulkannya dengan menggunakan rumus statistik parametrik t-test. Dan selanjutnya berdasarkan perhitungan statistik dapat menganalisis data yang ada dengan masalah yang dimaksud sehingga dapat digunakan untuk menguji hipotesis statistik yang akhirnya penelitian ini dapat disimpulkan. Adapun rancangan/desain penelitiannya adalah sebgai berikut:


(42)

O1 X O2

Keterangan : O1 : Pre test (tes awal)

X : Treatmen

O2 : Post test (tes akhir)

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Al-Hidayah Lestari. Populasi terjangkau penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Al-Hidayah Lestari. Sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI AP (Administrasi Perkantoran) 1 yang berjumlah 32 siswa. Teknik

sampel yang penulis lakukan adalah secara cluster random sampling, yakni

merupakan sekelompok siswa dalam satu kelas yang dipilih secara acak.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber data

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah nilai yang diambil dari pre

-tes yang diambil sebelum berlangsungnya proses belajar mengajar dan nilai post-tes atau post-tes hasil belajar setelah berlangsung proses belajar mengajar dengan pemberian evaluasi dalam bentuk pilihan ganda. Data diperoleh dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dengan jumlah soal 20 butir pada materi macam-macam kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.

2. Variabel penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

Variabel bebas (x) : Pemberian metode ceramah bervariasi


(43)

E. Persedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelas XI SMK Al-Hidayah Lestari yaitu kelas XI Administrasi perkantoran 1 pada materi semester 1 Bab 2 pokok bahasan macam-macam kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. Adapun metode belajar yang digunakan adalah ceramah, diskusi, dan observasi.

1. Tahap perencanan

a. Pembuatan acuan program pembelajaran sesuai dengan kurikulum KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidiakan) yang telah disesuaikan dengan materi yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran, terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta pembuatan media pembelajaran yang terdiri dari media gambar, transparansi, artikel dan buku paket.

b. Pembuatan bentuk tes pilihan ganda dan essai setiap akhir pembelajaran.

c. Pembuatan tes hasil belajar IPS pada materi macam-macam kelompok

sosial dalam masyarakat multikultural.

2. Tahap pelaksanan

Pelaksanan proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan observasi. Adapun strategi mengajar yang dilakukan guru dibagi atas 4 tahap, yaitu:

a. Mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.

b. Memberikan informasi baru dengan menghubungkan teori yang dipelajari

siswa.

c. Memberikan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi

pembelajaran yang diberikan guru kepada siswanya dalam proses belajar mengajar.

d. Memberikan tes hasil belajar IPS pada materi macam-macam kelompok sosial

dalam masyarakat multikultural.

Sebelum dilaksanakan proses pembelajaran siswa diberikan tes IPS tentang macam-macam kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. Tes ini disebut pre-tes, tujuan tes ini untuk mengetahui bahwa siswa berangkat dari kemampuan awal yang sama. Setelah diberikan pre-tes, maka penelitian dilanjutkan kembali yaitu dengan memulai kegiatan belajar mengajar. Adapun materi tentang


(44)

macam-macam kelompok sosial dalam masyarakat multikultural, dibagi menjadi 4 sub pokok bahasan yaitu 1. Solidaritas mekanik dan solidaritas organik dijelaskan

menurut pendapat Durkheim, 2. Gemainschaft dan gesselschaft dijelaskan

menurut pendapat F. Tonnies, 3. Kelompok primer dan kelompok sekunder

dijelaskan menurut pendapat C.H. Cooley dan E. Farris, 4. In-group dan

out-group dijelaskan menurut pendapat W.G. Summer.

Setelah pemberian materi pada sub pokok bahasan pertama yaitu tentang Solidaritas mekanik dan solidaritas organik yang dijelaskan menurut pendapat Durkheim, kemudian dilakukanlah latihan soal ke 1. Sub pokok bahasan kedua Gemainschaft dan gesselschaft dijelaskan menurut pendapat F. Tonnies, setelah selesai memberikan materi dilakukanlah latihan soal ke 2. Sub pokok bahasan ketiga Kelompok primer dan kelompok sekunder dijelaskan menurut pendapat C.H. Cooley dan E. Farris dilakukanlah latihan soal ke 3, dan pada sub pokok

bahasan keempat In-group dan out-group dijelaskan menurut pendapat W.G.

Summer dilakukanlah latihan soal ke 4, dengan bentuk soal pilihan ganda pada kelas XI AP 1.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah soal pilihan ganda dengan lima option sebanyak 20 soal, tes hasil belajar ini diberikan pada akhir penelitian pada materi macam-macam kelompok sosial dalam masyarakat multikultural yang disusun berdasarkan ruang lingkup materi pelajaran kelas XI. Dimana semua tes yang diberikan mengukur ranah kognitif yang meriputi aspek ingatan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3).

G. Uji Coba Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui apakah instrumen penelitian ini dapat digunakan dalam penelitian maka semua instrument penelitian diuji cobakan terlebih dahulu. Uji coba dilakukan untuk pemantapan validitas dan reliabillitas instrumen sebelum digunakan untuk mengumpulkan data. Pada tes ini dihitung juga taraf kesukaran dan daya pembeda yang diuraikan sebagai berikut:


(45)

1. Validitas Instrumen

Suatu instumen baru dapat digunakan dalam penelitian bilamana dinyatakan valid. Validitas adalah tingkat sesuatu tes mampu mengukur apa yang hendak

diukur.1 Untuk mengetahui bahwa tes tersebut telah sesuai dengan materi atau isi

pembelajaran yang telah diberikan. Pengujian validitas instrument ini menggunakan uji vadilitas butir soal. Pengukuran validitas instrument ini

menggunakan rumus Point Biseral korelasi, yaitu:2

r

pbi= Mp- Mt √

SDt

Keterangan :

rpbi : Angka indeks Korelasi Point Biseral

Mp : Mean skor yang di capai oleh siswa yng menjawab besar

Mt : Mean skor total

SDt : Deviasi standar total

P : Proporsi siswa yang menjawab besar

q : Proporsi siswa yang menjawab salah

Langkah langkah koreksi point biserel adalah sebagai beriut :

1. Menentukan proposi menjawab benar (p) dengan persamaan :

P =

2. Menentukan nilai q ynag merupakan selisih bilangan 1 dengan p, yaitu:

Q = 1-p

3. Menentukan sekor total dengan persamaan:

Mp = Jumlah skor total

Jumlah siswa

4. Menenetuakan sekor soal perserta tes yang menjawab benar dengan

persamaan:

1

Sumarna Surapranata, Analisis, Validitas, Relialibilitas dan Interpretasi Hasil Tes

Implementasi Kurikulum 2004, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004, h. 60.

2

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, Cet ke-13, h. 245


(46)

Mp = Jumlah skor total peserta yang menjawab benar

Jumlah skor tertinggi

5. Menetukan setadar deviasi dengan persamaan

SD = √

6. Menentukan validitas dengan persamaan

r

pbi= Mp- Mt √

SDt

7. Untuk menentukan valid atau tidaknya butir soal. rpbi di bandingkan dengan

rtabel pada taraf signifikan 5 % dengan terlebih dahulu mencari db dengan

persamaan: db = N- nr

db = Derajat bebas N = Jumlah responden

nr = Banyaknya variabel yang dikorelaksikan 8. Menentukan kriteria pengujian:

Jika rpbi > rtabel maka soal tersebut valid

Jika rpbi < rtabel maka soal tersebut tidak valid

Perhitungan validitas soal dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Anates 4.0. hasil uji validitas instrument bisa dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Statistik

Jumlah Soal 40

Jumlah Siswa 20

Nomor soal valid 2, 3, 6, 7, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 17,

18, 19, 23, 24, 25, 26, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40


(47)

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas artinya dapat dipercaya, dan dapat diandalkan. Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui soal yang sudah disusun dapat memberikan hasil yang tetap atau tidak tetap. Hal ini berarti apabila soal dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam waktu tertentu, maka hasil akan tetapantau lelatif sama. Instrument disebut reliabel mengandung arti bahwa instrument tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk mengunjungi

reliabilitas instrument di gunakan rumus kuder dan Richardson 20 (K-R 20).3

r11 =

Keterangan :

r11 = Reliabilits secara seluruhan

n = Banyaknya item soal

p = Proposi siswa yang menjawab besar

q = Proposi siswa yang menjawab salah

∑pq = Jumlah perkalian p dan q

SD2 = Standar devinisi kuadrat

Langkah-langkah reliabilitas sebagai berikut :

1. Menentukan jumlah soal ynag benar (∑X)

2. Menentukan jumlah soal yang benar dikuadratkan (∑X)2

3. Menentukan jumlah perkalian p dan q (∑pq)

4. Menentukan standar devinisi dengan persamaan :

SD = √

5. Menentukan reliabilitas (K-R 20) degan persamaan:

r11 =

6. Mengklasifikasikan koefisien reliabilitas menurut Guiford, yaitu:

3

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2005, h 100.


(48)

r11 = 0,91 - 1,00 = Korelasi Sagat Tinggi

r11 = 0,71 - 0,90 = Korelasi Tinggi

r11 = 0,41 - 0,70 = Korelasi Cukup /Sedang

r11 = 0,21 - 0,40 = Korelasi Rendah

r11 = 0,20 = Tidak Ada Kolekasi

perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan software Anates 4.0. Hasil uji reliabilitas instrument tes ini bisa dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Statistik

r

hitung 0,75

Kesimpulan Tingkat reliabilitas tinggi

3. Indeks Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi

yang besarnya berkisar 0,00 – 1, 00 (Aiken (1994: 66). Rumusnya adalah seperti

berikut ini:4

p = B JS

Di mana : p = Indeks kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa perserta tes

Menurut Suharsimi Arikunto, indek kesukaran sering diklasikasikan sebagai

berikut:5

4

Dr. Wahidmurni, dkk, Evaluasi Pembelajaran Kopetensi dan Praktik, Malang : Nuha Litera, 2010, h. 131.

5

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2005, h 210.


(49)

Soal dengan p = 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang Soal dengan P = 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Perhitungan pengujian pada taraf kesukaran dalam penelitian ini

menggunakan bantuan software Anates 0.4. Hasil perhitungan tingkat kesukaran

bisa dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Kesukaran Instrumen

Kategori soal Jumlah soal Prosentase (%)

Sangat sukar 1 4%

Sukar - -

Sedang 9 38%

Mudah 8 33%

Sangat mudah 6 25%

Jumlah 24 100%

4. Daya pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Maka penelitian ini dipandang perlu untuk mengadakan uji daya

pembeda. Rumus pengujian daya pembeda yaitu:6

D = BA _ BB = PA– PB

JA JB

Dimana : D = Indeks diskriminasi

J = Jumlah peserta tes

JA = Bayak perserta kelompok atas

JB = Banyak peserta kelompok bawah

BA = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar

6


(50)

PA = proposi perserta kelompok atas yang menjawab besar

PB = Proposi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Menurut Suharsini Arikunito, klasifikasi daya pembeda adalah:7

D = 0,00-0,20 : jelek D = 0,20-0,40 : cukup D = 0,40-0,70 : baik D = 0,70-1,00 : baik sekali

D = negatif, semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negative sebaiknya dibuang saja.

Pengujian daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan software

Anatest. Hasil perhitungan daya pembeda bisa dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Hasil Daya Pembeda

Kategori soal Jumlah soal Prosentase (%)

Baik sekali 2 8%

Baik 14 58%

Cukup 8 34%

Jelek - -

Jumlah 24 100%

H.Teknik Analisis Data 1. Pengorganisasian Data

Pada dasarnya data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah data yang masih mentah, sehingga akan menentukan kesukaran dalam menarik suatu gambaran yang berarti dari hasil penelitian tersebut.

Guna memperoleh gambaran yang sederhana, jelas dan sistematis, serta sifat-sifat yang penting dan bentuk penyebaran dari data tersebut dapat dengan mudah di ketahui dan diinterpretasikan, serta untuk menguji hipotesis dalam penelitian

7


(51)

ini, maka data yang dikumpulkan dari penelitian, diselidiki dengan analisa statistik yang disusun ke dalam bentuk distribusi frekuensi. Yaitu suatu cara atau bentuk penyusunan yang teratur mengenai sejumlah data.

Untuk membuat distribusi frekuensi dengan panjang kelas sama, akan di lakukan sebagai berikut:

a. Tentukan rentang, ialah data terbesar di kurangi data terkecil. b. Tentang banyak kelas interval yang diperlukan (k).

c. Tentukan panjang kelas interval (p) d. Pilih ujung bawah kelas interval pertama.

e. Memulai dengan data yang lebih kecil dari data terkecil.

2. Hipotesis Penelitian

Perumusan hipotesis statistik untuk memenuhi ada tidaknya perbedaan antara hasil belajar IPS siswa yang diberi evaluasi berbentuk pilihan ganda dengan evaluasi berbentuk essai.

Keterangan:

Ho : Metode ceramah bervariasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Ha : Metode ceramah bervariasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

3. Uji persaratan Analisis Data a. Uji Normalitas

Teknik yang digunakan untuk uji normalitas pada penelitian ini adalah dengan uji Lilliefors, yaitu menguji kenormalan data yang digunakan. Uji normalitas

menujukan uji Liliefors (Lo) pada taraf signifikian 5% (α = 0,05).

L hitung < L tabel : Berdistribusi normal

L hitung > L tabel : Tidak berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas


(52)

F = Varian terbesar Varian terkecil

Dengan kinerja pengujian:

Tolak Ho jika F hitung ≥ F ½ α (x, x21) dengan F½ α (x, x21) di dapat dari

daftar distribusi F dengan peluang ½ α sedangkan derajat kebebasan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrolmasing-masing sesuai derajat kebebasan (dk)

pembilang dan dk penyebut.

4. Pengujian Hipostesis

Untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil, pada penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan keberanian koefisien korelasi dengan Uji t pada

taraf signifikasi 5% ( α = 0,05).

Rumus Uji t yang di gunakan adalah sebagai berikut:8

t = M1 – M2

SE M1 – M2

Kriteria pengujian dengan dk (derajat kebesaran ) n1 + n2 - 2 dan taraf

signifikasi 5% (α = 0,05) adalah sebagai berikut:

Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, Ha diterima

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, Ha ditolak

8

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, h. 324


(53)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum tentang data yang diperoleh dari hasil penelitian dan hasil perhitungan beserta pembahasannya, terutama dalam kaitannya dengan pengujian hipotesis.

A. Deskripsi Data

Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini data nilai pre-test dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Pre Test

DESKRIPSI NILAI

Nilai maksimum 65

Nilai minimum 25

Range 45

Mean 44,84

Median 44,78

Modus 40


(54)

Dari tabel di atas, maka diperoleh rentang nilai 40, banyak kelas 6, dan

panjang interval kelas 7. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi nilai pre-test dapat

dibuat grafik, seperti dapat dilihat pada gambar berikut:1

Gambar 4.2 Grafik Nilai Pre Test

1. Nilai Post-Test Hasil Belajar IPS

Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini data nilai post-test dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Deskripsi Nilai Post Test

DESKRIPSI NILAI

Nilai maksimum 100

Nilai minimum 60

Range 40

Mean 82,5

Median 83,83

Modus 80

Standar Deviasi 12,18

1

Lampiran 15

0 10 20 30 40 50

66-60 59-53 52-46 45-39 38-32 31-25

Fr

e

k

u

e

n

si


(55)

Dari tabel di atas, maka diperoleh rentang nilai 40, banyak kelas 6, dan

panjang interval kelas 7. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi nilai post-test

dapat dibuat grafik, seperti dapat dilihat pada gambar berikut:2

Gambar 4.4 Grafik Nilai Post Test

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata nilai pre-test dan post-test

sebesar 44,84 untuk nilai pre-test dan 82,5 untuk nilai post-test. Hal ini berarti

terdapat peningkatan hasil belajar IPS sebesar 37,66%. B. Pengujian Prasyarat Analisis Data

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, perlu pemeriksaan terlebih dahulu terhadap data penelitian, yaitu uji Normalitas dan uji Homogenitas. Adapun persyaratan analisis dapat dijelaskan sebagai berikut:

2

Lampiran 17 0 5 10 15 20 25 30 35

101-95 94-88 87-81 80-74 73-67 66-60

Fr

e

ku

e

n

si


(56)

1. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Liliefors untuk menguji

signifikasi normalitas distribusi pada taraf signifikan a = 0,05. Adapun kriterianya

adalah sebagai berikut :

Lhitung < Ltabel : data berdistribusi normal

Lhitung > Ltabel : data berdistribusi tidak normal

a. Uji normalitas

Uji normalitas untuk hasil belajar IPS adalah sebagai berikut:3

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Tes Sampel Lhitung Ltabel Kesimpulan

Pre-test 32 0,0274 1,566

Data berdistribusi

nomal

Post-test 32 0,0749 1,566

Data berdistribusi

normal

Dari tabel hasil uji normalitas di atas, didapatkan Lhitung < Ltabel baik hasil

pre-test maupun post-test, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi

normal.

2. Uji homogenitas

Perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan dengan uji homogenitas dua varians yaitu dengan menggunakan uji fisher, dengan rumus: F = S12

3


(57)

Dimana:

F = homogenitas

S12 = varians terbesar

S22 = varians terkecil

Berdasarkan perhitungan uji homogenitas data hasil penelitian sebagai

berikut:4

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas

Hasil Belajar Fhitung Ftabel Kesimpulan

Pre-test 0,74 1,84 H0 diterima

(homogen)

Post-test 0,64 1,84 H0 diterima

(homogen)

Dari tabel hasil uji homogenitas di atas, didapatkan Fhitung < Ftabel sehingga

dapat disimpulkan kedua kelompok sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Setelah diketahui bahwa hasil penelitian ini berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan taraf signifikan 5% dan derajat

kebebasan (df = n1 + n2– 2).

Adapun kriterianya adalah: thitung < ttabel = Ho ditolak

thitung > ttabel > Ha diterima

4


(58)

Pengajuan hipotesis:

Ho : Metode ceramah bervariasi tidak berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Ha : Metode ceramah bervariasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Dari hasil analisis data dengan menggunakan uji “t” diperoleh harga thitung =

3,43 dari tabel distribusi “t” untuk taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan

(df = 32 + 32 – 2 = 62), diperoleh harga ttabel = 2.00 dan hasilnya dapat dilihat

pada tabel berikut: 5

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis

Variabel Jumlah

Sampel Thitung Ttabel Kesimpulan

Pre-test 32

3,43 2.00

Menolak Ho atau menerima

Ha

Post-test 32

Dari tabel di atas dapat dihitung thitung > ttabel ( 3,43 > 2,00), maka Ho ditolak.

Dengan demikian penelitian ini bisa menguji kebenaran hipotesis, yaitu: Metode

ceramah bervariasi berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

5


(59)

D. Data N-Gain

N-Gain ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa

setelah diberikan post test.

Setelah dilakukan perhitungan N-Gain, diketahui nilai rata-rata pre tes sebesar 44 dan hasil rata-rata N-Gain setelah diberi post test sebesar 80, Sehingga dapat diambil kesimpulan bahawa terdapat peningkatan hasil belajar setelah diberikan metode belajar ceramah bervariasi.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil perhitungan uji normalitas didapat Lh pre-test dan post-test sebesar

0,0274 dan 0,0749. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel dalam sebaran normal.

Dari hasil perhitungan uji homogenitas didapat Fhitung sebesar 0,74 dan Ftabel

sebesar 1,84 Oleh karena itu Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol (Ho) diterima pada

taraf signifikan α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua

kelompok sampel dalam sebaran homogen.

Telah diketahui bahwa data hasil penelitian berdistribusi normal dan

homogen, maka dilakukan uji hipotesis dangan uji “t”. dari hasil perhitungan

didapatkan harga thitung sebesar 3,43 dan harga ttabel sebesar 2,00. Maka thitung > ttabel

(3,43 > 2,00 ) maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa setelah diberikan metode belajar ceramah bervariasi.

Evaluasi yang diberikan pada akhir proses belajar mengajar adalah tes dalam bentuk pilihan ganda. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, didapatkan bahwa hasil belajar IPS siswa setelah diberikan metode belajar ceramah bervariasi mendapat peningkatan. Hal ini ditegaskan pada uji N-Gain, dari uji N-gain diperoleh rata-rata N-gain post tes sebesar 44 dan post tes sebesar 80. Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan metode ceramah bervariasi siswa peningkatan hasil belajar.


(1)

Lampiran 18

Perhitungan Uji Normalitas Nilai Pre-Test

F hitung = 0,1147 F tabel = 1,566

Kesimpulan: F hitung ( 0,1147 ) < F tabel ( 1,566 ) Data berasal dari populasi yang berdistribusi NORMAL

x f fkb zi F(zi) S(zi) [f(zi)-S(zi)]

25 2 2 -1,89 0,0294 0,0625 0,0331

30 2 4 -1,41 0,0793 0,125 0,0457

35 3 7 -0,93 0,1762 0,2188 0,0426

40 7 14 -0,46 0,3228 0,4375 0,1147

45 6 20 0,15 0,5596 0,625 0,0654

50 5 25 0,49 0,6879 0,7813 0,0934

55 2 27 0,96 0,8315 0,8438 0,0123

60 3 30 1,44 0,9215 0,9375 0,016

65 2 32 1,92 0,9726 1,0000 0,0274

N 32

X 44,84 SD 10,49


(2)

Perhitungan Uji Normalitas Nilai Post-Test

F hitung = 0,2082 F tabel = 1,566

Kesimpulan: F hitung ( 0,2082 ) < F tabel (1,566) Data berasal dari populasi yang berdistribusi NORMAL

x f fkb zi F(zi) S(zi) [f(zi)-S(zi)]

60 2 2 -1,85 0,0322 0,625 0,0303

65 3 5 -1,44 0,0749 0,1563 0,0814

70 5 10 -1,03 0,1515 0,3125 0,161

75 4 14 -0,62 0,2676 0,4375 0,1699

80 6 20 -0,21 0,4168 0,625 0,2082

85 2 22 0,21 0,5832 0,6875 0,1043

90 4 26 0,62 0,7324 0,8125 0,0801

95 2 28 1,03 0,8455 0,875 0,0295

100 4 32 1,44 0,9251 1,0000 0,0749

N 32

X 82,5 SD 12,18


(3)

Lampiran 19

Tabel Perhitungan Uji Homogenitas

1. Varian nilai pre-test

x f ( x – X ) ( x – X )2 F ( x – X )2

65 2 20,16 406,73 812,85

60 5 15,16 229,83 689,47

55 5 10,16 103,23 206,45

50 6 5,16 26,63 133,12

45 7 0,16 0,03 0,15

40 3 -4,84 23,43 163,97

35 2 -9,84 9,83 290,47

50 2 -14,84 220,23 440,45

25 -19,84 393,63 787,25

N=32 3524,18

2. Varian nilai post-test

x f ( x – X ) ( x – X )2 F ( x – X )2

100 4 17,5 306,25 1205

95 2 12,5 156,25 312,5

90 4 7,5 56,25 225

85 2 2,5 6,25 1215

80 6 -2,5 6,25 37,5

75 4 -75 56,25 225

70 5 -12,5 156,25 78,25

65 3 -37,5 306,25 518,75

60 2 -22,5 50,25 1012,5


(4)

Perhitungan Uji Homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji homogenitas dua varians yaitu dengan menggunakan uji Fisher, dengan rumus:

F =

,

= Dimana:

F = Homogenitas S12 = Varians terbesar S22 = Varians terkecil

Adapun criteria pengujiannya adalah: Fhitung < Ftabel = Ho diterima

Fhitung > Ftabel = Ho ditolak

S12 =

=

113,68

S22 =

=

153,22

Maka Fhit =

=

0,74

Diketahui harga Ftabel pada taraf signifikan α = 0,05 untuk derajat kebebasan F 0,05 (31,31) sebesar 1, 566, karena Fhitung sebesar 0,74, karena Fhitung < Ftabel maka dapat disimpulkan bahawa kedua data memiliki varians yang homogen.


(5)

Lampiran 20

Perhitungan Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, kemudian untuk menguji hipotesis data akan dianalisis dengan uji “t” (t-test), dengan nama:

t = M1– M2

SE M1– M2

Adapun kriteria pengujiannya adalah: Jika thitung < ttabel : Ho diterima Jika thitung > ttabel : Ho ditolak

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh:

M1 = 82,5 SD1 = 12,18 n1 = 32

M2 = 71,09 SD2 = 13,90 n2 = 32

SEM = √

SEM1 =

=

2,194

SEM2 =

=

2,504

SEM1 - SEM2 = √ = √

= √ = √


(6)

SE M1– M2

= 82,5 - 71,9 3,32 = 3,43 thitung = 3,43 ttabel = 1,69

Dari perhitungan di atas didapat thitung > ttabel (3,43 >1,69), maka Ho ditolak. Dengan demikian penelitian ini bisa menguji kebenaran hipotesis, yaitu terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diberi evaluasi dalam bentuk pilihan ganda dengan siswa yang diberi evaluasi dalam bentuk essay.