Faktor-faktor yang mempengaruhi implemetasi kebijakan

c. penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya. Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku darisemua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnyaberpengaruh terhadap tujuan kebijakan, baik yang negatif maupun yang positif Tangkilisan, 2003:19.

1.5.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi implemetasi kebijakan

Keberhasilan implementas kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. 1. Teori George C. Edward III 1980 Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yaitu : a. Komunikasi Keberhasilan implemetasi kebijakan mensyaratkan agar implementasi mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus di transmisikan kepada kelompok Universitas Sumatera Utara sasaran target group sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Persyaratan pertama bagi implementaasi kebijakan adalah bahwa mereka yang harus mengimplementasikan suatu keputusan mesti tahu apa yang harus mereka kerjakan. Keputusan kebijakan dan peraturan implementasi mesti ditransmisikan kepada personalia yang tepat sebelum bisa diikuti. Secara alami, komunikasi ini membutuhkan keakuratan dan komunikasi mesti secara akurat pula diterima oleh para implemantor. Secara umum Edwards membahas tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, kejelasan dan konsistensi. Transmisi artinya sebelum pejabat dapat mengimplementasikan suatu keputusan ia harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Konsistensi, artinya bahwa jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Kejelasan; jika kebijakan sebagaimana yang dinginkan, maka petunjuk pelaksana tidak hanya harus diterima oleh para implementor, tetapi juga komunikasi kebijakan harus jelas. Ketidakjelasan pesan komunikasi yang disampaikan berkenaan dengan implementasi kebijakan akan mendorong terjadinya interpretasi yang salah bahkan mungkin bertentangan dengan makna pesan awal. Universitas Sumatera Utara b. Sumberdaya Sumberdaya merupakan salah satu faktor penting dalam proses implementasi suatu keputusan agar pelaksanaan keputusan tersebut dapat berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementator dan sumberdaya financial. Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementator yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya financial adalah kecukupan model investasi atas sebuah program atau kebijakan. Keduanya harus diperhatikan dalam implementasi program atau kebijakan pemerintah. Sebab tanpa kehandalan implementator, kebijakan menjadi kurang energik dan berjalan lambat dan seadanya. Sedangkan sumber daya financial yang memadai, program atau kebijakan. Tanpa ada dukungan finansial yang memadai program tak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran. Kewenangan merupakan sumber penting lainnya untuk implementasi kebijakan. Kewenangan ada dalam berbagai bentuk, dari pemberian bantuan hingga prilaku yang menghalangi. c. Disposisi Disposisi adalah karakteristik yang menempel erat pada implementator kebijakan atau program. Karakter penting dimiliki olem implementator adalah kejujuran, komitmen, dan demokratis. Universitas Sumatera Utara Implementator yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan diantara hambatan yang ditemui dalam program atau kebijakan yang dilaksanakan. Komitmen dan kejujuran membawanya semakin antusias dalam melaksanakan tahap-tahap program secara konsisten. Sikap yang demokratis akan meningkatkan kesan baik implementator dan kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran terhadap implementator dan program atau kebijakan. Ketika implementator memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. d. Struktur birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar standard operating procdures atau SOP yang dicantumkan dalam guideline program atau kebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator dalam melaksanakan program atau kebijakan tersebut. Sedangkan struktur organisasi pelaksanan pun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks, karena struktur organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan Universitas Sumatera Utara menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks sehingga menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Gambar 1.2 Model Implementasi Edward III Komunikasi Sumberdaya Implementasi Disposisi Struktur birokrasi Sumber : Edwards III, 1980 : 148 dalam Subarsono, 2005 : 90 Berdasarkan gambar diatas, Edwards III menerangkan bahwa dalam proses implementasi sebuah kebijakan atau program setiap faktor- faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan tersebut saling berkaitan satu sama lain, artinya bahwa suatu kebijakan dapat berhasil dilaksanakan apabila keempat faktor tersebut sudah berjalan dengan baik dan saling mendukung dalam keberhasilan pelaksanaan kebijakan atau program tersebut. Universitas Sumatera Utara Tabel 1.4 Aplikasi Konseptual Model Edward III Perspektif Implementasi Kebijakan Aspek Ruang Lingkup Komunikasi a. Siapakah implementator dan sasaran dari program atau kebijakan ? b. Bagaimana sosisalisasi program atau kebijakan efektif dijalankan ?  Metode yang digunakan  Intensitas komunikasi Sumberdaya a. Kemampuan implementator  Tingkat pendidikan  Tingkat pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta aplikasi detail program  Kemampuan menyampaikan program dan mengarahkan b. Ketersediaan dana  Berapa dana yang dialokasikan  Prediksi kekuatan dana dan besrn biaya untuk implementasi program atau kebijakan. Disposisi Karakterisrtik pelaksana Universitas Sumatera Utara  Tingkat komitmen dan kejujuran : dapat diukur dengan tingkat konsistensi antara peaksana kegiatan dengan guideline yang telah ditetapkan. Semakin sesuai dengan guideline semakin tinggi komitmennya  Tingkat demokrasi, dapat diukur dengan intensitas pelaksana melakukan proses sharing dengan kelompok sasaran, mencari solusi dari masalah yang dihadapi dan melakukan diskresi yang berbeda dengan guideline guna mencapai tujuan dan sasaran program Struktur birokrasi a. Ketersediaan SOP yang medah dipahami b. Struktur organisasi  Seberapa jauh rentang kendali antara pucuk pimpinan dan bawahan dalam struktur organisasi pelaksana. Semakin jauh berarti semakin rumit, birokratis dan lambat untuk merespon perkembangan program. Sumber : Indiahono, 2009 : 34 2. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn 1975 Universitas Sumatera Utara Menurut Van Meter dan van Horn dalam Subarsono 2005:99 menyatakan bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni 1. Standar dan Sasaran Kebijakan Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standard an sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi. 2. Sumber Daya Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia human resource maupun sumber daya non manusia non- human resources. 3. Komunikasi antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. 4. Karakteristik agen pelaksana Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola- pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program. 5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok- Universitas Sumatera Utara kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan. 6. Disposisi implementor Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni a respon implementor terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, b kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan c intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor. Gambar 1.3 Model Implementasi kebijakan-Van Meter dan Van Horn . S umber : Indiahono, 2009 Komunikasi antar organisasi Dan pelaksana kegiatan Standar Dan sasaran Karakteristik badan pelaksana Sikap pelaksan a Kinerja kebijakan Sumber daya Lingkungan sosial, ekonomi dan politik Universitas Sumatera Utara

1.5.4 Kemiskinan