13
kepuasan terhadap pengalaman bekerja mereka. Meyer dan Allen 1997 percaya bahwa pengalaman kerja ini dapat dibagi kedalam dua kategori: 1 karyawan
yang puas akan merasa nyaman secara fisik dan fisiologis dalam organisasi mereka, dan 2 karyawan tersebut juga merasa berkompeten dalam pekerjaan
mereka
B. Budaya Organisasi 1. Definisi Budaya Organisasi
Pengertian budaya organisasi menurut Robbins 2006 adalah suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi
tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus
menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakteristik utama dari nilai-nilai yang dihargai oleh organisasi a
system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organization. This system of shared meaning is, on closer examination,
a set of key characteristics that the organization values. Schein 1992 budaya organisasi merupakan asumsi-asumsi dasar yang
dipelajari baik sebagai hasil memecahkan masalah yang timbul dalam proses penyesuaian dengan lingkungannya, maupun sebagai hasil memecahkan masalah
yang timbul dari dalam organisasi, antar unit-unit organisasi yang berkaitan
dengan integrasi.
Universitas Sumatera Utara
14
Martins dan Martins 2003 mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu identitas untuk dapat membedakan organisasi yang satu dengan organisasi
yang lain. Arnold 2005 menyatakan budaya organisasi adalah norma, kepercayaan, prinsip dan cara berperilaku yang khusus untuk memberikan setiap
organisasi memiliki karakter yang berbeda. Kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa budaya organisasi membedakan antara satu organisasi dengan organisasi
yang lain Manetje dan Martins, 2009. Budaya organisasi menunjukkan suatu nilai-nilai, kepercayaan dan
prinsip-prinsip yang mendasari suatu sistem manajemen organisasi Denison, 1990. Perspektif budaya organisasi memusatkan perhatian terhadap nilai-nilai
dasar, keyakinan-keyakinan, dan asumsi-asumsi yang hidup dalam organisasi, pola-pola perilaku yang berasal dari shared meanings, dan simbol-simbol yang
mengekspresikan hubungan-hubungan antara asumsi-asumsi, nilai-nilai dan perilaku dari anggota-anggota orgnisasi Denison, 1990.
Budaya Organisasi menurut Davis dan John Newstrom dalam Mangkunegara, 2005 mengatakan bahwa budaya organisasi merupakan
seperangkat asumsi, kepercayaan, sistem-sistem nilai, dan norma yang disepakati tiap anggota organisasi.
Menurut Luthans 1998, budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan
berperilaku sesuai dengan budaya yang berlaku, agar diterima oleh lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
15
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mangkunegara 2005 yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah seperangkat asumsi atau sistem
keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi
masalah adaptasi eksternal dan internal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan
suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain.
2.Aspek – aspek Budaya Organisasi
Menurut Robbins 2006, ada 7 aspek budaya organisasi, 7 aspek tersebut adalah:
1. Inovasi dan pengambilan risiko Innovation and risk taking. Tingkatan dimana para karyawan terdorong untuk berinovasi dan mengambil risiko.
2. Perhatian yang rinci Attention to detail. Suatu tingkatan dimana para karyawan diharapkan memperlihatkan kecermatan precision, analisis dan
perhatian kepada rincian. 3. Orientasi hasil Outcome orientation. Tingkatan dimana manajemen
memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil.
4. Orientasi pada manusia People orientation. Suatu tingkatan dimana keputusan manajemen memperhitungkan efek-efek hasil terhadap individu atau anggota
Universitas Sumatera Utara
16
yang ada dalam organisasi. 5. Orientasi tim Team orientation. Suatu tingkatan dimana kegiatan kerja
diorganisir di sekitar tim-tim, bukannya individ-individu. 6. Keagresifan Aggressiveness. Suatu tingkatan dimana orang-orang anggota
organisasi itu memiliki sifat agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai. 7. Stabilitas Stability. Suatu tingkatan dimana kegiatan organisasi menekankan
di pertahankannya status quo daripada pertumbuhan.
3. Pembentukan Budaya Organisasi
Pada dasarnya untuk membentuk budaya organisasi yang kuat memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. Di dalam perjalanannya
sebuah organisasi mengalami pasang surut, dan menerapkan budaya organisasi yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Budaya bisa dilihat sebagai
suatu hal yang mengelilingi kehidupan orang banyak dari hari ke hari, bisa direkayasa dan dibentuk. Jika budaya dikecilkan cakupannya ketingkat organisasi
atau bahkan ke kelompok yang lebih kecil, akan dapat terlihat bagaimana budaya terbentuk, ditanamkan, berkembang, dan akhirnya, direkayasa, diatur dan diubah
Robbins, 2003.
Universitas Sumatera Utara
17
Berikut ini adalah gambar proses terbentuknya budaya organisasi menururt Robbins :
Gambar 1. Proses Terbentuknya Budaya Organisasi
Sumber : Robbins, 2003 Gambar 1. menjelaskan bahwa budaya asli diturunkan dari filsafat pendirinya,
kemudian budaya ini sangat mempengaruhi kriteria yang digunakan dalam mempekerjakan karyawan. Tindakan dari manajemen puncak menentukan iklim
umum dari perilaku yang dapat diterima baik dan yang tidak. Tingkat kesuksesan dalam mensosialisasikan budaya perusahaan tergantung pada kecocokan nilai-
nilai karyawan baru dengan nilai-nilai organisasi dalam proses seleksi maupun pada preferensi manajemen puncak akan metode-metode sosialisasi.
Menurut Robbins 2003, budaya organisasi dapat dibentuk melalui beberapa cara. Cara tersebut biasanya melalui beberapa tahap yaitu:
1. Seseorang pendiri mempunyai sejumlah ide atau gagasan tentang suatu pembentukan organisasi baru
Manajemen puncak
Budaya Organisasi
Kriteria Seleksi
Filsafat dari Pendiri
Organisasi
Sosialisasi
Universitas Sumatera Utara
18
2. Pendiri membawa satu atau lebih orang-orang kunci yang merupakan para pemikir dan membentuk sebuah kelompok inti yang mempunyai visi yang
sama dengan pendiri. 3. Kelompok tersebut memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan sebuah
organisasi. Mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha, dan lain- lain mengenai suatu hal yang relevan.
4. Langkah terakhir yaitu orang-orang lain dibawa masuk kedalam organisasi untuk berkarya bersama-sama dengan pendiri dan kelompok inti dan pada
akhirnya memulai sebuah pembentukan sejarah bersama. Setiap perusahaan mempunyai budaya yang berbeda, tergantung dari apa
yang dianut oleh pemimpin ketika membentuk organisasi tersebut. Budaya dapat bersifat kuat atau lemah, selain itu ada juga budaya yang salah dan sulit diubah,
semua itu tergantung pada saat komitmen yang ingin dicapai dalam mendirikan organisasi.
Robbins 1998 mengemukakan ciri-ciri budaya kuat, antara lain: a. Menurunnya tingkat keluarnya karyawan.
b. Ada kesepakatan yang tinggi di kalangan anggota mengenai apa yang dipertahankan oleh organisasi.
c. Ada pembinaan kohesif, kesetiaan, dan komitmen organisasi.
Universitas Sumatera Utara
19
3. Karakteristik Budaya Organisasi
Menurut Robbins 2006 terdapat beberapa karakteristik yang apabila dicampur dan dicocokkan maka akan menjadi budaya internal yaitu :
1. Inisiatif individu yaitu sejauh mana organisasi memberikan kebebasan kepada setiap pegawai dalam mengemukakan pendapat atau ide-ide yang di dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya. Inisiatif individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk
memajukan dan mengembangkan organisasi.
2. Toleransi terhadap tindakan beresiko yaitu sejauh mana pegawai dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko dalam mengambil
kesempatan yang dapat memajukan dan mengembangkan organisasi. Tindakan yang beresiko yang dimaksudkan adalah segala akibat yang timbul dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dilakukan oleh pegawai. 3. Pengarahan yaitu sejauh mana pimpinan suatu organisasi dapat menciptakan
dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan, sehingga para pegawai dapat memahaminya dan segala kegiatan yang dilakukan para pegawai
mengarah pada pencapaian tujuan organisasi. Sasaran dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi dan misi.
4. Integrasi yaitu sejauh mana suatu organisasi dapat mendorong unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Menurut Handoko
2003 : 195 dalam Robbins, 2006 koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada unit-unit yang
Universitas Sumatera Utara
20
terpisah departemen atau bidang-bidang fungsional suatu organisasi untuk mencapai tujuan.
5. Dukungan manajemen yaitu sejauhmana para pimpinan organisasi dapat memberikan komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas
terhadap pegawai. Dukungan tersebut dapat berupa adanya upaya pengembangan kemampuan para pegawai seperti mengadakan pelatihan.
6. Kontrol yaitu adanya pengawasan dari para pimpinan terhadap para pegawai dengan menggunakan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan demi
kelancaran organisasi. Pengawasan menurut Handoko 2003: 360 dalam Robbins, 2006 dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa
tujuan-tujuan organisasi tercapai.
7. Sistem imbalan yaitu sejauh mana alokasi imbalan seperti kenaikan gaji, promosi, dan sebagainya didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan
sebaliknya didasarkan atas senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. 8. Toleransi terhadap konflik yaitu sejauh mana para pegawai didorong untuk
mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka guna memajukan organisasi, dan bagaimana pula tanggapan organisasi terhadap konflik tersebut.
9. Pola komunikasi yaitu sejauh mana komunikasi dalam organisasi yang dibatasi oleh hirarki kewenangan yang formal dapat berjalan baik. Menurut Handoko
2003: 272 komunikasi itu sendiri merupakan proses pemindahan pengertian atau informasi dari seseorang ke orang lain. Komunikasi yang baik adalah
Universitas Sumatera Utara
21
komunikasi yang dapat memenuhi kebutuhan sasarannya, sehingga akhirnya dapat memberikan hasil yang lebih efektif.
C. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Afektif