BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak keempat setelah Amerika Serikat. Meningkatnya penduduk ini berdampak pada
meningkatnya permasalah-permasalah sosial, salah satunya adalah kemiskinan. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah negara
Indonesia. Menurut Bank Dunia dalam buku Analisis Data Kemiskinan Kementerian Sosial RI, 2011, kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan.
Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi. Dari pandangan konvensional kemiskinan dipandang dari sisi moneter, dimana
kemiskinan diukur dengan membandingkan pendapatan atau konsumsi individu dengan beberapa batasan tertentu, jika mereka berada di bawah batasan tersebut,
maka mereka dianggap miskin. Pandangan mengenai kemiskinan berikutnya dalam buku Analisis Data
Kemiskinan Kementerian Sosial RI, 2011 adalah bahwa kemiskinan tidak hanya sebatas ukuran moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang diukur dengan
memeriksa apakah pertumbuhan anak-anak terhambat. Selain itu, juga bisa dari miskin pendidikan, misalnya dengan menggunakan indikator angka buta huruf.
Pandangan yang lebih luas mengenai kemiskinan adalah kemiskinan ada jika masyarakat kekurangan kemampuan dasar, sehingga pendapatan dan pendidikan
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki tidak memadai, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, kepercayaan diri yang rendah, rasa ketidakberdayaan, atau tidak adanya hak bebas berpendapat.
Berdasarkan pandangan ini, kemiskinan adalah fenomena multi dimensi, dan solusi untuk mengatasinya tidaklah sederhana. Penanggulangan kemiskinan secara
sinergis dan sistematis harus dilakukan agar seluruh warganegara mampu menikmati kehidupan yang bermartabat. Oleh karena itu, sinergi seluruh
pemangku kepentingan sangat diperlukan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah penduduk di
Indonesia yang ada di garis kemiskinan pada tahun 2013 per September 2013 adalah 28,55 juta. Jumlah ini berarti 11,47 dari keseluruhan penduduk di
Indonesia. Dan jumlah ini seringkali bertambah jika ternyata ada kebijakan kenaikan BBM atau kenaikan bahan pokok makanan semacam beras. Begitu juga
dengan Provinsi Aceh yang merupakan salah satu bagian dari negara Indonesia yang tidak luput dari masalah kemiskinan.
Tabel 1.1 Data Kemisikinan Aceh 2013-2014
Wilayah 2013
2014 Jumlah
Penduduk Miskin
Ribu Jiwa
Persentase Penduduk
Miskin Indeks
Kedalaman Kemiskinan
Indeks Keparahan
Kemiskinan Garis
Kemiskinan Rupiah
ACEH 856.89
17.72 3.2
0.83 348172.08
SIMEULUE 17.8
20.57 3.46
0.91 305600
Universitas Sumatera Utara
ACEH SINGKIL 20.72
18.73 2.77
0.66 316319
ACEH SELATAN 29.3
13.44 2.09
0.44 283446
ACEH TENGGARA
27.78 14.39
1.78 0.37
206797 ACEH TIMUR
64.44 16.59
2.92 0.8
319392 ACEH TENGAH
33.61 17.76
2.21 0.39
370670 ACEH BARAT
44.32 23.7
3.68 0.85
413061 ACEH BESAR
63.89 16.88
2.89 0.76
352451 PIDIE
85.8 21.12
2.99 0.67
361707 BIREUEN
73.94 17.65
2.8 0.67
292308 ACEH UTARA
115.36 20.34
2.65 0.54
274799 ACEH BARAT
DAYA 25.74
18.92 2.64
0.63 283117
GAYO LUES 19
22.33 4.1
1.06 279420
ACEH TAMIANG 40.82
15.13 2.09
0.56 331218
NAGAN RAYA 32.66
21.75 3.34
0.87 353231
ACEH JAYA 14.6
17.53 3.04
0.83 303209
BENER MERIAH 30.93
23.47 3.34
0.73 327652
PIDIE JAYA 32.59
22.7 3.34
0.83 373497
BANDA ACEH 19.43
8.03 1.41
0.35 493558
SABANG 5.92
18.31 4.06
1.2 451218
LANGSA 20.27
12.62 1.89
0.39 298749
LHOKSEUMAWE 22.98
12.47 2.05
0.49 293788
SUBULUSSALAM 15
20.69 2.39
0.42 241189
Sumber : Badan Pusat Statistik BPS Aceh
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Aceh Menurut Daerah, Maret 2014-Maret 2015
Sumber : Badan Pusat Statistika Aceh, 2015
Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis
bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, serta program penanggulangan kemiskinan yang berbasis
pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen pemerintah baik pusat maupun daerah. Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan
kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang bertujuan untuk mempercepat
penurunan angka kemiskinan hingga 8 sampai 10 pada akhir tahun 2014.
Universitas Sumatera Utara
Untuk memenuhi target angka kemiskinan tersebut, pemerintah Republik Indonesia kemudian mengambil kebijakan untuk mendorong percepatan
penanggaulangan kemiskinan dengan berbagai pendekatan, mulai dari pendekatan kelembagaaan dengan membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan TNP2K. Lembaga ini dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan
percepatan penanggulangan kemiskinan dengan tugas: 1.
Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan 2.
Melakukan siergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di kementerianlembaga.
3. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan
kegiatan penanggulan kemiskinan. Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam percepatan
penanggulangan kemisikinan, yaitu : 1.
Menyempurnakan program perlindungan sosial. 2.
Peningkatkan akses masyarakat miskin terhadap . 3.
Pemberdayaan masyarakat. 4.
Pembangunan yang inklusif. Terkait dengan strategi tersebut, pemerintah telah menetapkan instrumen
penanggulangan kemiskinan yang dibagi berdasarkan beberapa klaster, yaitu: 1.
Klaster I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga. 2.
Klaster II – Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3. Klaster III – Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha
Ekonomi Mikro dan Kecil. Program penanggulangan kemiskinan yang disusun yaitu Kartu Keluarga
Sejahtera KKS, Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas, Program Keluarga Harapan PKH, Program Bantuan Operasional Sekolah BOS, Beras
Untuk Keluarga Miskin Raskin, Bantuan Siswa Miskin BSM, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNPM Mandiri, dan Kredit Usaha
Rakyat KUR. Salah satu program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga adalah Program Keluarga Harapan PKH. PKH merupakan program unggulan
kementerian sosial yang merupakan pemberian uang tunai bersyarat kepada keluarga sangat miskin agar memeriksakan kesehatan dan menyekolahkan
anaknya. PKH merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang cukup berhasil, sehingga pemerintah pusat melakukan penambahan penerima
PKH menjadi total 6 juta penerima dengan anggaran Rp 9,98 Triliun http:m.ttribunnews.combisnis20160417anggaran-program-keluarga-
harapan-mencapai-rp-998-triliun di akses pada 24 April 2016 Program Keluarga Harapan dijalankan atas pelaksanaan UU No. 40 Tahun
tentang jaminan sosial, UU No. 11 Tahun 2009 Tentang kesejahteraan sosial, UU No. 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, Impres No. 3 Tahun 2010
Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan, Perpres No. 15 Tahun
2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, dan Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46
Universitas Sumatera Utara
tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin KSM Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan
PKH. Merujuk pada sistem jaminan sosial nasional berdasarkan UU No. 40 Tahun 2004 tersebut, PKH menjadi model jaminan yang unik.. Di satu sisi, PKH
merupakan bantuan sosial yang dimaksudkan demi mempertahankan kehidupan life survival dalam kebutuhan dasar terutama pendidikan dan kesehatan. Disisi
lain, PKH bernuansa pemberdayaan yakni menguatkan rumah tangga miskin agar mampu keluar dari kemiskinannya melalui promosi kesehatan dan mendorong
anak bersekolah Pedoman umum PKH, 2013 PKH adalah program penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan
kualitas sumber daya manusia dini dengan cara pemberian bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM berdasarkan persyaratan dan ketentuan
yang telah ditetapkan. Untuk jangka pendek, program ini diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran RTSM. Untuk jangka panjang, melalui
persyaratan yang ditentukan diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku yang mengarah pada perbaikan status kesehatan anak-anak dan ibu hamil,
serta perbaikan tingkat pendidikan anak-anak RTSM, sehingga secara berangsur- angsur rantai kemiskinan dapat diputus.
Tujuan utama PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin.Dalam
jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk
menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan
Universitas Sumatera Utara
bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antargenerasi. PKH mulai dilaksanakan pemerintah di Indonesia pada bulan Maret
tahun 2007 dengan uji coba di tujuh provinsi Sumatra Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Utara, dan Gorontalo. Tahun berikutnya
mencakup Aceh, Sumatera Utara, Banten, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Sampai dengan tahun 2013, PKH sudah dilaksanakan
diseluruh provinsi 33 Provinsi dan mencakup 336 KabupatenKota dan 3.429 Kecamatan dengan target peserta PKH sampai dengan 2013 mencapai 2,4 juta
RTSMKSM Pedoman Umum PKH,2013 PKH mulai diberlakukan di Propinsi Aceh pada tahun 2008 dan sampai saat
ini Program Keluarga Harapan telah mencapai seluruh wilayah kabupatenkota yang ada di Aceh. Tahun 2015 pemerintahan Aceh kembali memperoleh
penghargaan Award dari Menteri Sosial RI atas keberhasilan pelaksanaan Program Keluarga Harapan PKH untuk kategori dana sharing tertinggi tingkat
provinsi. Namun, pada pelaksanaan program penerima bantuan sosial di Aceh Selatan contohnya banyak yang tidak tepat sasaran, Halimuddin selaku Kepala
Dinas Sosial dan Transmigrasi Aceh Selatan mengakui bahwa persoalan itu kerap timbul selama ini karena data penerima manfaat yang digunakan Kementerian
Sosial masih mengacu pada data Badan Pusat Statistik BPS. Masalah pendataan ini juga diakui oleh menteri sosial RI. Tidak meratanya program perlindungan
sosial ini, menurut Khofifah, karena proses pendataan yang masih dinilai kurang baik. Hal ini tidak hanya terjadi di kabupaten Aceh Selatan saja melainkan di
beberapa kabupaten lain di Provinsi Aceh. Maka itu April nanti dia akan turun ke
Universitas Sumatera Utara
sejumlah daerah untik validasi data penerima program perlindungan sosial http:www.beritaatjeh.net201503mensos-pantau-penerima-program.html?m=1
di akses pada 9 November 2015 pukul 16.30 WIB Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat judul “Implementasi Program Keluarga Harapan PKH dalam Peningkatan Pedidikan Rumah Tangga Sangat Miskin RTSM di
Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah”
1.2 Rumusan Masalah